Pola Sidik Deskriptor Lifeform Coral Sub-masive CS.

80 Gambar 52, Grafik trend pola sebaran hasil sidik deskriptor energetik Tabel 4, Parameter statistik deskriptor energetik N o Deskriptor Rentang Absolut Rentang Relatif Nilai Baku Ekstrim Nilai Ragam Simpangan Baku 1 X8 Red Indeks 0.60 1.64 0.82 262009.40 511.87 2 X9 Green Indeks 0.40 1.22 0.61 173095.02 416.05 3 X10 Blue Indeks 0.53 2 1 42271.37 20560.00 4 X11Yelow Indeks 0.65 1.36 0.68 307392.90 554.43 5 X12 Intensity 107.67 0.86 0.43 210964079 145246.02 6 X13 Hue 0.06 -2.70 1.35 6.85 2.62 7 X14 Saturation 107.67 0.86 0.43 210964015 145.25

4.2.2. Pola Sidik Deskriptor Lifeform Coral Sub-masive CS.

Dari nilai-nilai hasil ekstraksi citra secara geometrik dan energrtik, kemudian diplot untuk melihat trend pembentukan pola yang dijadikan acuan kuantitatif sederhana mengenali nilai-nilai penciri obyek dan sebab akibat yang saling mempengaruhi ataupun mengikat nilai-nilai tersebut secara pasti sehingga dapat digunakan menjadi acuan mendiskripsikan obyek lifeform tersebut. Sebagai deskriptor geometrik, nilai-nilai yang didapat dari jumlah pixel picture element, rerata 3000 data, memenuhi area luasan obyek, keliling perimeter, lebar width dan panjang length lifeform tampak polanya sebagaimana grafik 24, bahwa rerata pixel area yang diplot sebagai X1 memiliki nilai tertinggi 23737 unit, Perimeter sebagai X2 bernilai 559 unit pixel, Width sebagai X3 bernilai 163.2 unit pixel sedangkan Length sebagai X4 bernilai 185 unit pixel, yang secara keseluruhan mendiskripsikan ciri geometris lifeform. 81 Gambar 53, Grafik Pola Sidik Deskriptor Geometrik X1, X2, X3, X4, Coral Sub Masive dalam satuan PixelUnit Dari data X1, X2, X3 dan X4 dilakukan perhitungan lanjutan sehingga menghasilkan nilai rata-rata Elongation kecenderungan panjang atau X5 sebesar 1.14, Circularity kecenderungan bundar atau X6 sebesar 1.05, serta Rectangularity kecenderungan persegi empat atau X7 sebesar 1.28. Yang mana tergambar pada Gambar 54 bahwa ketiga descriptor memberikan nilai mendekati satu atau mendekati kemutlakan bentuk yang diwakili. Namun dilihat secara terpisah, nilai terkecil adalah X6 yakni benda mendekati bundar. Sementara elongation memberikan gambaran benda sedikit lonjong. Tetapi rectangularity memberikan nilai yang jauh lebih tinggi sehingga dideskripsikan bahwa life form ini jauh dari bentuk persegi empat. Maka secara keseluruhan berdasarkan grafik ini maka dapat dibenarkan secara bersama dengan pengamatan visual bahwa life form Coral Sub-masive ini adalah bundar. Lebih jelasnya lihat pada Gambar 54. Gambar 54, Grafik Pola Sidik Deskriptor Geometris X5, X6, X7 Coral Sub Masive dalam skala unity=1 82 Sebagai deskriptor energetik maka, nilai-nilai yang dihasilkan akan menjadi indikator penciri obyek tersebut. Hal ini tentunya akan sangat dipengaruhi obyek tersebut mampu merefleksikan spektrum energy cahaya yang diterima melalui kolom air lalu di kembalikan sebagai spectrum warna yang secara visioner yang dalam penelitian ini dilakukan pencuplikan menggunakan kamera pada wahana. Dari seluruh spektrum warna tampak yang diterima, yang memiliki rentang paling lebar adalah Red, Green dan Blue sebagai warna primer. Dalam penelitian dikembangkan lebih detil lagi dengan menggunakan warna kuning sebagai deskriptor baru. Hal ini dimungkinkan karena warna kuning adalah warna komplementer dari warna biru yang ditentukan sebagai selisih antara derajat skala warna antara 0 sampai 256 atau rentang skala 255 terhadap banyaknya wana biru yang muncul, sehingga selisihnya merupakan warna kuning. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kecerahan lifeform indeks kuningnya. Besaran nilai nilai Red, Green, Blue dan Yelow dari 3000 data citra life form, kemudian diplot setelah diekstraksi, tampak bahwa; Red memberikan rerata 174 dengan indeks red X8 sebesar 0.45, ini cukup tinggi dibanding Green; bernilai 141 dengan indeks green X9 sebesar 0.37 dan terendah adalah nilai Blue yakni 69,8 dengan indeks X10 sebesar 0.49, ini dimungkinkan karena absorpsi kolom air terhadap iluminasi cahaya matahari serta sinar lampu wahana akan mempengaruhi pula kemungkinan pemantulan kembali spektrum warna, mengakibatkan Red dengan panjang gelombang 700 nm memiliki kemungkinan lebih besar direfleksikan dibanding Green, berpanjang gelombang 546.1 nm dan Blue 435.8 nm. Dari prosesi fisika inilah menyebabkan citra mentah cenderung berwarna buram, sebelum dilakukan pre-processing. Untuk mengetahui seberapa besar keseimbangan warna sebenarnya maka obyek harus diketahui tingkat kecerahannya yang diindikasikan oleh warna kuning, atas dasar pemikiran ini maka, dilakukan pengembangan deskriptor warna kuning Yelow yang merupakan warna komplementer dari warna biru. Nilai biru yang sangat tinggi sebesar 185.2 dengan indeks 0.49, sehingga dapat diketahui bahwa life form karang ini sebenarnya memiliki warna yang seimbang dan cukup cerah. 83 Sebagai nilai indeks warna RGBY maka pola pada Gambar 56, mendapatkan refleksi yang sama terhadap Gambar 55 namun dalam skala satuan yang berbeda, ini terjadi karena pola nilai Gambar 56 dihitung berdasarkan nilai mutlak yang terbentuk sebagaimana Gambar 55. Gambar 55, Grafik Pola Sidik Skala Red Green Blue Yelow RGBY, Coral Sub Masive dalam Gray Scale 0-256 Gambar 56, Grafik Pola Sidik Deskriptor Energetik Indeks X8, X9, X10, X11, Coral Sub Masive dalam derajat reflection antara 0 dan 1 Sebagai data sidik deskriptor yang bersifat independen, intensitas brightnessluminance merupakan perangkat yang menyatakan seberapa banyak cahaya yang diterima kamera sebagai refleksi dari obyek, tentunya juga 84 mengindikasikan seberapa besar cahaya tersebut diterima obyeklifeform, dengan mengabaikan warna-warna yang besertanya, sehingga jika terang atau tinggi angkanya maka akan cenderung putih tetapi jika gelap atau rendah nilainya maka akan hitam. Dalam penelitian ini, Intensity X12 memiliki nilai cukup tinggi, sebesar 128.14. hal yang sama terjadi pada Saturation X14 yang bernilai 128.1376472. saturasi adalah deskriptor yang menginformasikan tingkat kemurnian warna spektrum cahaya yang diterima kamera dari lifeform, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh warna putih pada warna-warna yang direfleksikan lifeform yang mampu ditangkap kamera. Dari keduan data nilai deskriptor X12 dan X14 maka tampak bahwa besarnya pengaruh tingkat kecerahan yang cukup tinggi pada nilai intensitas menyebabkan besarnya warna putih yang mampu mempengaruhi warna sebenarnya, baik itu merah, hijau, biru ataupun kuning dari obyek sehingga Saturasi-nya menjadi tinggi pula. Hal tersebut akan secara serta-merta mempengaruhi sidik deskriptor Hue yang merupakan indikator independen yang berfungsi menjelaskan seberapa besar warna sebenarnya dari lifeform yang mampu direfleksikan kearah kamera pada saat pengambilan citra di lapang. Nampak nyata bahwa nilai Hue adalah memang rendah pada penelitian ini sebagaimana terlihat pada Gambar 57. Gambar 57, Grafik Pola Sidik Deskriptor Energetik indikator independenX12, X13, X14, Coral Sub Masive dalam Gray Scale 0-256 untuk X12 dan X14 dan Derajat Radian skala 360 untuk X13 85

4.2.3. Hasil Analisis JST Untuk Life Form Karang