3 Karakteristik fisiologis pada terumbu karang terbentuk dari endapan-
endapan masif kalsium karbonat CaCO3, yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu karang hermatipik dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia
yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang men-sekresi kalsium karbonat.
Karang pembentuk terumbu karang hermatipik hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan
koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini
merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan
jaringan mati mesoglea dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis. Dalam gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel tunggal dinamakan zooxantellae,
hidup bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, yang kemudian disekresikan sebagian ke
dalam usus polip sebagai pangan. Perbedaan spesies binatang karang memungkinkan pembentukan terumbu
berbeda secara spesifik untuk tiap jenisnya, sehingga dapat dilakukan identifikasi berdasarkan perbedaan tersebut. Pengembangan metode dasar identifikasi dengan
menggunakan karakteristik alami terumbu karang yang kemudian bisa dikenali sebagai biometrik, yang mencakup karakteristik fisiologis dan behaviour. Ini
memberikan kemudahan memahami dan mengenali bentuk berbeda-beda dari jenis-jenis lifeform karang
yang dalam penelitian ini menggunakan pengkategorian dan pengkodean lifeform menurut English et al. 1994.
1.2. Permasalahan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi jenis terumbu karang seperti Manta Tow, Line Intercept Transect dan Quadrate
Transect yang memiliki keunggulan, juga kekurangan dan kesalahan pengamatan, serta menyebabkan interpretasi yang keliru sehingga mempengaruhi kesimpulan
tentang obyek tersebut, termasuk keterbatasan manusia dalam pekerjaan ini. Keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan eksplorasi tersebut terjawab
dengan kehadiran robot-robot pengamatan bawah air seperti Remotely
4 Underwater Vehicle ROV dan Autonomous Underwater Vehicle AUV,
bersamaan tantangan yang muncul adalah bagaimana mengenali pola bentuk dalam menyimpulkan definisi sebuah obyek melalui analisis hasil gambar dan
video bawah air yang dihasilkan dengan akurasi yang tinggi.
1.3. Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan integrasi dari ilmu instrumentasi optik bawah air dan akustik kelautan dalam aplikasinya untuk eksplorasi bawah air, yakni Analisis
terhadap obyek dasar perairan khususnya terumbu karang .
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji perangkat analisis JST sebagai bagian metode sidik jari bagi pengenalan pola karang berdasarkan deskriptor dari data
yang didapat dari unjuk kerja WPBA yang dibangun dan diuji lapang untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantifikasi obyek target secara akurat dengan
meminimalisir faktor galat.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan mengatasi kekurangan- kekurangan metode terdahulu, dalam analisis dan identifikasi serta kuatifikasi
obyek bawah air dari data gambar dan video dengan koreksi geografis serta bathymetry, yang dihasilkan WPBA dengan akurasi yang tinggi. Sehingga kelak
akan mempermudah penyediaan data dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengambilan kebijakan-kebijakan eksploratif juga keruangan
area laut.
1.6. Hipotesis
Setiap jenis karang memiliki kekhususan yang dapat ditentukan dari nilai karakter jenisnya. Karakter ini dapat diidentifikasi dan dikuantifikasi melalui
metode JST
.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA