• Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan untuk mendukung data primer. Teknik ini digunakan dengan menggunakan instrument:
• Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber- sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
• Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.
2.5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu
deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini yaitu peneliti mengkonfirmasi seluruh data primer dan data sekunder yang ada.
Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, dan menyusunnya
dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya
nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan manusia atas tanah merupakan sesuatu yang tidak dapat disangkal. Tanah memiliki fungsi yang sangat vital terhadap keberlanjutan hidup manusia. Hal
ini disebabkan karena tanah merupakan salah satu sumber mata pencaharian bagi manusia semisal bertani. Terutama di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris.
Besarnya fungsi tanah terhadap manusia ini seringkali menjadi arena pertarungan yang sering diperebutkan. Sebab selain alasan sumber pencaharian,
setiap tahun nilai ekonomis tanah juga meningkat semakin pesat. Tidak dapat dihindari tanah pada akhirnya sering menjadi sumber konflik bagi beberapa pihak
yang memperebutkan. Perebutan maupun sengeketa atas tanah inilah yang kemudian disebut sebagai konflik agraria berdasarkan Undang-Undang Pokok Aagraria UUPA
1960 Pasal 2 ayat 1. Dimana di dalmnya termasuk tanah, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Soal agraria soal tanah soal hidup dan penghidupan manusia, karena tanah adalah asal dan sumber makanan bagi manusia. Perebutan tanah berarti perebutan
makanan, perebutan tiang hidup, manusia. Untuk ini orang rela menumpahkan darah, mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan laporan akhir tahun Konsorsium Pembaharuan Agraria KPA, jumlah kasus konflik agraria yang terjadi di Indonesia cenderung mengalami
pengingkatan sepanjang tahun 2012 sampai 2014. Peningkatan jumlah kasus konflik ini terutama terjadi di 5 provinsi terbesar sebagai penyumbang konflik agraria di
Indonesia. Urutan pertama tahun 2012, Jawa Timur misalnya. Jika tahun 2012 terdapat 24 kasus, tahun 2014 sudah mencapai 44. Demikian Jawa Barat dari 13
menjadi 39 maupun Sumatera Selatan dari 13 menjadi 33 kasus. Terbitnya peraturan Kepala BPN RI No.3 tahun 2011 tentunya menjadi
langkah baru bagi penyelesaian konflik agraria di Indonesia. Peraturan ini sendiri berisi tentang Pengelolaan, Pengkajian dan Penanganan kasus pertanahan. Dimana di
dalamnya berisi beberapa hal semisal Standar penyelesaian kasus-kasus pertanahan. Sekalipun pada awal munculnya peraturan tersebut yaitu tahun 2011, tercatat jumlah
kasus konflik agraria justru meningkat semakin pesat sepanjang 2012-2014. Di tahun keempat atau tahun 2015 jumlah kasus konflik agraria dapat dilihat semakin
menurun. Sumatera Utara sendiri sepanjang tahun 2012-2015 masuk menjadi 5 lima
besar Provinsi penyumbang kasus konflik agraria terbanyak di Indonesia. Tercatat pada tahun 2012, ada sekitar 21 kasus di Sumatera Utara, kemudian menjadi 33 kasus
di tahun 2014 dan 15 kasus pada tahun 2015. Menurunnya jumlah konflik agraria sepanjang tahun 2014-2015 di Sumatera Utara menjadi hal yang patut diapresiasi.
Apalagi jika dibandingkan dengan 5 provinsi terbesar penyumbang kasus konflik
Universitas Sumatera Utara
agraria, Sumatera Utara menjadi salah satu propinsi yang paling menurun jumlah kasus konfliknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ‘Implementasi Peraturan Kepala BPN RI No.3 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan di BPN Propinsi Sumatera Utara’.
1.2. Rumusan Masalah