Prediksi erosi dan erosi yang masih dibiarkan Konservasi tanah dan air

2.7. Prediksi erosi dan erosi yang masih dibiarkan

Prediksi erosi pada sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang digunakan dalam suatu penggunaan lahan dan pengelolaan tertentu. Jika laju erosi dapat dibiarkan atau ditoleransikan dapat ditetapkan, maka dapat ditentukan kebijakan penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga tanah dapat digunakan secara produktif dan lestari Arsyad 2010. Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Karena rumitnya sistem erosi tanah dengan berbagai faktor yang berinteraksi, maka pendekatan yang paling memberi harapan dalam pengembangan metode dan prediksi adalah dengan merumuskan model konseptual proses erosi itu Arsyad 2010. Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan laju erosi yang dibiarkan adalah kedalaman tanah, ciri-ciri fisik dan sifat-sifat tanah lainya, yang mempengaruhi perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit, penyusutan kandungan bahan organik, kehilangan hara dan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sedimen di lapangan Arsyad 2010

2.8. Konservasi tanah dan air

Konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan konservasi air Arsyad 2010. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Konservasi tanah memiliki hubungan yang erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan memperngaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya Arsyad 2010 Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan Hardiyatmo 2006. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karana memiliki sifat ; 1 memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, 2 penutupan lahan oleh serasah dan tajuk mengurangi evaporasi, 3 disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah sehingga memperbesar laju infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Sedangkan metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi a memperlambat aliran permukaan, b menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, c memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan d penyedia air bagi tanaman. Termasuk dalam metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah 1 pengolahan tanah, 2 pengolahan tanah menurut kontur, 3 guludan, 4 parit pengelak, 5 teras, 6 dam penghambat, waduk, kolam, rorak, 7 perbaikan drainase, dan 8 irigasi Arsyad 2010. Menurut Hardiyatmo 2006, teras bangku merupakan metode konservasi mekanik yang telah banyak diaplikasikan petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Metode ini sangat efektif untuk mencegah erosi dan aliran permukaan. Kelemahannya tidak dapat diterapkan pada semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Teknik konservasi ini juga tergolong mahal, sehingga sulit diterapkan petani tanpa disertai subsidi dalam pembuatannya. Teras gulud adalah guludan bersalur yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng Arsyad 2010. Semakin pendek jarak teras akan semakin kecil erosi yang terjadi pada lahan teras Sinukaban 1994. Hasil penelitian tentang teras gulud sebelumnya, diantaranya oleh Lestari 2004 menunjukkan bahwa luas guludan Tinggi 15 cm dan lebar 20 cm yang dilengkapi saluran kedalaman 15 cm dan lebar 20 cm dan lubang resapan diameter 8 cm dan kedalaman 1 m lebih efektif dalam menekan aliran dan erosi permukaan serta menyelamatkan unsur hara lebih banyak dari pada bedengan konvensional lebar saluran 20 cm dan kedalaman saluran 15 cm.

2.9. Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi ROXB

Dokumen yang terkait

Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun

0 35 67

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron.L) SUKUN DI KPH MADIUN PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

5 77 18

Keanekaragaman Binatang Tanah Pada Berbagai Macam Tegakan Hutan (Studi kasus di RPH Cibatu,BKPH Cibatu, KPH Garut, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 10 81

Laju Infiltrasi pada Berbagai Jenis Penutupan Laban Hutan Di RPH Tenjowaringin, BKPH Singaparna, KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 12 73

Pengaruh Berbagai Penutupan Lahan Terhadap Tingkat Erosi dan Aliran Permukaan (Studi Kasus di RPH Tanggulun, BKPH Kalijati, KPH Purwakarta)

1 9 76

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Studi laju degradasi hutan jati (Tectona grandis) KPH Bojonegoro perum perhutani unit II Jawa Timur

0 10 100

Laju aliran dan erosi permukaan di lahan hutan tanaman jati (tectona grandis, l.f) dengan berbagai tindakan konservasi tanah dan air (studi kasus : rph getas, bkph monggot, kph gundih, perum perhutani unit I Jawa Tengah)

2 18 143

Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

0 4 135

Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Habis Jati di RPH Panggung BKPH Dagangan KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 10 106