67
6.2.2.6 Substitusi Impor Jeruk Tahun Sebelumnya
Variabel substitusi impor jeruk tahun sebelumnya t-1 berpengaruh nyata terhadap substitusi impor jeruk pada periode t karena memiliki p-value sebesar
0,0000 yang lebih kecil dibanding taraf nyata α 5 . Pengujian secara ekonomi
dengan nilai koefisien sebesar 0,629408 juga sesuai dengan hipotesis awal sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kenaikan substitusi impor tahun
sebelumnya sebesar 1 , akan menaikkan substitusi impor sebanyak 0.629408 , asumsi cateris paribus. Jumlah substitusi impor jeruk tahun sebelumnya akan
berpengaruh terhadap jumlah substitusi impor yang harus dilakukan saat ini. Substitusi ini sangat tergantung dengan jumlah impor jeruk karena memiliki
jumlah yang sama. Peningkatan jumlah impor Jeruk Mandarin terutama yang berasal dari
Cina akibat kebutuhan jeruk dalam negeri yang semakin tinggi pada tahun sebelumnya, akan menjadi pertimbangan importir dalam menentukan jumlah jeruk
selanjutnya yang akan diimpor. Umumnya, peningkatan kebutuhan jeruk di masyarakat memiliki tren positif, sehingga apabila tahun sebelumnya naik, maka
tahun berikutnya pun impor jeruk akan dinaikkan. Keadaan ini akan diiringi dengan peningkatan jumlah substitusi impor yang harus dilakukan oleh produsen
lokal. Kuantitas jeruk lokal harus dinaikkan hingga dapat menggantikan kebutuhan masyarakat terhadap jeruk impor dan menyelamatkan petani dari
kerugian karena jeruknya kurang diminati. Upaya ini merupakan salah satu cara yang baik untuk dilakukan agar Indonesia meraih swasembada jeruk dan impor
jeruk dapat dikurangi bahkan dihilangkan dan Indonesia dapat melakukan ekspor.
68
6.2.2.7 Dummy ACFTA
Dummy ACFTA memiliki nilai koefisien sebesar 2,828943 yang artinya,
apabila kesepakatan ACFTA diterapkan, maka akan menaikkan jumlah substitusi impor jeruk sebesar 2,828943 asumsi cateris paribus. Variabel ini berpengaruh
signifikan karena memiliki p-value sebesar 0,0000 yang kurang dari taraf nyata 5 . Kondisi ini sesuai secara ekonomi dan cocok dengan hipotesis awal.
Kesepakatan ACFTA diawali dengan penghilangan tarif impor untuk produk Early Harvest Package
EHP yaitu produk yang mengalami proses penanaman dan pemanenan yang salah satunya adalah komoditas Jeruk Mandarin atau di
Indonesia dikenal dengan nama Jeruk Keprok atau Jeruk Siam. Jenis jeruk ini sangat diminati oleh masyarakat khususnya untuk Jeruk
yang berasal dari Cina karena tampilannya menarik dan harga lebih murah. Kesepakatan ini membuat produk Jeruk Mandarin Cina yang selama ini
mendominasi jumlah impor jeruk ke Indonesia semakin membanjir karena tidak adanya perlindungan tarif. Peniadaan tarif impor membuat Jeruk Mandarin Cina
dengan mudah dapat memengaruhi pangsa pasar jeruk lokal. Akibatnya, substitusi impor yang harus dilakukan semakin meningkat dan membuat petani jeruk serta
dinas yang terkait kewalahan karena ketidaksiapan mereka dalam menghadapi ACFTA. Jadi, kesepakatan ACFTA justru membuat petani lokal semakin terpuruk
karena kurangnya persiapan dalam menghadapi hal ini apalagi langsung dihadapkan dengan eksportir Jeruk Mandarin terbesar yaitu Cina yang telah
memiliki sistem produksi yang baik dan pemasaran yang matang, sehingga jeruk lokal jelas kalah saing dalam hal ini.
69
Jeruk Mandarin asal Cina merupakan salah satu komoditas utama negeri tersebut dan penanaman dilakukan dengan skala besar dengan teknologi bibit
yang jauh lebih berkembang dibanding jeruk lokal di Indonesia. Oleh karena itu, produsen lokal harus berusaha keras guna meningkatkan daya saing agar tidak
semakin terpuruk di tengah gempuran jeruk asal Cina. Indonesia memiliki potensi besar guna melakukan substitusi impor jeruk ini karena memiliki banyak aksesi
jeruk dan lahan terlantar yang tidak termanfaatkan.
6.3 Perbandingan Jumlah Impor Jeruk Mandarin Sebelum dan Sesudah