Analisis Kecenderungan Fisheye Effect Akibat Kecembungan Lensa Kamera Ekstraksi Deskriptor Citra Jenis Karang

39 atau ……………….. 27 untuk mendapatkan nilai dugaan ke-i berdasarkan nilai k R i R Selanjutnya nilai-nilai dugaan berikutnya nilai hasil ekstrapolasi didapatkan dengan menghitung ŷ R i R untuk i yang bernilai n+1 atau n+2, dan seterusnya Hanke Reitsch 1992 dalam Setiawan M.A, 2008. Untuk menganalisis data yang diperoleh pada penelitian ini digunakan analisis trend non linier, dimana langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: a. Membuat ploting garis dari data deret jarak terhadap jumlah pixel pada tabulasi dengan skala hitung dengan mengambil sumbu datar menyatakan jarak dan sumbu tegak menyatakan jumlah pixel. Jika titik-titik nampak terletak sekitar garis lurus, trend linier dapat ditentukan. Jika tidak, trend tidak linier harus diambil. b. Jika menunjukkan trend non linier lalu buat garis lengkungan yang diperkirakan paling cocok dengan kedudukan titik-titik itu. c. Untuk trend non linier kemudian ditentukan peramalan terhadap kemampuan kamera untuk kualitas jarak pandang maksimum.

3.3.4.2. Analisis Kecenderungan Fisheye Effect Akibat Kecembungan Lensa Kamera

Tingkat kecembungan dari sebuah kamera merupakan standard yang diberikan oleh pabrikan, namun dampak dari hal tersebut menyebabkan sebuah obyek akan berubah-ubah ukurannya jika berada pada posisi yang berbeda-beda terhadap axis kamera. Kenampakan penglihatan sebagaimana akibat kecembungan lensa kamera ini merupakan kemiripan penglihatan kita seperti pantulan penglihatan mata ikan. Sehingga disebut sebagai efek mata ikan pada kamera Camera Fish Eye Effect. Pengukuran FEE lensa kamera yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa sampel gambar dari citra yang telah diperoleh sebagai sampel; 1. dengan posisi sejajar axis, 2. 50 dari axis ke tepi searah horisintal 3. 100 dari axis ke tepi searah horizontal 40 4. 50 dari axis ke tepi searah vertikal 5. 100 dari axis ke tepi searah horizontal 6. 50 dari axis ke tepi searah diagonal 7. 100 dari axis ke tepi searah diagonal Berdasarkan data yang diambil dari ketujuh posisi tersebut lihar gambar 13 maka akan di analisis nilai-nilai deskriptor geometrik-nya, yang kemudian dihitung nilai rata-rata rasio perubahan berhuhubungan dengan beda posisi tersebut. Gambar 13, Skema kerja dan analisis Fisheye Effect pada kamera yang digunakan pada penelitian sebagaimana prosedur 1 sampai 7.

3.3.4.3. Ekstraksi Deskriptor Citra Jenis Karang

Setelah image pre-processing dilakukan kemudian ekstraksi data deskriptor dilakukan dan dikelompokan dalam dua proses, hal ini didasarkan atas bagaimana proses fisis dari deskriptor itu bisa muncul dan berada pada sebuah obyek yang nantinya menjadi data input Xn pada pelatihan jaringan syaraf tiruan yang digunakan nanti. a Deskriptor Geometrik Setiap benda adalah sesuatu bentuk yang memiliki keruangan tiga dimensi XYZ, ketika unsur keruangan tersebut tercuplik kedalam sebuah citra sebagai dua dimensi XY, maka yang akan tampak adalah benda dengan geometris; 41 panjang, lebar, serta kelilingngnya disertai kecenderungan-kecenderungan fisisnya. Berdasarkan hal tersebut maka benda dikuantifikasi ukurannya dengan konversi kedalam ukuran jumlah pixel yang memenuhi keruangan dua dimensi benda tersebut. lihat Gambar 14 Gambar 14, Metode Deteksi Tepi dan Ujung Obyek Sriyasa, 2003 Penggunaan perangkat lunak citra, untuk ekstraksi data deskriptor lifeform karang berdasarkan situasi fisis dari citra yang diperoleh dilakukan setelah pre- processing terhadap citra tersebut, dengan menghitung area dan perimeter, panjang dan lebar sebagai deskriptor geometrik sebagaimana berikut; X1 = Area A X2 = Perimeter P X3 = Lebar W X4 = Panjang L X5 = Elongation Elong = LW X6 = Circularity Circ = P4ΠA X7 = Rectangular Rect = PLA Data deskriptor X1, X2, X3 dan X4 dapat di ekstrak langsung namun X5, X6 dan X7 harus dihitung terlebih dahulu karena merupakan deskriptor turunan Pixcel X,Yatas Awal deteksi Pixcel Xkiri,Y Pixcel X,Ybawah Pixcel Xkanan,Y Akhir deteksi 42 dari keempat deskriptor lainya. Kemudian dengan scater plot, dilakukan analisis hubungan trend data ke tujuh deskriptor terhadap perubahan jarak kedalaman. b Deskriptor Energetik Citra merupakan suatu fungsi intensitas dala bidang dua dimensi. Intensitas berrasal dari sumber cahaya, adalah sebuah bentuk energi. Fungsi intensitas berada pada; 0 fx , y ∞ dimana fungsi intensitas merupakan fungsi sumber cahaya yang menerangi obyek serta cahaya yang dipantulkan obyek yang ditulis sebagai; 0 I x,y ∞ iluminasi sumber cahaya, sedangkan 0 rx,y 1 koefisien pantul obyek. Fungsi intensitas pada suatu titik x,y disebut derajat keabuan atau gray level l, dengan l terletak diantara ; L R min R ≤ 1 ≤ L R max R Wijaya dan Priyono, 2007. Dengan menggunakan perangkat lunak Photosop, ekstraksi nilai Red Green Blue RGB diambil sebagai informasi fungsi intensitas energi yang direfleksikan lifeform dalam spektrum warna. Data ini di ambil untuk mendeskripsikan ciri lifeform karang secara energetik, diantaranya; X8 = Indeks warna merah I R red R = RR+G+B X9 = Indeks warna hijau I R green R = GR+G+B X10 = Indeks warna biru I R blue R = BR+G+B X11 = Indeks warna kuning I R yelow R = YC+M+Y X12 = Intensitas I = R+G+B3 X13 = Hue Cos Hu = 2R-G-B2 √βR+G+R+B+R+G X14 = Saturation S = I – 3R+G+B-RGB

3.3.4.4. Jaringan Syaraf Tiruan Yang Digunakan