77
bukan faktor adat istiadat yang menyebabkan orangtua tidak memberikan pendidikan yang layak tetapi karena faktor ekonomi karena jika ekonomi baik maka ibu Gopal tidak mau
bekerja sebagai buruh tani. Selain itu karena tidak memiliki modal untuk mengelola lahan pertain yang ada. Harapan ibu Gopal ialah agar anak – anaknya mendapatkan pekerjaan layak
dan bisa membanggakan keluarganya. Seperti ungkapan ibu Gopal : “Lotin ma mo kerja we barang
kerja buruh pe we dari pada oda mangan, dukak pe melarat mo, lagian rata – rata ngo karina janda – janda sen kerja buruh tani ngo
jadi biasa nai ngo krejo bagen we piahen ma ngo oda mangan dari pada krejo, apalagi dukak den sekola mala oda ia sekola jadi kade mo
nanni mala oda ma giam tamat Sekolah Menengah Atas SMA, kerna tah bagi pe oda ngo tong lot krejon. Pokokna uwe oda pupuk mo krejo
mane ma giam dukka i boi sikola”.Lebih baik juga lah kerja dari pada tidak kerja nak dari pada tidak makan, anak pun melarat, lagian rata –
rata, janda – janda di sini kerja buruh taninya jadi biasa ajanya kerja begini, sakit pun kerja lebih sakit tidak makan, apalagi anak yang
masih sekolah, kerna jika tidak sekolah jadi apa lah nanti mereka. Biar pun hanya tamat Sekolah Menengah Atas SMA saja, mau tidak mau
tetap lah kerja demi anak yang sekolah.....
4.2.2 Informan yang merupakan anak dari orangtua tunggal ibu di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat
1. Meri
Meri adalah anak dari ibu tunggal yang bekerja sebagai buruh tani yang sudah mengecam pendidikan S1, bagi Saudara Meri peran ibu sudah cukup untuk menggantikan
ayah yang sudah lama memninggal. Meri merasa bangga karena ibunya sudah berjuang keras untuk memberikan kehidupan dan pendidikan yang baik kepadanya dan adik – adiknya. Meri
bekerja sejak lulus serjana sekitar 3 tahun silam. Untuk membantu ekonomi keluarganya, ia rela bekerja sebagai buruh tani agar bisa membantu keluarganya terutama adik – adiknya
yang masih mengecam pendidikan. Ia memilih bekerja sebagai buruh tani karena tidak ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan yang dia berharap, penghasilan saudara Meri dalam
Universitas Sumatera Utara
78
perharinya Rp 50.000 rupiah, dan belum cukup untuk membantu keluarga dan kebutuhannya sendiri.
Seperti ungkapan Meri sebagai anak orangtua tunggal : mela ngo sebenarna aku we bekerja sebagai buruh apalagi ma aku nggo ma
janah Serjana tetapi bakune mo we susah nai ngo bagendari pekerjaan. Padahal omakku nggo ngo memere aku pendidikan layak
tapi bagi pe tong oda lot kerjaan, janah sebagai buruh pe oda ngo tetap pekerjaana mala lot ma ngo ki ajak diri krejo asa kejro diri, tapi
lot ma ngo kerjaan tambahen ku buka ma kede ketek – ketek asa lot ma uang tambahku, tujuanku kesa asa boi membuat omakku bahagia
deket nggeluh kami cukup bagi deket adek – adek diri kerna diri ma simbelgahnya jadi mencontohken mendahi adek – adek diri asa boi
ma giam membanggaken keluargana. Sebenarnya aku malu bekerja sebagai buruh tani apalagi aku sudah serjana tapi bagaimanalah
sekarang susah sekali mencari pekerjaan. Padahal ibuku sudah memberikan pendidikan yang layak kepadaku tapi gimanalah tetap
tidak ada pekerjaan, bakerja sebagai buruh tani tidaklah tetap pekerjaannya kalau ada orang mengajak kita untuk kerja baru kita
kerja, tetapi aku juga punya kerja sambingan yaitu buka kede kecil – kecil agar dapat juga uang tambahan. Tujuanku hanya agar bisa
mebuatku bahagia dan kehidupan kami cukup dan juga adek – adekku. Karena aku yang paling besar jadi mencontohkan kepada adik –
adikku agar bisa membanggakan keluarganya. . . . .
Pendidikan adalah salah satu persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak terdahap kita, disisi lain banyak orang yang memiliki pendidikan tetapi tidak memiliki
pekerjaan. Hal itu lah di rasakan Meri dia harus bekerja sebagai buruh tani karena sangat susah mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya sendiri. Tapi dia tetap berusaha
untuk mencari pekerjaan yang layak, dan dan tidak berhenti bekerja sebagai buruh sebelum mencari pekerjaan yang layak, karena sebenarnya meri tidak mau bekerja sebagai buruh
tetapi di sisi lain ia harus membantu ekonomi keluarganya.
2.Miswan Berampu
Informan ini adalah anak dari orangtua tunggal ibu Bukhari, Miswan bekerja sebagai buruh tani sejak 9 tahun terakhir ia memilih bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki
pekerjaan lain untuk melanjutkan kehidupan. Penghasilan saudara Miswan perharinya adalah
Universitas Sumatera Utara
79
Rp 60.000 rupiah dan itu belum cukup untuk dirinya sendiri dan membantu ibunya yang hanya bekerja sendiri untuk menafkahi mereka. Miswan mengecam pendidikan sampai
tingkat SMA Sekolah Menengah Atas saja dan menurutnya itu belum layak dan saat ini Miswan lebih memfokuskan dirinya untuk bekerja karena jika difikirkan juga tidak akan bisa
terulang lagi untuk melanjutkan pendidikan. Pendapat Saudara Miswan tentang orangtua tunggal yang tidak memberikan
pendidikan anaknya itu harus dimaklumi, jika memang orangtuanya tidak mampu apalagi orangtuanya hanya bekerja sebaagai buruh tani. Saudara Miswan merasa bangga karena
orangtua rela banting tulang untuk mereka. Ia sedih karena tidak dapat memberikan kehidupan yang layak terhadap orangtuanya dan berharap agar dia miswan medapatkan
kerjaan yang layak. Agar dapat membantu ekonomi keluarga, dan harapan untuk adik – adiknya adalah sukses agar tidak sepertinya yang hanya bekerja sebagai buruh tani saja.
Seperti ungkapan saudara Miswan : belli pe aku tamat Sekolah Menengah Atas SMA saja aku tong bangga kerna orang tuaku nggo
boi kisekolaken aku pada zaman 2000an pendidiken isi oda pela penting bagi orangtua tua i kuta en menyekolahken aku sampai SMA
Sekolah menengah Atas . Deket oda pernah aku menyesal karena aku sadarkin ngo bakune kedaan orang tuaku.biarpun aku hanya
tamat Sekolah Menengah Atas SMA saja aku tetap merasa bangga karena oranggtuaku sudah menyekolahkan aku sampai pada zaman
2000an pendidikan isi oda pela penting bagi orangtua di desa inimenyekolah kan kau sampai SMA Sekolah Menengah Atas. Dan
aku tidak pernsah menyesal karenac aku sadri bagaimana keadaan orangtuaku.....
3. Abdul