Deskripsi Kesepakatan ASEAN China Free Trade Area ACFTA

15 siam yang harus ditanam di dataran rendah. Penanaman pada ketinggian lebih dari 900 m dpl menyebabkan rasa jeruk siam menjadi sedikit asam Tim Penulis PS 2003. Buah jeruk dapat dipanen pada saat masa masak optimal, biasanya berumur antara 28-36 minggu tergantung jenis atau varietasnya. Rata-rata setiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang dapat menghasilkan hingga 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton ha masih di bawah produksi negara subtropis yang bisa mencapai hingga 40 tonha. Penyakit yang paling sering melanda perkebunan jeruk di Indonesia adalah CVPD yang disebabkan oleh Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri dengan bagian yang diserang adalah silender pusat phloem batang. Gejala yang timbul adalah daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam. Biji rusak, dan pangkal buah oranye. Penyakit ini telah mengakibatkan banyak petani jeruk merugi karna menimbulkan gagal panen untuk berbagai jenis varietas jeruk.

2.2 Deskripsi Kesepakatan ASEAN China Free Trade Area ACFTA

ACFTA merupakan sebuah kesepakatan untuk memberlakukan sistem perdagangan bebas antara Cina dan ASEAN dengan reduksi serta pembebasan tarif impor hingga 0 yang diterapkan sejak Januari 2010. Tarif impor adalah jumlah tetap per unit tarif spesifik atau persentase tetap dari harga barang impor tarif pajak berdasarkan nilai barang Anindita dan Reed 2008. Pemerintah Republik Indonesia bersama negara ASEAN menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the 16 Association of South East Asian Nations and the People’s Republic of China pada 4 November 2002. Melalui perjanjian ASEAN-China Free Trade Area ACFTA ini, maka ASEAN mulai melakukan pasar bebas di kawasan Cina-ASEAN. Dan khusus negara ASEAN-6 Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina dan Brunai telah mulai menerapkan bea masuk 0 per Januari 2004 untuk beberapa produk 4 . Kemudian di tahun 2004, perjanjian tersebut dilanjutkan dengan persetujuan mengenai tahapan penurunan tarif komoditas yang hendak diperdagangkan. Tahapan penurunan dan eliminasi tarif antara Indonesia dan Cina itu terbagi tiga, yaitu Early Harvest Package EHP, Normal Track untuk produk-produk non sensitif, diikuti Sensitive Track contoh: sepatu, besi dan baja, mainan, barang-barang dari kulit, dll. yang mencakup 304 komoditas. Normal track terbagi menjadi dua model yaitu Normal Track I dan Normal Track II , sedangkan Sensitive Track terbagi menjadi Sensitive List dan Highly Sensitive Track contoh: tekstil, produk tekstil, beras, gula, jagung, kedelai, dll. yang mencakup 47 komoditas. Penurunan tarif bea masuk terjadi dalam 3 tahapan, yaitu: 1. Tahap I: Early Harvest Package EHP yang dimulai pada 1 Januari 2004. Selama tiga tahun tarif-tarif ini diturunkan secara bertahap, sehingga pada tahun 2006 menjadi 0 dan diberlakukan untuk kawasan perdagangan bebas Indonesia dengan Cina Hutabarat et al., 2006. Produk EHP terdiri dari Produk-produk dalam Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu: hewan hidup, daging dan produk daging dikonsumsi, ikan, susu dan 4 Echwan “Indonesia vs Cina : Studi Komparatif Bisnis Ekonomi dalam ACFTA 2010” http:nusantaranews.wordpress.com20091230indonesia-vs-Cina-studi-komparatif-bisnis-ekonomi-ACFTA 20 Mei 2010 17 produk susu dairy products, tumbuhan, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Jumlah Kelompok EHP ini 530 pos tarif HS 10 digit. Jumlah Kelompok EHP ini 46 pos tarif HS 4 digit. Tabel 3. Jadwal Penurunan Tarif Program EHP Bilateral Indonesia-Cina Kategori Produk Deskripsi Tidak Lebih dari 112004 Tidak Lebih dari 112005 Tidak Lebih dari 112006 1 Produk dengan tingkat tarif umum lebih tinggi dari 15 untuk Cina dan Indonesia 10 5 2 Produk dengan tingkat tarif umum antara 5 - 15 untuk Cina dan Indonesia 5 3 Produk dengan tingkat tarif umum lebih rendah dari 5 untuk Cina dan Indonesia Sumber: beacukai.go.id dalam Hutabarat et al. 2006 2. Tahap II: Normal Track yang diterapkan pada 1 Januari 2010. Bea masuk ditetapkan 0 sejak 1 Januari 2010. Diantaranya produk coal HS 2701, polycarboxylic acids HS 2917, wood HS 4409, kawat tembaga copper wire ‐HS 7408 dan sebagian bahan yang terbuat dari kulit binatang. Sebagian Tekstil dan Produk Tekstil juga masuk dalam skema Normal Track ini, terutama pakaian yang terbuat dari serat sintetis dan pakaian dalam. Sedangkan produk tekstil yang terbuat dari kapas masih dikenai bea masuk antara 5 ‐15 . 3. Tahap III: Sensitive Track dibagi lagi menjadi dua bagian, yakni Sensitive List dan Highly Sensitive List. Program penurunan tarif untuk Sensitive List akan dimulai pada 2012. Tarif bea masuk maksimum pada 2012 adalah 20 . Mulai 2018, tarif bea masuknya menjadi 0 ‐5 . Produk ‐produk dalam Sensitive List adalah sebesar 304 Pos Tarif HS 6 18 digit, yang terdiri atas barang jadi kulit, kacamata, alat musik, mainan, alat olahraga, alat tulis, besi dan baja, spare parts, dll. Highly Sensitive List dimulai pada 2015, dengan penjadwalan bahwa pada 2015 tarif bea masuk maksimum 50 . Produk ‐produk dalam Highly Sensitive List adalah sebesar 47 pos tarif HS 6 digit, yang antara lain terdiri atas produk pertanian, seperti beras, gula, jagung, dan kedelai, produk industri tekstil dan produk tekstil, produk otomotif, dan produk ceramic tableware . Kesepakatan dalam CEC merupakan gabungan dari 3 elemen, yaitu: liberalisasi, fasilitasi, dan kerjasama ekonomi. Sebagai program awal, bea masuk 0 mulai diterapkan pada Januari 2004 untuk komoditas yang termasuk Early Harvest Package EHP yaitu daging, ikan, sayuran, buah, kacang, dan produk- produk yang mengalami proses pemanenan lainnya. Pemberlakuan tarif impor 0 dengan Cina untuk semua produk tidak sama bagi seluruh negara anggota ASEAN. ASEAN-6 yang terdiri dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore dan Thailand memulai sejak tahun 2010, sedangkan untuk Negara yang terhitung baru bergabung dengan ASEAN yaitu Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam akan memulai pada tahun 2015. Tarif impor yang ditetapkan pemerintah mengalami perubahan apabila terjadi perubahan kesepakatan dalam perdagangan terutama dalam era Free Trade Area FTA saat ini. Salah satu bentuknya adalah ACFTA yang menerapkan sesuai dengan skema Early Harvest Package EHP yang dimulai sejak tahun 2004 misalnya pada komoditas jeruk, lalu Normal Track I NT I perjanjian 19 ACFTA tahap II, sebanyak 2.528 pos tarif dari 17 sektor industri akan dihapuskan bea masuknya pada 1 Januari 2010. Kelompok produk dengan mayoritas satu arah aliran produk dari Cina 100 atau hampir 100 Indonesia tergantung pasokan dari Cina antara lain adalah HS 0502, 0703, 0805, 0808, 1001, 1005, 1006, 1101, 1201, 1202, 1702, 2401, 4011, 4012, dan 4104 Lampiran Tabel 1. Diantara kelompok produk dalam satu arah aliran dari Cina ke Indonesia yaitu chapter 1-8, telah termasuk di dalam daftar produk EHP Indonesia-Cina. Oleh karena itu, intensitasnya masih dapat dibatasi dengan menerapkan tarif bea masuk di Indonesia sebagai langkah antisipatif terhadap banjir impor. Sementara kelompok kedua, dengan mayoritas aliran barang dari Indonesia ke Cina antara lain produk kode HS 0803, 1507, 1513, 1801, 4001, 4002, dan 4106 Lampiran Tabel 1. 5

2.3 Tarif dan Substitusi Impor Sebagai Salah Satu Kebijakan