Plot 2 Lahan kayu putih dengan teras bangku dan jagung, berupa lahan Plot 3 Lahan kayu putih dengan tanaman kemlandingan dan jagung, Plot 4 Lahan kayu putih dengan tanaman kacang tanah dan kedelai,

Gambar 5. Sketsa penggunaan lahan di plot 1

b. Plot 2 Lahan kayu putih dengan teras bangku dan jagung, berupa lahan

yang ditanami tanaman kayu putih sebanyak 32 buah dan tanaman jagung sebanyak 206, dan menggunakan teras gulud sebanyak 18 guludan dengan jarak antar gulud 1-1,5 meter dengan kelerengan 20 teras gulud dan tanaman jagung. Sketsa plot 2 disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Sketsa penggunaan lahan di plot 2

c. Plot 3 Lahan kayu putih dengan tanaman kemlandingan dan jagung,

berupa lahan yang ditanami kayu putih sebanyak 36 pohon dan tanaman jagung sebanyak 187 serta tumbuhan bawah kemlandingan yang ditanam menyebar di dalam plot dengan kelerengan 20 . Sketsa plot 3 disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Sketsa penggunaan lahan di plot 3

d. Plot 4 Lahan kayu putih dengan tanaman kacang tanah dan kedelai,

berupa lahan yang ditanami kayu putih sebanyak 32 pohon dan kacang tanah hampir setengah plot serta kacang kedelai sisanya dengan kelerengan 20 . Sketsa plot 4 disajikan dalam Gambar 8. Gambar 8. Sketsa penggunaan lahan di plot 4

2. Curah hujan, aliran dan erosi permukaan

Mengukur curah hujan harian mmhari di plot erosi, diukur satu kali pada pagi hari setiap pukul 07.00 WIB dengan alat ombrometer manual selama pengamatan. Curah hujan harian selama satu tahun diperoleh dari instansi sekitar lokasi pengamatan yang telah mengukur curah hujan minimal selama satu tahun. Pengukuran erosi dan aliran permukaan menggunakan bak ukur erosi. Bak ukur erosi terdiri dari plot ukur erosi yang memiliki panjang 22 m, tinggi 20 cm dan lebar 8 meter. Plot dihubungkan dengan bak penampung berukuran panjang 59 cm, tinggi 20 cm dan lebar 20 cm Bak A dan bagian terendah bak ini dilubangi 5 buah lubang. Lubang ke-3 atau lubang tengah dihubungkan ke bak penampung Bak B yang dihubungkan dengan pipa paralon sepanjang 50 cm dan Bak B diberi lubang sebanyak 8 buah lubang, dan lubang pertama disalurkan dengan pipa paralon sepanjang 50 cm menuju bak penampung Bak C. Proses pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengukur tinggi muka air didalam bak A, bak B dan bak C di setiap plot menggunakan penggaris atau meteran untuk mengetahui volume aliran permukaan. 2. Mengaduk air dan tanah yang berada dalam bak penampung secara merata. 3. Mengambil contoh air dari bak A, bak B dan bak C masing-masing sebanyak 500-600 ml dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. 4. Mendiamkan contoh air sampel selama 24 jam. 5. Setelah 24 jam, contoh air tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah dioven selama 1 jam dalam suhu 105 o C dan diketahui beratnya berat awal. 6. Memasukkan contoh tanah yang disaring tersebut kedalam oven sampai memiliki berat yang konstan pada suhu 105 o C. 7. Setelah dioven didiamkan sesaat kemudian ditimbang dan dicatat berat berat akhirnya.

3. Data bobot isi tanah

Data bobot isi tanah di masing-masing plot erosi didapat dari data contoh tanah yang diambil dengan menggunakan ring sampel. Pengambilan sampel tanah dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada bagian hulu, tengah dan hilir plot erosi. Ring sample dengan volume yang telah diketahui dibenamkan ke dalam tanah, kemudian diambil contoh tanah tersebut. Setelah diambil contoh tanah tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105ÂșC dan diukur berat sampelnya. Maka didapat bobot isi tanah dengan pembagian antara berat kering tanah dan volume ring sampel.

3.4 Pengolahan data 1. Aliran dan erosi permukaan

Dokumen yang terkait

Potensi Ekowisata pada Kegiatan Pemuliaan Pohon di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Madiun

0 35 67

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron.L) SUKUN DI KPH MADIUN PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

5 77 18

Keanekaragaman Binatang Tanah Pada Berbagai Macam Tegakan Hutan (Studi kasus di RPH Cibatu,BKPH Cibatu, KPH Garut, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

1 10 81

Laju Infiltrasi pada Berbagai Jenis Penutupan Laban Hutan Di RPH Tenjowaringin, BKPH Singaparna, KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 12 73

Pengaruh Berbagai Penutupan Lahan Terhadap Tingkat Erosi dan Aliran Permukaan (Studi Kasus di RPH Tanggulun, BKPH Kalijati, KPH Purwakarta)

1 9 76

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Studi laju degradasi hutan jati (Tectona grandis) KPH Bojonegoro perum perhutani unit II Jawa Timur

0 10 100

Laju aliran dan erosi permukaan di lahan hutan tanaman jati (tectona grandis, l.f) dengan berbagai tindakan konservasi tanah dan air (studi kasus : rph getas, bkph monggot, kph gundih, perum perhutani unit I Jawa Tengah)

2 18 143

Peran Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus di Desa Bareng, RPH Alasgung, BKPH Bareng, KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

0 4 135

Kuantifikasi Kayu Sisa Penebangan Habis Jati di RPH Panggung BKPH Dagangan KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 10 106