PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN

GAYA BELAJAR SISWA

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO S 830908205

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT

DIVISION (STAD)MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISW

A

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal: Februari 2010

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd ... NIP. 19520116 198003 1 001

Pembimbing II 2. Dr. Sarwanto, MSi ... NIP. 19690901 199403 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DIVISION (STAD)MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISW

A

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205

Telah disahkan oleh Tim Penguji Dewan Penguji

Jabatan N a m a Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ..………….

NIP. 19510102 197501 1 001

Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D ..…………. NIP. 19520915 197603 2 001

Anggota Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ..…………. NIP. 19520116 198003 1 001

Anggota Dr. Sarwanto, M.Si ..………….

NIP. 19690901 199403 1 002

Surakarta, Februari 2010 Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001 Mengetahui

Direktur PPs UNS,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Indra Yunan Yunianto NIM : S.830908205

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul "PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT

DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA " (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, 17 Februari 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Team Achievement Division (STAD)Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil Ditinjau

Dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil, (2) perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik, (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi siswa, (6) interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi siswa, dan (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan desember 2009. Populasi sampel adalah seluruh siswa kelas IX. Sampel diambil dengan teknik cluster random dari empat kelas, kelas IX D dan IX E diberi pembelajaran STAD menggunakan lab virtuil, sedangkan kelas IX F dan IX G diberi pembelajaran STAD menggunakan lab riil. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk mendapatkan data kemampuan awal dan data prestasi belajar, serta teknik non tes berupa angket untuk mendapatkan data gaya belajar siswa. Analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan Analysis of Means.

Hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan lab riil dengan menggunakan lab virtuil (p-value = 0,117 > 0,050), (2) ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah (p-value = 0,000 < 0,050), dari hasil uji lanjut Anava didapatkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tingi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik (p-value = 0,467 > 0,050), (4) tidak ada interaksi antara pembelajaran STAD menggunakan lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi belajar (p-value = 0,233 > 0,050), (5) tidak ada interaksi interaksi antara pembelajaran STAD menggunakan lab dan gaya belajar terhadap prestasi belajar (

p-value = 0,233 > 0,050), (6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya

belajar terhadap prestasi belajar (p-value = 0,381 > 0,050), dan (7) tidak ada interaksi antara pembelajaran STAD menggunakan lab, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar (p-value = 0,875 > 0,050).


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Cooperative Learning Through the Student Team Achievement Division (STAD) Using the Real Lab And the Virtual lab Overviewed From the Prior Knowledge and The Student’s Learning Style (Case Study of Electrics Dynamic For Student of Grade IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen Academic Year 2009 / 2010)”. Thesis. Advisor I: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si, Science Education Program, Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.

The purposes of this research are to know: (1) the difference of student achievement between students who learn through STAD using real lab and virtual lab, (2) the difference of student achievement between students who have high and low prior knowledge, (3) the difference of student achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (4) the interaction between learning using real lab and virtual lab and prior knowledge, (5) the interaction between learning using real lab and virtual lab and learning styles, (6) the interaction between prior knowledge and learning styles, and (7) interaction between learning using real and virtual lab, prior knowledge, and learning style.

This research used the experimental method and was conducted March– December 2009. The population of the research was all students in grade IX. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes, grade IX D and E were treated using STAD with virtual lab and grade IX F and G were treated using STAD with real lab. The data was collected using test for student prior knowledge and student’s achievement, and questionnaire for student learning styles. Analyzing the data used the three ways anova by 2x2x2 factorial design and continued by Analysis of Means.

The Result of this research can be concluded: (1) there is no difference of student achievement between student who learn using real lab and virtual lab (p-value = 0,117 > 0,050), (2) there is difference of student achievement between students who have high and low prior knowledge, (p-value = 0,000 < 0,050), from the next result test of Anova resulted that student who have high prior knowledge better than student who have low prior knowledge, (3) there is no difference of student achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (p-value = 0,467 > 0,050), (4) there is no interaction between STAD learning using lab and the prior knowledge to the student achievement (p-value = 0,233 > 0,050), (5) there is no interactions between STAD learning using lab and learning style to the student achievement (p-value = 0,233 > 0,050), (6) there is no interaction between prior knowledge and learning styles to the student achievement (p-value = 0,381 > 0,050), and (7) there is no interaction between STAD learning using lab, prior knowledge, and learning styles to student achievement ( p-value = 0,875 > 0,050).


(7)

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1.

Ayahanda (Alm) dan Ibunda tercinta

2.

Istri dan anak-anakku tersayang


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik dan lancar untuk memenuhi sebagaian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian tesis ini, terutama kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala fasilitas kepada penulis dalam menempuh pendidikan pada program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan pemikiran yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Dr. Sarwanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing II Program Pendidikan Sains yang telah memberi petunjuk dalam penyusunan tesis penelitian ini.

4. Para Dosen dan Guru Besar Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id semangat untuk selesainya tesis ini.

6. Kepala SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen yang telah memberikan ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

7. Kepala SMP Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen yang telah memberikan ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan ujicoba instrumen penelitian.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberi imbalan yang terbaik atas amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan penelitian ini dimasa yang akan datang.

Surakarta, 17 Februari 2010


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Tinjauan Tentang Belajar ... 14

2. Pembelajaran Kooperatif ... 23

3. Laboratorium ... 29

4. Laboratorium Riil ... 33

5. Laboratorium Virtual ... 34

6. Kemampuan Awal ... 37

7. Gaya Belajar ... 39

8. Prestasi Belajar ... 41

9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis ... 45

B. Penelitian Yang Relevan ... 52

C. Kerangka Berpikir ... 53

D. Hipotesis ... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 63

C. Variabel Penelitian ... 64

1. Variabel Bebas ... 65

2. Variabel Moderator ... 65

3. Variabel Terikat ... 65

D. Sumber Data ... 66


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Uji Validitas ... 69

2. Uji Reliabilitas ... 72

3. Indeks kesukaran ... 76

4. Daya Pembeda ... 77

H. Teknik Analisis Data ... 79

1. Uji Prasyarat ... 79

2. Uji Hipotesis ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Deskripsi Data ... 92

1. Prestasi Belajar IPA ... 92

2. Data Kemampuan Awal Siswa ... 94

3. Gaya Belajar Siswa ... 96

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 97

1. Uji Normalitas ... 97

2. Uji Homogenitas ... 98

C. Pengujian Hipotesis ... 98

1. Analisis Variansi ... 99

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan ... 100

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 102


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Implikasi ... 121

1. Implikasi Teoretis ... 121

2. Implikasi Praktis ... 123

C. Saran-saran ... 123

1. Saran untuk Guru ... 123

2. Saran untuk sekolah ... 124

3. Saran untuk para peneliti ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional IPA SMPN 2 Adimulyo ... 2

Tabel 1. 2 Nilai Rata-rata UAS Mapel IPA SMPN 2 Adimulyo ... 3

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar ... 20

Tabel 2.2 Nilai Hambat Jenis Beberapa Bahan Penghantar ... 48

Tabel 3.1 Jadual Penelitian ... 63

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 64

Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal ... 70

Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 71

Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Visual ... 71

Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ... 72

Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal .. 73

Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 74

Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual ... 75

Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik .... 75

Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal 76 Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar 77 Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal .. 79

Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi ... 79

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA ... 92


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil ... 95

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ... 95

Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa ... 97

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ... 97

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 98

Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi ... 99

Tabel 4.11 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal ... 101

Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi ... 102

Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Kemampuan awal ... 110

Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil dan Kemampuan awal ... 110

Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Gaya Belajar ... 112

Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil dan Gaya Belajar ... 112


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5

Gambar 4.6 Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Cara Pemasangan Amperemeter ………..……. Cara Pemasangan Voltmeter ………..…….. Grafik Hubungan Kuat Arus dan Beda Potensial ………. Rangkaian Terbuka ……….. Rangkaian Tertutup……… Rangkaian Listrik Majemuk ………. Rangkaian Seri ……….. Rangkaian Paralel ………. Histogram Prestasi kelas Lab Riil ………. Histogram Prestasi kelas Lab Virtuil ……… Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil …………... Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ………... Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi belajar IPA ... Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA .... Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi belajar IPA ... Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi ... Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar

terhadap prestasi ... 46 46 47 48 49 50 50 51 93 94 96 96 101 104 108 111 113


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 4.11 Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan Gaya


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 1. Silabus dan RPP Materi Pembelajaran Listrik Dinamis……

Lampiran 2. LKS ... Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Awal ... Lampiran 4. Soal Try Out Kemampuan awal ... Lampiran 5. Kisi-kisi Angket Gaya Belajar ... Lampiran 6. Angket Gaya Belajar…...……….…... Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar... Lampiran 8. Soal Try Out Prestasi Belajar... Lampiran 9. Soal Tes Kemampuan Awal ... Lampiran 10. Soal Tes Prestasi Belajar ... Lampiran 11. Data Tes Uji Coba Kemampuan Awal ... Lampiran 12. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Visual ... Lampiran 13. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Kinestetik ... Lampiran 14. Data Tes Uji Coba Prestasi Belajar ... Lampiran 15. Data Hasil Penelitian ...……….…...….. Lampiran 16. Deskripsi Data ...……….…...…... Lampiran 17. Uji Prasyarat Analisis ...……….…...…. Lampiran 18. Uji Hipotesis ... Lampiran 19. Perijinan Penelitian ...


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan ini diatur melalui seperangkat peraturan perundang-undangan yang intinya mengharapkan agar mutu pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin baik. Salah satu usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menaikkan nilai minimal kelulusan dan nilai rata-rata minimalnya. Namun usaha menaikkan nilai minimal kelulusan ini pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih dibawah negara lain sesama negara berkembang. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2007/2008 yang lalu bahwa dengan standar kelulusan nilai rata-rata 5,00 saja, terdapat 237.644 siswa yang tidak lulus atau 7,24% dari seluruh peserta UN se-Indonesia, padahal tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi (BSNP, 2008).

Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa yang menjadi barometer pendidikan di Indonesia dan memiliki banyak sekolah baik negeri maupun swasta, serta memiliki fasilitas pendukung yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa ternyata memiliki mutu pendidikan yang memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari laporan hasil UN tahun pelajaran 2008/2009 untuk jenjang SMP/MTs yang dikeluarkan oleh BNSP secara


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id umum rata-rata jumlah nilai UN Propinsi Jawa Tengah hanya 28,81 dan menempati peringkat 24 dari 33 propinsi se-Indonesia dengan 10,74% siswa tidak lulus UN.

Keadaan lebih memprihatinkan lagi terjadi di kabupaten Kebumen karena menempati peringkat 35 dari 35 kabupaten se-propinsi Jawa Tengah dengan persentase siswa yang tidak lulus sebesar 25,21%. Secara khusus untuk SMP Negeri 2 Adimulyo yang merupakan salah satu sekolah SSN di kabupaten Kebumen juga mengalami hal yang sama karena hanya menempati peringkat 33 se-kabupaten dengan rata-rata jumlah nilai UN 24,83 masih jauh dibawah rata-rata jumlah nilai propinsi namun sedikit di atas rata-rata jumlah nilai kabupaten (BSNP, 2008).

Khusus untuk nilai UN pada Mapel IPA SMP N 2 Adimulyo menempati peringkat 56 se-kabupaten Kebumen. Berikut ini adalah tabel nilai rata-rata Ujian Sekolah/UN IPA SMPN 2 Adimulyo pada 3 tahun terakhir:

Tabel 1.1 Nilai rata–rata Ujian IPA SMP Negeri 2 Adimulyo

No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata

Ujian Sekolah Ujian Nasional

1. 2005/2006 IX 5,39 -

2. 2006/2007 IX 5,66 -

3. 2007/2008 IX - 5,93

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.

Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai rata–rata IPA walupun berada di atas nilai minimum 4,25 namun masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajara IPA yaitu 64, rendahnya perolehan hasil belajar ujian tersebut mengindikasikan bahwa penguasaan materi esensial atau


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id konsep–konsep IPA yang dipahami para siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pula dalam tabel nilai mata pelajaran IPA pada tiap akhir semester seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Nilai rata – rata Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPA SMP Negeri 2 Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir

No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata Semester 1 Semester 2

1. 2005/2006 IX 56,8 57,2

2. 2006/2007 IX 58,2 58,6

3. 2007/2008 IX 59,2 60,4

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.

Prestasi belajar dalam materi pembelajaran listrik dinamis juga mengalami hal yang sama karena berdasarkan dokumen di SMP Negeri 2 Adimulyo, nilai ulangan pada materi listrik dinamis pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pembelajaran 2006/2007 sampai dengan tahun pembelajaran 2008/2009 masing-masing diperoleh rata-rata 58,5, 60,4, dan 59,3. Perolehan nilai ini masih jauh dari KKM yang di tentukan sekolah pada Komptensi Dasar Listrik Dinamis yaitu sebesar 67.

Rendahnya minat siswa untuk belajar IPA juga ikut berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar siswa, terlebih lagi untuk mata pelajaran fisika, karena selama ini fisika merupakan salah satu momok yang ditakuti siswa selain matematika, apalagi sejak tahun pelajaran 2008/2009, IPA termasuk di dalamnya fisika merupakan mata pelajaran yang diujikan secara nasional melalui UN dan menjadi penentu kelulusan. Motivasi siswa untuk belajar fisika pun rendah, hal ini diperparah lagi karena dalam mengajar di kelas, guru jarang memberikan motivasi kepada siswanya.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Metode mengajar guru yang monoton dan kurang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran juga memberikan andil pada rendahnya prestasi belajar siswa karena dalam hal ini guru sering memposisikan dirinya sebagai “Teacher Centered

Learning”. Ini bisa dilihat dalam pengajaran menggunakan metode ceramah dan

mencatat. Siswa kurang diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, interaksi antar siswa kurang diperhatikan, padahal banyak penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya dari pada belajar dengan guru. Apalagi dalam pembelajaran materi listrik dinamis yang merupakan materi aplikatif, memerlukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat pada guru tidak tepat dilaksanakan pada materi pembelajaran listrik dinamis.

Sesuai dokumentasi SMP Negeri 2 Adimulyo tahun 2008 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis mempunyai standar deviasi yang tinggi yaitu sebesar 19,7, ini menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan yang terlalu ekstrim antara siswa dengan nilai tinggi dengan siswa dengan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap kelas terdapat siswa yang tergolong superior dan siswa yang tergolong cacat akademik ringan yang kinerja akademiknya dibelakang para siswa yang taraf perkembangannya normal. Kesenjangan ini juga menunjukkan bahwa selama ini siswa tidak saling bekerjasama dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode mengajar guru juga turut andil dalam hal ini, karena selama ini guru jarang menggunakan metode yang memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama mempelajari materi


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran secara berkelompok, metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009:9), “ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya”. Jadi dalam metode kooperatif siswa dalam kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil duduk bersama saling membantu dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan rendah akan belajar banyak dari rekan yang lebih tinggi kemampuannya dalam kelompoknya.

Kesenjangan prestasi belajar IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo yang ekstrim ini terjadi pada hampir pada semua materi pembelajaran yang diajarkan, padahal dalam IPA terdapat materi pembelajaran yang saling berhubungan satu sama lain, bahkan terdapat suatu materi pembelajaran yang merupakan prasyarat pada materi pembelajaran yang lain. Seperti halnya materi pembelajaran listrik statis merupakan materi prasyarat pada listrik dinamis. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat penguasaan materi pembelajaran listrik statis siswa merupakan kemampuan awal siswa tersebut pada materi pembelajaran listrik dinamis. Menurut Winkel (1996:134), “pada setiap awal proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti terlebih dahulu tingkah laku awal siswa, karena dari tingkah laku inilah tergantung bagaimana proses belajar mengajar sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang mula-mula ditetapkan harus mengalami perubahan”. Uraian tersebut mengeaskan bahwa kemampuan awal siswa harus mendapatkan perhatian dari guru karena akan mempengaruhi proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar siswa pada


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id materi pembelajaran lain yang relevan. Selama ini guru di SMP Negeri 2 Adimulyo tidak memperhatikan kemampuan awal siswa, dalam arti siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah diperlakukan sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, ini dibuktikan dengan tidak adanya materi tambahan untuk siswa yang kemampuan awalnya rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah semakin tertinggal dalam mengikuti pembelajaran dari siswa lain yang mempunyai kemampuan awal tinggi.

Selama ini guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo juga kurang memperhatikan potensi dan gaya belajar siswanya. Gaya belajar menurut DePorter dan Hernacki (1999:109-124) dibagi menjadi tiga macam yaitu, visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan bergerak, banyak melakukan aktivitas fisik, interaksi kelompok). Metode mengajar guru selama ini yang memposisikan guru sebagai “Teacher

Centered learning” tentu saja hanya cocok bagi salah satu gaya belajar saja.

Sedangkan bagi gaya belajar yang lain akan membuat siswa kurang berminat pada pelajaran tersebut. Padahal menurut DePorter dan Hernacki (1999:50), menciptakan minat merupakan jalan untuk menciptakan motivasi demi mencapai tujuan. Apalagi selama ini banyak yang menganggap bahwa anak yang gaduh di kelas, banyak bergerak, dan mengganggu proses belajar mengajar adalah anak yang nakal sehingga harus dikeluarkan dari kelas. Padahal sebenarnya anak tersebut adalah anak dengan gaya belajar kinestetik, namun metode mengajar guru tidak memuaskan anak untuk memahami materi sehingga anak menjadi bosan. Efeknya siswa merasa tidak diperhatikan guru, sehingga berusaha mencari perhatian dengan caranya sendiri.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penyebab lain adalah guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif dalam penggunaan media, padahal mata pelajaran fisika selain menuntut keaktifan siswa, guru juga dituntut untuk menggunakan media yang bisa menjembatani pengetahuan fisika yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret. Dengan media sesuatu yang dilihat, dibaca, didengar, dirasa, dan dikerjakan bisa sekaligus dilakukan oleh siswa. Menurut Rose dan Nicholl (2002:192) “pelajaran diingat rata-rata 20% dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus”. Dalam pembelajaran listrik dinamis, selama ini guru hanya memakai laboratorium riil saja, itupun tidak maksimal, praktikum hanya dilaksanakan pada beberapa sub komptensi saja sehingga pelaksanaan yang tidak kontinyu ini mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terbangun secara runut dan teratur. Praktikum yang menggunakan lab riil saja juga menyebabkan kurang bervariasinya kegiatan praktikum, padahal ada media lain yang bisa dijadikan media interaktif seperti halnya lab riil yang biayanya murah, aman, variatif, dan menyenangkan. Media yang dimaksud diantaranya adalah media komputer. Media komputer yang dimiliki SMP Negeri 2 Adimulyo yang berjumlah 20 unit dapat dijadikan sebagai laboratorium virtuil, namun selama ini guru tidak memanfaatkannya sebagai laboratorium alternatif dalam pembelajaran, padahal dengan adanya lab virtuil ini diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat untuk belajar fisika.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Mutu pendidikan di Indonesia masih rendah yang ditandai dengan persentase

siswa yang tidak lulus Ujian Nasional tinggi padahal standar nilai rata-rata kelulusan hanya sebesar 5,00.

2. Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa memiliki fasilitas pendukung pendidikan yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa, namun kenyataannya mutu pendidikannya masih memprihatinkan, yang ditandai dengan peringkat Jawa Tengah hanya menempati urutan 24 dari 33 propinsi.

3. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak sekolah baik negeri maupun swasta, namun mutu pendidikan di Kebumen masih rendah bahkan menempati peringkat paling bawah se-propinsi Jawa Tengah. 4. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen sebagai sekolah favorit di kecamatan

Adimulyo seharusnya mempunyai nilai semester yang tinggi, namun kenyataannya prestasi belajar IPA pada UAS/UN maupun nilai raport tiap semester masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah. 5. Perolehan nilai ulangan pada materi pembelajaran listrik dinamis masih belum

mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.

6. Minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika rendah, bahkan Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi momok bagi siswa apa lagi sejak tahun pelajaran 2008/2009 IPA di ujikan secara nasional.

7. Metode mengajar guru monoton, siswa kurang diajak berpartisispasi aktif dalam pembelajaran, dan interaksi antar siswa tidak diperhatikan.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Di SMP Negeri 2 Adimulyo terjadi kesenjangan nilai yang ekstrem antara siswa

yang pandai dengan siswa yang tidak pandai, dan Guru tidak pernah menggunakan metode kooperatif dalam mengajar agar siswa dengan kemampuan rendah ikut terangkat kemampuan akademiknya.

9. Kesenjangan prestasi belajar juga terjadi pada kemampuan awal siswa, namun Guru tidak pernah memperhatikan kemampuan awal siswa, hal ini ditandai dengan tidak adanya pendalaman materi bagi siswa yang kemampuannya rendah. 10. Dalam satu kelas siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda sehingga

akan menyenangi tipe mengajar guru sesuai dengan gaya belajarnya, namun selama ini Guru tidak memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam mengajar, bahkan guru cenderung tidak menyukai siswa yang banyak bergerak seperti ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.

11. Media pembelajaran sangat banyak jenisnya dan tersedia di sekitar lingkungan sekolah, namun selama ini Guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif dalam penggunaan media pembelajaran sehingga tidak memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.

12. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen merupakan salah satu sekolah yang mempunyai laboratorium lengkap termasuk laboratorium komputer, namun dalam praktikum Guru hanya memakai laboratorium riil saja dan tidak pernah menggunakan media alternatif untuk praktikum yang hemat biaya, aman, variatif, menyenangkan, media yang dimaksud adalah komputer yang merupakan laboratorium virtuil.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian tentang identifikasi masalah, maka dalam penelitian perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih jelas dan terarah. Adapun batasan masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo, tahun pelajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 139 siswa.

2. Obyek Penelitian

a. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), yaitu pembelajaran yang membagi siswa-siswa berkemampuan berbeda, suku, ras, dan agama yaang berbeda kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari konsep yang telah diajarkan oleh guru.

b. Laboratorium yang digunakan dalam pembelajaran adalah lab riil dan lab virtuil, Pembelajaran fisika menggunakan laboratorium riil adalah pembelajaran listrik dinamis menggunakan komponen dan peralatan sesungguhnya yang ada dalam lab IPA SMP Negeri 2 Adimulyo. Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan lab virtuil adalah pembelajaran listrik dinamis menggunakan komputer yang telah diinstal software Edison4 yang menyajikan komponen dan peralatan bukan sesungguhnya yang ditampilkan dalam monitor komputer. Siswa mempraktekkan langkah-langkah yang ada dalam LKS.

c. Kemampuan awal adalah penguasaan konsep atau materi pelajaran sebelumnya yang merupakan materi prasyarat dalam pembelajaran. Kemampuan awal


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didapatkan dari nilai tes pada materi prasyarat. Kemampuan awal dibedakan menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Kemampuan awal dikategorikan tinggi jika nilai tes prasyarat di atas nilai rata-rata seluruh sampel, dan kemampuan awal dikategorikan rendah jika nilai hasil tes prasyarat di bawah nilai rata-rata seluruh sampel. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan materi prasyarat adalah materi pembelajaran pada pokok bahasan Listrik Statis.

d. Gaya belajar adalah cara siswa menyerap pelajaran dan informasi. Gaya belajar ada tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam penelitian ini gaya belajar dibatasi hanya dua cara yaitu visual dan kinestetik.

e. Prestasi belajar siswa merupakan nilai yang diperoleh siswa dari test hasil belajar pada materi pelajaran listrik dinamis yang dalam hal ini hanya mencakup pada ranah kognitif.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dengan siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?

3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik?


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa? 5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe menggunakan lab riil dan lab virtuil, gaya belajar, dan kemampuan awal terhadap prestasi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.

4. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan

awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penulis memandang bahwa penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis:

a. penulis melakukan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah, b. menambah wawasan keilmuan karena penelitian ini didukung dengan teori-teori

dari para pakar pendidikan,

c. sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. 2. Manfaat praktis:

a. memberi masukan kepada guru agar selalu berinovasi mengembangkan media pembelajaran agar menarik minat siswa untuk belajar,

b. hasil penelitian diharapkan dijadikan acuan bagi guru dalam pembelajaran menggunakan laboratorium atau media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,

c. memberi masukan kepada guru agar dalam mengajar guru harus memperhatikan gaya belajar dan kemampuan awal siswa.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Belajar a. Definisi Belajar

Sebagaian besar orang beranggn bahwa belajar adalah mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran, ada juga yang memandang belajar sebagai latihan membaca dan menulis. Pemahaman ini tentu saja kurang lengkap karena pada kenyataannya banyak sekali perbuatan yang termasuk dalam belajar. Menurut Gagne dalam Slameto (2003:13), “(1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi”. Menurut Winkel (1996:53), belajar dirumuskan sebagai: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Menurut Muhibbin Syah (2001:64) secara umum belajar dipahami sebagai “Tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognisi”. Sedangkan menurut Mohamad Surya (2003:11), “Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi belajar adalah aktivitas mental/psikis individu dengan bekerjasama dalam kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

b. Teori Belajar

1) Teori Belajar Gagne

Robert M. Gagne mengemukakan sebuah model belajar yang terkenal dengan model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:141-143) mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut adalah fase motivasi, pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan balik.

Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141), “siswa harus diberi motivasi dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah”, selaras dengan hal tersebut, pada penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memungkinkan siswa untuk termotivasi karena pada langkah/fase terakhir dari sintak dalam STAD adalah


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rekognisi tim atau penghagaan tim, artinya siswa diberi motivasi agar belajar dengan sebaik-baiknya agar berperan dalam kelompoknya untuk mendapatkan rekognisi.

Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang relevan yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam penelitian ini, fase ini terjadi pada sintak dalam STAD yaitu pada presentasi kelas, dalam presentasi kelas, guru menyampaikan materi pelajaran, memperkenalkan kepada siswa peralatan lab maupun software dalam lab virtuil ataupun langkah-langkah dalam LKS.

Dalam fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam penelitian ini, fase perolehan didapatkan karena siswa langsung berhubungan dengan peralatan laboratorium, dengan cara meyentuh, memasang peralatan lab, melihat langsung efek dari rangkaian yang telah dibuatnya sehingga memungkinkan siswa mendapatkan gambaran-gambaran mental dari informasi/konsep yang didapatkan sebelumnya.

Dalam fase retensi terjadi proses pemindahan informasi agar informasi yang diperoleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu dengan memindahkan informasi baru yang diperoleh oleh siswa dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali, praktek, ataupun elaborasi. Dalam penelitian ini, fase retensi terjadi karena pembelajaran dilengkapi dengan praktikum dalam laboratorium, dengan adanya praktikum memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak hanya sekedar hafalan, namun mendalam dan bermakna.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Dalam penelitian ini, fase pemanggilan terjadi pada saat siswa menjawab latihan soal yang mengarah pada kesimpulan ataupun rumus seperti yang terdapat dalam LKS.

Fase generalisasi merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah-masalah nyata, yaitu masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran listrik dinamis.

Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini, fase ini terjadi pada saat siswa mengerjakan kuis yang merupakan bagian dari STAD. Kuis yang dikerjakan secara individual ini akan memperlihatkan tingkat respon yang telah dipelajari siswa.

Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal yang telah diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan respon, maka siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah dipelajarinya.

Pembelajaran fisika pada materi pembelajaran listrik dinamis dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan virtuil pada penelitian


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini membutuhkan pemrosesan informasi agar dapat berlangsung dengan optimal. Siswa diharapkan akan mudah memproses, mengenal, mudah memperoleh, mudah menyimpan konsep dalam memori otak dalam jangka waktu panjang, serta mudah mengingat kembali konsep listrik dinamis.

2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget semua individu melalui empat tingkat perkembangan kognitif yaitu: a) tahap sensorimotor (0–2 tahun), selama periode ini anak mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), b) tahap pra-operasional (2–7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya, c) tahap operasional (7–11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berpikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris, d) tahap operasional formal (11 tahun keatas), anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret. Anak sudah mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Perkembangan intelektual itu dipengaruhi oleh faktor kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logiko-matematik, transmisi sosial, dan proses ekuilibrasi. Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logiko-matematik harus dibangun sendiri oleh anak sehingga dalam mengajar harus diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh anak.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada penelitian ini, seluruh siswa SMP Negeri 2 Adimulyo masuk dalam kategori perkembangan kognitif tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa mampu menerima pembelajaran dengan menggunkan model atau tiruan benda, sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dalam penelitian ini.

3) Teori Belajar Ausubel

Seorang ahli psikologi pendidikan, Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110) menyatakan bahwa:

Belajar diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan merupakan suatu kontinum. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final maupun bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Penerapan teori Ausubel dalam mengajar perlu diperhatikan prinsip pengatur awal, diferensisi progresif, penyesuaian integratif, dan belajar superordinat. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel disajikan dalam tabel 2.1:


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar

No Belajar berupa

Belajar Hafalan Belajar bermakna Secara

penerimaan

Secara penemuan

Secara penerimaan Secara penemuan 1 Materi disajikan

dalam bentuk final

Materi ditemukan oleh siswa

Materi disajikan dalam bentuk final

Materi ditemukan oleh siswa

2 Siswa menghafal materi yang disajikan

Siswa menghafal materi

Siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya

Siswa memasukkan matri kedalam struktur kognitifnya

Selaras dengan teori belajar Ausubel, materi pembelajaran dalam penelitian ini yaitu listrik dinamis seperti materi pembelajaran fisika yang lain bukan merupakan materi hafalan, listrik dinamis merupakan materi yang berhubungan dengan materi sebelumnya yaitu listrik statis. Konsep-konsep dalam listrik dinamis dapat dikaitkan dengan konsep-konsep dalam listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis merupakan materi prasyarat dalam materi pembelajaran lisrik dinamis. Penggunaan lab dalam pembelajaran memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman nyata dan memunkinkan terjadinya proses penemuan, sehingga pembelajaran tidak hanya dihafalkan saja tetapi siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya. Jadi dalam penelitian ini penggunaan penggunaan lab dengan memperhatikan kemampuan awal dalam penelitian memungkinkan terjadinya belajar bermakna seperti apa yang diungkapkan oleh Ausubel.

4) Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner dalam teori “Free Discovery Learning”, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Untuk memahami suatu konsep, siswa tidak menghafal definisi dari konsep tersebut, tetapi langsung mempelajai contoh-contoh kongkret dari konsep tersebut, baru kemudian dibimbing untuk memahami definisi dari konsep tersebut. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis (1989:101), “proses belajar akan melibatkan tiga hal sekaligus yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi serta ketepatan pengetahuan”. Suatu pengajaran atau teori instruksi menurut Bruner hendaknya meliputi pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan belajar, penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan penyajian materi pelajaran secara optimal, dan bentuk pemberian reinforcement.

Dalam menerapkan belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring, tujuan mengajar hanya dirumuskan secara garis besar, cara yang digunakan para siswa untuk menci tujuan tidak perlu sama, guru tidak begitu mengendalikan proses mengajar, dan penilaian hasil belajar meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip-prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kebaikan belajar penemuan adalah pengetahuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian yang ditunjang dengan lab riil dan lab virtuil ini sangat memungkinkan terjadinya belajar penemuan karena siswa


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terlibat langsung dan diberi kebebasan untuk menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya, yaitu dengan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya melalui kegiatan praktikum agar pengetahuan yang didapatnya merupakan hasil temuannya sendiri. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk dapat merumuskan masalah. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga akhirnya siswa dapat menarik suatu kesimpulan dan menemukan konsep dalam materi pembelajaran.

5) Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky dalam Paul Suparno (2006:45) mengemukakan, “pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah”. Pengertian spontan didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang dikan kelas. Seseorang yang belajar akan semakin mengangkat pengertiannya menjadi pengertian yang ilmiah. Pengertian spontan mempunyai dua segi yaitu pengertian dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain ini menyebabkan anak berusaha untuk mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai untuk berkomunikasi dengan orang lain, itulah sebabnya Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang mempunyai pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural berkembang dengan baik. Teori Vigotsky menekankan pada bakat sosiokulktural dalam pembelajaran.

Sejalan dengan Vygotsky, dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo yang menggunakan metode kooperatif tipe STAD ini memungkin siswa untuk berinteraksi


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan orang lain, siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa yang berkemampuan tinggi, sehingga siswa dengan kemampuan tinggi akan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa lain dalam kelompoknya sehingga pengetahuan siswa lain meningkat.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008:4), “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran menekankan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Menurut Paul Suparno (2006:134), “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan”. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:242), “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.

Pembelajaran kooperatif dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan, hal ini dikarenakan terdapat dua alasan seperti yang dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Wina Sanjaya (2009:242) yaitu:

Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua, merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan serta keterampilan.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sejalan dengan teori belajar Vygotsky, pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa ketrampilan kerjasama dan kolaboratif serta memahami konsep yang dianggap sulit oleh siswa, siswa berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya maupun dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi ini siswa saling bertukar pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi siswa SMP Negeri 2 Adimulyo kelas IX telah memasuki masa remaja, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya dan lingkungannya.

b. Keunggulan, Kelemahan Pembelajaran Kooperatif, dan Cara Mengatasinya

Siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak dari pada siswa pada kelas-kelas tradisional. Teori yang menjelaskan keunggulan pembelajaran kooperatif ini terbagi menjadi dua yaitu teori motivasi yang menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-tugas akademik, dan teori kognitif yang menekankan pada pengaruh dari kerjasama itu sendiri. Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, juga memiliki kelemahan karena dapat memicu munculnya “pengendara bebas” atau “para pembonceng”, artinya sebagian anggota kelompok mengerjakan sebagian besar atau seluruh pekerjaan sedangkan yang lainnya hanya tinggal mengendarainya. Untuk menghindari hal ini diperlukan dua langkah yaitu dengan membuat masing-masing


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok, dan dengan membuat para siswa bertanggungjawab secara individual atas tugasnya.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga mengalami hal yang sama. Dalam setiap kelompok selalu ada siswa yang diam, bekerja ala kadarnya, bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali karena hanya mengandalkan pekerjaan anggota lain dalam kelompoknya. Alokasi waktu yang tersedia dalam pebelajaran juga sering tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu pokok bahasan, sehingga perlu penambahan waktu. Hal ini dikarenakan pembagian tugas dalam kelompok tidak merata sehingga pekerjaan siswa tidak terarah. Belum lagi beberapa siswa yang tidak bekerja, terlihat bercanda dengan anggota kelompok lainnya sehingga mengganggu kegiatan kelompoknya dan kelompok lainnya.

c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD

(Student Team Achievement Division), Jigsaw, dan TGT(Teams Games Tournament)

yang diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, pembelajaran kooperatif lain yaitu TAI (Team Accelerated Instruction) dan CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and Composition) merupakan kurikulum

komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu, GI (Group Investigation), Learning Together, Complex

Instruction, dan Structure Dyadic Methods. Dalam hal ini penulis menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode mengajar dalam penelitian karena metode ini paling mudah diterapkan.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. STAD(Student Team Achievement Division),

Menurut Slavin (2008:143), “STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Siswa-siswa yang berkemampuan berbeda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru. Dalam kelompok ini diharapkan masing-masing siswa akan meningkatkan pemahamannya masing-masing setiap siswa diuji sendiri-sendiri. Kelompok juga dinilai berdasarkan tingkat kemajuan yang melampui tingkat kemampuan rata-rata. Dalam STAD anggota kelompok terdiri atas orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dan saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.

Senada dengan hal tersebut, Armstrong, dkk (1998) mengemukakan bahwa dalam pendekatan STAD siswa ditugaskan untuk empat atau lima anggota tim yang mencerminkan pengelompokan secara heterogen pada siswa yang tinggi, sedang, dan rendah kemampuannya, siswa dari beragam etnis, latar belakang yang berbeda, dan jenis kelamin yang berbeda. Setiap minggu, guru memperkenalkan bahan baru melalui ceramah, diskusi kelas, atau beberapa bentuk presentasi guru. Anggota tim kemudian berkolaborasi pada kertas kerja yang dirancang untuk memperluas dan memperkuat materi yang diajarkan oleh guru. Anggota tim (a) bekerja pada lembar


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kerja secara berpasangan, (b) bergiliran menanyai satu sama lain, (c) membahas masalah sebagai sebuah kelompok, atau (d) menggunakan strategi apa pun untuk mempelajari materi pembelajaran. Setiap tim akan menerima lembar jawaban, sehingga jelas kepada siswa bahwa tugas mereka adalah untuk mempelajari konsep-konsep tidak hanya mengisi worksheet. Anggota tim yang diinstruksikan bahwa tugas belum selesai sampai semua anggota tim memahami materi yang diberikan. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan menkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis.

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Dalam hal ini STAD digunakan dalam penelitian dikarenakan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo telah memasuki masa remaja, tentu saja sebagai remaja mereka ingin berperan penting dalam dalam hidupnya, termasuk dalam pembelajaran kelompok. Dalam STAD semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi yang positif dalam kelompoknya, mereka merasa bangga jika kelompoknya menkan penghargaan dari guru atas peranannya dalam kelompok, sehingga tiap siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id e. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD

Dalam STADterdapat lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual, 2) tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jens kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari Tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Ditekankan bahwa anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan tim pun melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya, 3) kuis, setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi, 4) skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai bila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam skor ini, tetapi tak ada siswa yang melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka, 5) rekognisi tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain bila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu, skor tim siswa juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Namun meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam mengerjakan kuis, tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.

3. Laboratorium

a. Pengertian Laboratorium

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995) dalam Wira Bahari Nurdin (2005), ”laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan”. Tempat ini merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap”. Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”. Pendapat lain mengemukakan bahwa laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dan siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/) b. Fungsi dan Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran

Amien dalam Tarmizi (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan, menentukan hubungan sebab-akibat, membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena bila sudah dibuktikan kebenarannya, mempraktikkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006), fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/IPA adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/IPA. c. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium

Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut: laboratorium yang baik harus


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang digunakan oleh semua pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, pn tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain. Menurut Wicahyono (2003) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “untuk menentukan suatu ruangan itu cocok atau tidak untuk dijadikan laboratorium, perlu memperhatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya”. Bila memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar mengajar di kelas yang dekat dengan laboratorium.

d. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Laboratorium

Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dipertahankan, laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) tentang struktur organisasi dan pengelolaan laboratorium adalah sebagai berikut: Staf atau personal Laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung jawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (Fisika, Kimia atau Biologi). Selain pengelola laboratorium


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium atau sering disebut Laboran. Tugas Laboran adalah membantu penyin bahan-bahan/alat-alat praktikum, pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium. Di SMP Negeri 2 Adimulyo pengelola laboratorium adalah Ketua Urusan Bidang Kurikulum dibantu seorang Laboran yang berada dibawah tanggung jawab langsung Kepala Sekolah.

e. Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium

Menurut Azizah (2003) dalam Arianto (2009) pelaksanaan praktikum dalam laboratorium umumnya adalah: 1) persiapan, meliputi: menetapkan tujuan praktikum, mempersiapkan alat dan bahan, memperhatikan keamanan, kesehatan dan kenyamanan, dan memberi penjelasan yang harus diperhatikan dan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, 2) pelaksanaan, meliputi: siswa melakukan praktikum, Guru, asisten dan ko-asisten mengamati proses praktikum, dan 3) tindak lanjut, meliputi: mengumpulkan laporan praktikum, mendiskusikan masalah yang ditemukan siswa, dan memeriksa dan menyimpan peralatan.

Dalam pelaksanaan praktikum akan lebih mudah lagi jika siswa diberi LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang berisi urutan-urutan atau langkah-langkah kerja dalam praktikum, alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum, lembar yang berisi tabel pengisian data hasil pengamatan, soal yang mengarah pada penarikan kesimpulan praktikum, dan lembar soal untuk menguji tingkat pengetahuan siswa setelah prakatikum. Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga penulis lengkapi dengan LKS.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Laboratorium Riil

Laboratorium riil menyediakan seperangkat peralatan nyata dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium merupakan sebuah eksperimen nyata. Melalui kegiatan laboratorium riil siswa mempelajari fakta, gejala, merumuskan, konsep, prinsip, hukum dan sebagainya.

Tujuan kegiatan praktikum menggunakan laboratorium riil selain untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat kognitif juga bertujuan untuk memperoleh keterampilan/ kinerja, menetapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi baru, serta memperoleh sikap ilmiah. Dale (1956) dalam Sri Anitah (2008:55) mengemukakan, “pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut yang dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan yang paling abstrak yaitu belajar melalui lambang kata-kata”. Pengalaman langsung yaitu melihat, mendengar, memegang, merasakan, menyentuh, mambau. Menurut Rose dan Nicholl (2002: ) pelajaran diingat rata-rata 20% dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus.

Senada dengan hal tersebut, maka penggunaan laboratorium riil sebagai media pembelajaran di SMP Negeri 2 Adimulyo mempunyai keunggulan sebagai berikut: siswa menkan pengalaman belajar secara langsung, menggerakkan seluruh panca indera siswa untuk belajar, meningkatkan keterampilan psikomotor, siswa tidak jenuh karena pembelajaran tidak di dalam kelas, penggunaan peralatan lab membuat anak lebih senang dan termotivasi dan tertantang untuk membuktikan teori yang ada. Namun demikian penggunaan laboratorium riil di SMP Negeri 2 Adimulyo juga


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mempunyai kelemahan yaitu: rentan dengan masalah kemanan, lagi materi yang dipelajari adalah permasalahan listrik, alokasi waktu yang tersedia sering tidak mencukupi karena pelaksanaannya sangat tergantung keterampilan siswa dalam menggunakan peralatan, dalam pengukuran bisa terjadi siswa salah membaca angka, siswa yang tidak bekerja terlihat bercanda dengan teman lain, peralatan lab sering dijadikan permainan sehingga anak tidak fokus pada materi, kelompok yang tidak kompak sering tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya, sering terjadi salah paham dengan teman satu kelompok.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo pada materi pembelajaran listrik dinamis khususnya, peralatan dalam lab riil mencakup: lampu pijar dengan berbagai ukuran volt, sumber arus listrik/baterai 1,5 V, saklar dua kutub, ampere-meter (0– 5A), voltmeter, kabel, dan power supply 12 volt.

5. Laboratorium Virtuil

Laboratorium virtuil merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan ilmiah berupa penelitian, eksperimen, pengujian dan pengukuran yang terkontrol dalam kondisi tidak nyata atau tidak sebenarnya. UNESCO memberikan definisi yang lebih luas: “Virtuil laboratory is an electronic workspace for distance collaboration and experimentation in research or other creative activity, to generate and deliver results

using distributet information and communication technologies”, jika diterjemahkan

laboratorium virtuil adalah ruang kerja elektronik untuk berkolaborasi dan eksperimentasi dalam penelitian atau kegiatan kreatif lainnya, untuk menghasilkan dan memberikan hasil melalui dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ukur, dan sebagainya dengan teman dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan p-value interaksi model lab dan Kemampuan awal = 0,233 > 0,050, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunan lab dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik Dinamis.

5. Penggunaan lab dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dengan gaya belajar berbeda saling bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya dalam mempelajari meteri yang diajarkan di kelas. Dua kesimpulan sebelumnya yaitu penggunaan lab riil dan lab virtuil tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar, dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadapa prestasi belajar. Dari hasil analisis data diperoleh p-value interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,233 > 0,050, sehingga disimpulkan tidak Ada interaksi antara penggunaan lab pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik Dinamis.

6. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dengan kemampuan awal berbeda

dan gaya belajar berbeda berbaur untuk mempelajari materi yang diberikan secara bersama-sama. Dua keputusan sebelumnya yaitu Kemampuan awal berpengaruh signifikan terhadap prestasi sedangkan Gaya Belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi Dari hasil analisis data diperoleh

p-value interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050, jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Kemampuan awal dengan gaya belajar terhadap prestasi IPA pada materi listrik dinamis. Secara parsial berdasarkan hasil uji di atas, hanya Kemampuan awal yang menunjukkan


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi, logis apabila kedua variabel ini menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap prestasi belajar IPA.

7. Respon positif siswa selama proses belajar masih terfokus pada penggunaan Lab Riil bagi siswa dengan gaya belajar visual dan pada lab virtuil untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik, belum bisa secara bersama dengan faktor lain untuk menghasilkan interaksi maksimal. Dari hasil analisis data diperoleh

p-value interaksi antara Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875 > 0,050,

sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran, Kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik dinamis.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil tidak memberikan efek yang signifikan pada prestasi belajar, artinya pembelajaran fisika pada konsep listrik dinamis dapat menggunakan lab riil maupun lab virtuil. b. Kemampuan awal yang dimiliki siswa sangat berpengaruh pada prestasi belajar,

artinya siswa dengan kemampuan awal tinggi mampu menyesuaikan diri untuk mempelajari materi berikutnya yang relevan dengan kemampuan awal yang dimilikinya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, sehingga didalam mengajar, guru harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan siswa pada konsep/materi pelajaran yang menjadi prasyarat materi


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Gaya belajar yang dimiliki siswa tidak berpengaruh pada prestasi belajarnya,

artinya siswa yang mempunyai gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, sehingga perbedaan gaya belajar ini tidak bisa dijadikan patokan gaya belajar mana yang lebih baik. d. Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap

prestasi belajar IPA, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi maupun rendah dalam pembelajaran yang menggunakan lab riil dan virtuil, jadi kemampuan awal tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan penggunaan lab mana yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar karena keduanya memberikan efek yang sama. e. Tidak Ada interaksi antara lab pembelajaran dengan gaya belajar terhadap

prestasi belajar, prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual maupun kinestetik prestasi belajarnya sama jika diberi pembelajaran menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Jadi gaya belajar tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan penggunaan jenis lab mana yang lebih baik, karena kedua jenis lab memberikan hasil yang sama pada kedua jenis gaya belajar. f. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan gaya belajar terhadap

prestasi belajar, kemampuan awal yang berbeda jika ditinjau dari gaya belajar yang berbeda tidak memberikan efek yang signifikan pada prestasi belajar, sehingga kemampuan awal tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan gaya belajar mana yang cocok untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun rendah.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id g. Tidak ada interaksi antara lab pembelajaran, kemampuan awal dan gaya belajar

terhadap prestasi belajar, sehingga penggunaan lab riil maupun virtuil tidak berpengaruh pada perbedaan kemampuan awal dan gaya belajar siswa. Kemampuan awal tinggi maupun rendah juga tidak berpengaruh pada perbedaan jenis lab dan gaya belajar, demikian juga dengan perbedaan gaya belajar seseorang tidak bisa dijadikan pedoman untuk menentukan kemampuan awal apa dan jenis lab apa yang sesuai utnuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan dengan Lab Riil dan Virtuil ternyata mendapatkan prestasi belajar IPA yang memenuhi harapan, dengan Lab Virtuil sebagai pilihan utamanya. Lab Virtuil mampu menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi lebih mudah diterima. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar IPA khusus pada materi listrik dinamis sebaiknya diberikan melalui Lab Virtuil.

C. SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran untuk Guru

Dalam menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan kelompok harus selalu diawasi agar tidak ada anak yang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya yang tidak berhubungan dengan proses belajar, hal ini sangat rentan


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjadi gesekan-gesekan emosional antar siswa, juga perlu diawasi agar tidak ada anak yang tidak melakukan apa-apa atau diistilahkan sebagai pembonceng yang hanya mengikuti keputusan kelompok saja juga perlu diperhatikan agar suasana belajar kelompok tidak menimbulkan kegaduhan yang dapat mengganggu kelas lain.

Penggunaan Lab juga harus diawasi karena anak bisa saja menggunakan peralatan lab untuk bermain atau melakukan kegiatan selain yang di tugaskan dalam LKS. Terutama untuk lab riil yang berhubungan langsung dengan listrik sangat perlu diawasi keamanannya. Sedangkan untuk lab virtuil yang menggunakan komputer, siswa perlu diawasi karena ada anak yang menggunakan komputer bukan untuk memahami materi IPA, tetapi komputer digunakan untuk bermain game, atau program lain yang tidak sesuai dengan LKS.

2. Saran untuk Sekolah

Peralatan dalam Lab sebaiknya ditambah agar siswa bisa melakukan kegiatan praktikum dengan lebih leluasa, akan lebih baik jika dalam satu kelompok tidak hanya disediakan satu set perangkat praktikum agar semuanya bisa melaksanakan praktikum secara langsung. Kekurangan peralatan ini menyebabkan siswa menganggur, dan ini sangat rentan disalah guanakan oleh siswa. Lab juga perlu diperluas agar dalam melakukan praktikum siswa tidak berdesak-desakan, terutama dalam Lab Komputer, karena dengan berdesak-desakan tersebut mengakibatkan siswa tidak konsentrasi dan tidak fokus pada pelajaran. Jumlah komputer juga perlu ditambah agar lebih banyak siswa yang melakukan praktikum secara langsung, tidak hanya melihat pekerjaan teman dalam satu kelompok saja. Disamping itu, letak lab


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebaiknya tidak terlalu dekat dengan kelas agar suasana praktikum tidak mengganggu kelas lain.

3. Saran untuk Para Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang Lab yang tepat digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi yang dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap Lab pembelajaran karena setiap anak memiliki keunikan dan gaya belajarnya sendiri. Penelitian mengenai penerapan metode dan Lab lain yang dapat mempermudah siswa dalam memecahkan permasalahan dalam belajar IPA terutama yang berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran di Lab masih perlu dilakukan.

Secara khusus, penelitian menggunakan metode kooperatif yang dilengkapi Lab ini sebaiknya mempunyai alokasi yang lebih panjang dibandingkan waktu normal karena siswa memerlukan waktu yang lebih banyak untuk berdiskusi dengan teman, merangkai peralatan, menjawab kuis yang ada dalam LKS dan sebagainya agar materi yang diajarkan bisa tuntas dalam pertemuan tersebut. Jika memungkinkan diperlukan seorang asisten atau laboran yang siap mengatasi kendala-kendala teknis dalam pelaksanaan praktikum agar pelaksanaan KBM berjalan lancar dan tertib.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student team achievement division(stad) ditinjau dari Gaya belajar dan motivasi berprestasi

0 3 167

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 135

PEMBELAJARAN SAINS DENGAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD ( STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVITION ) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR

0 6 149

PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN LAB RIILDAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 7