Tarif dan Substitusi Impor Sebagai Salah Satu Kebijakan

19 ACFTA tahap II, sebanyak 2.528 pos tarif dari 17 sektor industri akan dihapuskan bea masuknya pada 1 Januari 2010. Kelompok produk dengan mayoritas satu arah aliran produk dari Cina 100 atau hampir 100 Indonesia tergantung pasokan dari Cina antara lain adalah HS 0502, 0703, 0805, 0808, 1001, 1005, 1006, 1101, 1201, 1202, 1702, 2401, 4011, 4012, dan 4104 Lampiran Tabel 1. Diantara kelompok produk dalam satu arah aliran dari Cina ke Indonesia yaitu chapter 1-8, telah termasuk di dalam daftar produk EHP Indonesia-Cina. Oleh karena itu, intensitasnya masih dapat dibatasi dengan menerapkan tarif bea masuk di Indonesia sebagai langkah antisipatif terhadap banjir impor. Sementara kelompok kedua, dengan mayoritas aliran barang dari Indonesia ke Cina antara lain produk kode HS 0803, 1507, 1513, 1801, 4001, 4002, dan 4106 Lampiran Tabel 1. 5

2.3 Tarif dan Substitusi Impor Sebagai Salah Satu Kebijakan

Perdagangan Internasional Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor merupakan berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik langsung maupun tidak langsung yang akan memengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi atau mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Perdagangan internasional sendiri menurut Adam Smith akan menghasilkan manfaat dan meningkatkan kemakmuran apabila terdapat free trade perdagangan bebas dan melakukan spesialisasi berdasarkan keunggulan absolute absolute advantage yang dimiliki. Kebijakan Tarif Barrier atau TB merupakan salah satu bentuk tarif impor berupa bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut: 5 Hutabarat et al. “ Posisi Indonesia dalam Perundingan Perdagangan Internasional di Bidang Pertanian, Analisis Skenario Modalitas” 20 1. Pembebasan bea masuk atau tarif rendah adalah 0 sampai dengan 5 yang dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti: beras, mesin-mesin vital, alat-alat militer atau pertahanan atau keamanan, dan lain-lain. 2. Tarif sedang antara lebih dari 5 sampai dengan 20 yang dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri. 3. Tarif tinggi di atas 20 yang dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. Tarif adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis di dalam negeri. Dalam pelaksanaannya, sistem atau cara pemungutan tarif bea masuk ini dapat dibedakan sebagai berikut: a. Bea harga Ad Valorem Tarif dengan menentukan besarnya pungutan bea masuk atas barang impor ditentukan oleh tingkat presentase tarif dikalikan harga CIF yaitu harga barang tersebut ditambah biaya pelabuhan. b. Bea spesifik Spesific Tarif berupa pungutan yang didasarkan pada ukuran atau satuan tertentu dari barang impor. Jeruk merupakan salah satu komoditas yang dikenakan tarif jenis ini dengan bea sebesar Rp. 500kg pada tahun 1991. c. Bea campuran Compound Tarif merupakan kombinasi antara bea harga dan bea spesifik. 6 Penentuan tarif impor dibuat berdasarkan pos-pos tarif yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia BTBMI melalui kode HS. Semakin 6 Dr. Hamdy Hady “Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional ” 21 besar kode HS suatu komoditas maka semakin spesifik pula jenis produk. Komoditas jeruk yang banyak diimpor dari Cina adalah Kelompok Mandarin dengan kode HS 10 digit 0805200000 yang berada di Bab 8 yaitu komoditas buah dan buah bertempurung yang dapat dimakan. Selain kebijakan tarif, terdapat pula upaya substitusi impor dengan mengurangi kebutuhan domestik yang berasal dari luar negeri melalui peningkatan sumberdaya yang digunakan dalam memproduksi komoditas tersebut. Pelaksanaan substitusi ini membutuhkan banyak devisa untuk mengimpor dan memicu dinaikkannya pendapatan sektor ekspor. Apabila negara tidak berhasil menaikkan pendapatan ekspor, maka pinjaman luar negeri terpaksa harus dilakukan. Pertanian di negara berkembang pada awalnya didasarkan atas pasar dalam negeri dalam bentuk usaha mencapai swasembada self sufficiency pangan bidang pertanian. Adanya pasar tersebut seharusnya mendorong substitusi impor berkembang lebih pesat saat terjadi dominasi produk impor dari luar negeri apabila disertai suatu proteksi sehingga akan menghemat penggunaan devisa. Subsitusi impor adalah jumlah barang yang diimpor yang harus digantikan dan dipenuhi oleh produksi barang domestik. Devisa yang dihemat dapat digunakan untuk mengimpor barang kapital dan barang lainnya yang belum dapat diproduksi sendiri. Usaha substitusi impor dapat dilakukan dengan didasari motif-motif sebagai berikut: 1. Bagi negara berkembang, substitusi impor dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. 22 2. Substitusi impor timbul bila pemerintah suatu negara berusaha memperbaiki neraca pembayarannya, baik melalui kuota maupun tarif. 3. Beberapa negara mengadakan industrialisasi dengan tujuan memenuhi kebutuhan dalam negeri dan adanya semangat kemerdekaan cinta produk dalam negeri. 4. Anggapan bahwa industri subtitusi impor bukan untuk mengurangi atau mengganti barang impor, namun karena pemerintah bertujuan untuk mengembangkan perekonomian dalam negeri.

2.4 Definisi dan Batasan Operasional