Produksi Jeruk Nasional Harga Jeruk Mandarin Impor

63 Berikut adalah Tabel PDB dan pengeluaran rata-rata dari tahun 2000 hingga 2009. Tabel 7. PDB dan Pengeluaran Rata-rata di Indonesia Tahun 2000-2009 Tahun PDB Milyar Pengeluaran Rata-rata Rpkapita 2000 1.389.769,90 6.737.801,512 2001 1.440.405,70 6.891.632,339 2002 1.505.216,40 7.107.193,96 2003 1.577.171,30 7.349.199,71 2004 1.656.516,80 7.617.614,411 2005 1.750.815,20 7.945.576,378 2006 1.847.126,70 8.288.173,525 2007 1.964.327,30 8.714.712,259 2008 2.082.456,10 9.134.654,072 2009 2.177.741,70 9.444.950,113 Sumber: Pusat Data dan Informasi Perdagangan dan BPS, 2011 Melalui Tabel di atas terlihat bahwa PDB Indonesia terus meningkat selama tahun 2000-2009 dengan diimbangi oleh peningkatan pengeluaran yang menunjukkan bahwa kebutuhan yang harus dicukupi oleh pemerintah juga semakin besar. PDB terbesar terjadi pada tahun 2009 senilai Rp 2.177.741,70 milyar seiring dengan peningkatan pengeluaran hingga sebesar Rp 9.444.950,113kapita.

6.2.2.4 Produksi Jeruk Nasional

Produksi jeruk nasional memiliki nilai koefisen sebesar -1,178011 dan nilai probabilitas yang besarnya 0,0015. Artinya, kenaikan produksi jeruk nasional sebesar 1 , akan menurunkan substitusi impor sebesar 1,178011 asumsi cateris paribus . Berdasarkan p-value, variabel ini nyata karena kurang dari taraf 64 nyata 5 . Kondisi ini sesuai dengan hipotesis awal karena peningkatan produksi jeruk akan mengurangi jumlah jeruk yang harus diimpor. Peningkatan produksi jeruk secara terus menerus di tingkat usahatani dapat menggantikan kebutuhan masyarakat terhadap buah Jeruk Mandarin impor khususnya yang berasal dari Cina sebagai produsen jeruk yang paling mendominasi impor. Permintaan masyarakat yang cenderung memiliki tren positif, harus diimbangi dengan kenaikan produksi jeruk secara signifikan. Oleh karena itu, selain peningkatan produksi, jeruk lokal juga harus mampu memenuhi selera konsumen yang lebih menyukai penampilan dan rasa Jeruk Mandarin Cina. Peningkatan teknologi terutama dari segi kualitas bibit sangat diperlukan dalam hal ini agar tidak terjadi penurunan produksi jeruk akibat gagal panen yang disebabkan oleh hama dan penyakit yang pada umumnya dipicu oleh infeksi CVPD. Jadi, semakin tinggi jumlah jeruk yang diproduksi, maka substitusi impor akan mengalami penurunan karena dominasi jeruk impor dapat dikurangi dan daya saing jeruk lokal juga menjadi lebih baik.

6.2.2.5 Harga Jeruk Mandarin Impor

Variabel harga jeruk impor memiliki nilai koefisien sebesar 0,765782 yang artinya kenaikan harga jeruk impor sebesar 1 akan menaikkan substitusi impor yang besarnya 0,765782 asumsi cateris paribus. Nilai ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Nilai probabiliti sebesar 0,0004 menunjukkan bahwa variabel ini signifikan karena p-value kurang dari taraf nyata 5 . Kenaikan harga jeruk impor ternyata justru menaikkan substitusi impor karena kesulitan yang dialami oleh produsen lokal dalam memenuhi permintaan jeruk serta tampilan dan rasa buah 65 jeruk yang kurang cocok dengan selera konsumen, sehingga Jeruk Mandarin menjadi pilihan utama. Masyarakat pun cenderung untuk membeli jeruk impor dan meninggalkan jeruk lokal karena tampilan dan harga yang sesuai walaupun rasa buah jeruk lokal tidak kalah manis dengan jeruk impor. Hal ini terlihat dari dominasi jeruk impor di pasar swalayan hingga merambah pasar tradisional. Jeruk lokal mengalami kekalahan daya saing, sehingga hanya sedikit buah jeruk yang dijual di pasar karena kurangnya permintaan dan harganya pun cukup mahal. Akibatnya, jumlah jeruk impor semakin bertambah karena masyarakat telah menyukai jeruk tersebut, sehingga kenaikan harga jeruk impor tidak terlalu dipermasalahkan. Produsen dan distributor justru memperoleh keuntungan yang lebih tinggi karena walaupun harga jeruk naik, harganya tetap lebih murah dibanding jeruk lokal dan masyarakat tetap menjadikan jeruk impor terutama Jeruk Mandarin Cina sebagai pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan asupan buah masyarakat. Jumlah substitusi impor yang harus dilakukan oleh petani pun semakin meningkat karena maraknya serbuan Jeruk Mandarin impor dari Cina khususnya. Hal ini membuktikan bahwa sistem produksi dan pemasaran Jeruk Mandarin Cina lebih baik dibanding di Indonesia. Kesepakatan perdagangan bebas seperti ACFTA antara Indonesia dan Cina yang menghilangkan bea masuk produk EHP termasuk jeruk, membuat serbuan jeruk impor dari Cina tidak dapat lagi dihindari. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355KMK.012004 Lampiran 4 yang mengumumkan bahwa tarif Jeruk Mandarin yang awalnya sebesar 5 , harus diturunkan menjadi 0 pada tahun 2005. Impor jeruk asal Cina pun mendominasi impor jeruk dari 66 negara lainnya karena harga jeruk tetap lebih murah tanpa adanya bea masuk dan permintaan masyarakat yang tinggi terhadap jeruk jenis ini. Kondisi tersebut membuat substitusi impor tidak tergantung lagi kepada harga jeruk. Jeruk Mandarin Cina yang masuk ke Indonesia pun menjadi semakin sulit untuk dikendalikan. Berikut adalah Grafik hubungan antara total impor Jeruk Mandarin dan Harga Jeruk mandarin Impor selama tahun 2000-2009. Sumber: Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, BPS 2000-2009 Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Total Impor dan Harga Impor Jeruk Mandarin di Indonesia Tahun 2000-2009 Berdasarkan Grafik di atas, dapat terlihat bahwa hubungan antara jumlah dan harga impor cenderung positif. Selama tahun 2000-2003, total impor jeruk cenderung menurun disertai dengan kenaikan harga jeruk, namun impor jeruk terus meningkat mulai tahun 2004 akibat adanya perjanjian ACFTA. Pada tahun 2004 sampai 2009, impor jeruk meningkat secara signifikan dari 43.469.826 kg menjadi 188.956.251 kg, justru ketika harga jeruk naik mencapai Rp 5098,62kg dan pada tahun 2009 menyentuh harga Rp 8220,89kg. Keadaan ini dipicu karena skema perdagangan ACFTA yang menghapus tarif bea masuk. 67

6.2.2.6 Substitusi Impor Jeruk Tahun Sebelumnya