dan tajuk mengurangi evaporasi, 3 disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah sehingga
memperbesar laju infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Sedangkan metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode
mekanik dalam konservasi tanah berfungsi a memperlambat aliran permukaan, b menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak
merusak, c memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan d penyedia air bagi tanaman. Termasuk dalam
metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah 1 pengolahan tanah, 2 pengolahan tanah menurut kontur, 3 guludan, 4 parit pengelak, 5 teras, 6
dam penghambat, waduk, kolam, rorak, 7 perbaikan drainase, dan 8 irigasi Arsyad 2010.
Menurut Hardiyatmo 2006, teras bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah banyak diaplikasikan petani di Indonesia, khususnya di Pulau
Jawa. Metode ini sangat efektif untuk mencegah erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan, misalnya pada
tanah bersolum dangkal. Teknik konservasi ini juga tergolong mahal, sehingga sulit diterapkan petani tanpa disertai subsidi dalam pembuatannya.
Teras gulud adalah guludan bersalur yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng Arsyad 2010. Semakin pendek jarak teras
akan semakin kecil erosi yang terjadi pada lahan teras Sinukaban 1994. Hasil penelitian tentang teras gulud sebelumnya, diantaranya oleh Lestari 2004
menunjukkan bahwa luas guludan Tinggi 15 cm dan lebar 20 cm yang dilengkapi saluran kedalaman 15 cm dan lebar 20 cm dan lubang resapan
diameter 8 cm dan kedalaman 1 m lebih efektif dalam menekan aliran dan erosi permukaan serta menyelamatkan unsur hara lebih banyak dari pada bedengan
konvensional lebar saluran 20 cm dan kedalaman saluran 15 cm.
2.9. Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi ROXB
Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi merupakan tumbuhan perdu yang mempunyai batang pohon kecil dengan banyak anak cabang yang menggantung
ke bawah.
Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi, merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Dari daunnya tumbuhan ini mengandung minyak atsiri
sekitar 0,5-1,5 tergantung efektivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan yang disuling anonymous a 2010.
Daunnya berbentuk lancip dengan tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna merah,
sedangkan kulit batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas. Keistimewaan tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering,
di tanah yang berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau sentuhan air laut.
Sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisio
: Spermatophyta Kelas
: Dicotiledonae Ordo
: Myrtales Family
: Myrtaceae Genus
: Melaleuca Spesies
: Melaleuca Cajuputi Tanaman ini tumbuh liar di daerah berhawa panas. Pohon kayu putih
tumbuh baik di daerah air yang bergaram, angin bertiup kencang berhawa panas dan sedikit dingin. Pohon kayu putih paling baik tumbuh di daerah yang
mempunyai ketinggian tempat kurang dari 400 meter dari permukaan laut. Tanaman kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik. Pohon kayu
putih dapat mencapai ketinggian 45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas permukaan laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang
cukup baik untuk berkembang anonymous a 2010. Pemungutan daun kayu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
Alasannya, pada waktu pagi hari daun mampu menghasilkan rendemen minyak atsiri lebih tinggi dengan kualitas baik. Setelah pemungutan daun yang pertama,
pohon kayu putih dipangkas agar bisa tumbuh tunas baru dan yang akan menghasilkan daun yang lebih banyak. Selanjutnya setiap kali pemungutan daun
selalu diikuti dengan pemangkasan anonymous a 2010.
Perum Perhutani 2006, Pohon Kayu Putih dapat tumbuh di atas tanah yang kering dan tandus, bahkan pohon kayu putih dapat tumbuh pada tanah yang
berbatu, tanah-tanah yang buruk aerasinya. Perum Perhutani 2006, pohon kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang baik tentang tanahnya dan dapat
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang sifat dan fisiknya buruk sehingga dapat disebut tumbuhan jenis pioner. Pada tahun 1924 diadakan percobaan
penanaman kayu putih yang berasal dari Pulau Buru, di daerah Sukun, Pulung dan Bondrang pada areal yang luasnya masing-masing 0,25 Ha.
Di Indonesia umumnya tanaman kayu putih berwujud sebagai hutan alam dan hutan tanaman. Hutan alam terdapat di Maluku Pulau Buru, Seram, Nusa
Laut dan Ambon, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Irian Jaya, sedangkan yang merupakan hutan tanaman terdapat di Jawa Timur
Ponorogo, Kediri, Madiun, Jawa Tengah Solo dan Gundih, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat. Spesies yang dapat menghasilkan minyak kayu putih
masih belum jelas, namun ada beberapa spesies yang sudah diketahui dapat menghasilkan minyak kayu putih dan telah dibudidayakan manusia diantaranya
adalah Melaleuca leucadendron LINN, dengan ciri daun kecil, Melaleuca Cajaputi ROXB, dengan ciri daun lebar dan Melaleuca viridiflora CORN, dari
ketiga jenis ini yang banyak digunakan untuk industri minyak kayu putih adalah Melaleuca leucadendron LINN, tanaman ini dikembangkan dengan stek akar
batang maupun biji. anonymous a 2010. Menurut hasil penelitian Sinukaban 2007, laju aliran dan erosi
permukaan yang terjadi di lahan kayu putih umur 3 tahun tumpangsari dengan kacang merah pada tanah Typic eutrandept lereng 60 sebesar 1,24 mmha dan
100,8 kgha. Permukaan daun yang halus dan licin serta kedudukan yang cenderung vertikal menyebabkan air dengan mudah lepas dan jatuh sebagai hujan
lolos tajuk atau mengalir ke ranting dan batang sehingga suplai air ke permukaan tanah menjadi cukup tinggi dan pada gilirannya akan mengurangi daya
kemampuan tanaman untuk menahan aliran permukaan dan erosi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan hutan tanaman Kayu Putih Melaleuca cajuputi ROXB, Petak 34, RPH Sukun, BKPH Sukun, KPH Madiun, Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian dilakukan selama 4 bulan yang terdiri dari 2 tahap, yaitu pengambilan data di lapangan bulan Desember 2010 sampai
Februari 2011 dan tahap analisis tanah tererosi di laboratorium yang dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai Maret 2011 di Laboratorium Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perum Perhutani, Cepu, Jawa Tengah.
3.2. Alat dan bahan
Alat dan Bahan yang digunakan adalah : 1. Empat plot erosi ukuran 22 x 8 x 0,2 m,
2. Bak ukur erosi ukuran 0,59 x 0,3 x 0,2 m bak A Gambar 1 dan dua drum masing-masing berukuran r = 0,59 m, t = 0,68 m bak B dan bak C
Gambar 2 dipasang di setiap plot erosi, 3. Alat penakar hujan manual ombrometer Gambar 3,
4. Gelas Ukur 100 ml, 5. Botol air mineral berukuran 500-600 ml,
6. Oven manual, 7. Kertas saring,
8. Timbangan digital dengan ketelitian 10
-3
gram, 9. Meteran, Hypsometer,
10. Ring sampel tanah, 11. Penggaris, alat tulis dan kalkulator,
12. Plastik bening, 13. Perangkat lunak Minitab 14.0 dan Microsoft Office Excel 2010.
Pemasangan bak ukur di setiap plot erosi disajikan dalam Gambar 4.