cxxxiv kegiatan diskusi kelompok, dan pada umumnya siswa pada usia SMP belum terlatih
untuk melakukan kegiatan kooperatif. Dari dua metode pembelajaran ini, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih baik dari pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi usaha dan energi terhadap
prestasi belajar siswa. Karena nilai rata-rata pada pembelajaran tipe JIGSAW, 71,93 sedangkan tipe STAD, 65,39.
2. Hipotesis Kedua
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama aspek prestasi belajar diperoleh P- Value kemampuan awal = 0,000 0,05, maka Ho kemampuan awal tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ditolak, P 0,005 ditolak , berarti kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Dari uji lanjut paska anava dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan awal kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa pada materi usaha dan energi. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada tabel 4.18 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 209.
Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada kelompok kemampuan awal kategori tinggi dan kelompok kemampuan awal
kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal merupakan keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya. Kemampuan awal terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan individu
atau merupakan hasil belajar individu melalui interaksi sosial. Kemampuan awal
cxxxv mengandung dua makna yaitu attitude to science dan attitude of science. Attitude
yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan attitude yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Kemampuan awal yang
dikembangkan di sekolah meliputi: sikap jujur, terbuka, luwes, tekun, logis, kritis, kreatif. Sejumlah “scientific attitude” ini mungkin dapat dikembangkan dan
ditingkatkan jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang saintifis muda di kelas. Untuk itu, siswa memerlukan lebih banyak “doing science” dari pada
“listening to scientific knowledge” atau dengan kata lain pembelajaran sains disajikan guru dengan mengurangi peran ceramah dan meningkatkan dan mendorong siswa
untuk melakukan kegiatan seperti pengamatan, pengujian dan penelitian. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal akan lebih mudah mengatasi permasalahan-
permasalahan yang timbul pada saat melakukan kegiatan pembelajaran sains
3. Hipotesis Ketiga