Hipotesis Ketiga Hipotesis Keempat

cxxxv mengandung dua makna yaitu attitude to science dan attitude of science. Attitude yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan attitude yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Kemampuan awal yang dikembangkan di sekolah meliputi: sikap jujur, terbuka, luwes, tekun, logis, kritis, kreatif. Sejumlah “scientific attitude” ini mungkin dapat dikembangkan dan ditingkatkan jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang saintifis muda di kelas. Untuk itu, siswa memerlukan lebih banyak “doing science” dari pada “listening to scientific knowledge” atau dengan kata lain pembelajaran sains disajikan guru dengan mengurangi peran ceramah dan meningkatkan dan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan seperti pengamatan, pengujian dan penelitian. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal akan lebih mudah mengatasi permasalahan- permasalahan yang timbul pada saat melakukan kegiatan pembelajaran sains

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama aspek prestasi belajar diperoleh P-Value = 0,009 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara prestasi dan gaya belajar. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada tabel 4.18 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 209. Untuk aspek gaya belajar diperoleh P-Value 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi usaha dan energi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada kelompok gaya belajar kategori kinestetik dan kelompok gaya belajar kategori visual terhadap prestasi belajar siswa. cxxxvi

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel tidak sama, aspek prestasi belajar diperoleh P-Value = 0,003 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar. Rangkuman hasil uji anava dapat dilihat pada Tabel 4.18 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 210. Untuk aspek afektif diperoleh P-Value 0,05, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi usaha dan energi. Berdasarkan hipotesis pertama, metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih baik dari pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar. Sedangkan pada hipotesis kedua peran kemampuan awal siswa dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, pada proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe JIGSAW maupun tipe STAD, semakin tinggi tingkat kemampuan awal, akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Sehingga metode pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan memilki prestasi belajar yang lebih baik dari pada yang memiliki kemampuan awal rendah. Sebaliknya tingkat kemampuan awal, baik tinggi ataupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran dengan tipe JIGSAW prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa yang menerima pembelajaran dengan tipe STAD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik didalam diri maupun diluar dari diri siswa, diluar faktor metode cxxxvii pembelajaran dan kemampuan awal siswa yang digunakan dalam penelitian. Dengan demikaian ada interaksi antara metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW maupun tipe STAD dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar.

5. Hipotesis Kelima

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student team achievement division(stad) ditinjau dari Gaya belajar dan motivasi berprestasi

0 3 167

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KECERDASANINTERPERSONALSISWA

0 58 270

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 4 135

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 4 144

PENELITIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 2 17

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL.

0 0 18