yang dibangun dalam hal ini dapat terjadi dengan lembaga lain berdasarkan kasuistik atau ketika satu kasus terjadi. Ke berbagai dinas semisal Dinas Pertanian, Peternakan,
UKM dan Koperasi, Kelautan dna dinas lain akan disampaikan surat dengan tembusan kepada DPRD Propinsi.
Adapun proses sosialisasi kepada tingkatan masyarakat umumnya dilakukan lewat pertemuan yang dilakukan di kantor camat
atau tempat lain yang disepakati. Kepala desa sebagai struktur pemerintahan ditingkatan desa akan mengundang masyarakat untuk mengikuti sosialisasi tersebut
dan akan disosialisasikan oleh BPN di tingkat kabupaten lewat kordinasi dengan BPN Propinsi. Sosialisasi ini biasaya terkait program yang bisa diakses oleh masyarakat
serta berbagai peraturan terbaru. Adapun alat dan metode sosialisasinya tentu mengacu pada peraturan-peraturan maupun Standar Operasional Kebijakan yang
sudah ada dan berlaku. Sementara itu sebagai alat kontrol dari semua tentang perkembangan kinerja,
penanganan kasus dan hal-hal lain yang berhubungan dengan proses yang berjalan di BPN Propinsi Sumatera Utara biasanya dilakukan lewat laporan bulanan masing-
masing orang sehingga dapat dilihat dan dievaluasi setiap perkembangan yang ada.
4.1.2. Disposisi
Disposisi merupakan sifat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh implementor dalam implementasi kebijakan. Disposisi ini misalnya seperti komitmen,
kejujuran, komunikatif, cerdik dan sifat demokratis. Ketika disposisi ini mampu
Universitas Sumatera Utara
dijalankan oleh implementor dengan baik, tentunya sasaran ataupun tujuan dari organisasi tersebut akan dapat dicapai.
Menurut Bapak Erwin Ananda salah satu disposisi penting yang harus dimiliki oleh implementor adalah ketelitian. Dalam konteks penanganan kasus dan
sengketa pertanahan, hal ini tentunya menjadi salah satu modal penting yang wajib dimiliki. Hal ini didasarkan pada penanganan kasus dan sengketa pertanahan yang
berhubungan dengan kehidupan banyak orang. Tidak hanya individu, namun juga kelompok, instansi maupun lembaga yang tentunya mempengaruhi kebutuhan banyak
orang di dalamnya.
Salah satu contoh kasus yang membutuhkan ketelitian dalam penanganan kasus pertanahan adalah ketelitian dalam melihat berkas. Seringkali kedua belah
pihak yang bersengketa maupun berkonflik dalam kasus pertanahan sama-sama meiliki surat kepemilikan yang diklaim sah oleh kedua pihak. Untuk itu perlu
ketelitian dalam melihat berkas ataupun sertifikat yang asli dari kedua pihak tersebut. Apalagi mengingat pada jaman sekarang ini dimana kemudahan untuk meniru
ataupun memalsukan berkas cukup mudah dilakukan. Ketelitian dalam hal ini diperlukan untuk melihat berbagai aspek termasuk ejaan pada surat sertifikat apakah
sesuai dengan ejaan pada jaman ketika surat tersebut dikeluarkan.
Hal lain adalah Konsistensi. Konsistensi merupakan salah satu bentuk komitmen yang harus dimiliki oleh implementor. Banyaknya kasus pertanahan yang
harus ditangani dengan berbagai tingkat kesulitan maupun urgensi dari kasus
Universitas Sumatera Utara
tersebut, maka implementor haruslah memiliki komitmen yang baik untuk menyelesaikannya. Selain itu, banyaknya kasus-kasus pertanahan yang sudah
tergolong lama bahkan puluhan tahun tentunya membutuhkan konsistensi untuk menyelesaikannya.
Saat ini BPN Propinsi Sumatera Utara tengah menginventarisir berbagai kasus-kasus maupun sengketa pertanahan yang terjadi sepanjang tahun 2006 sampai
saat ini. Hal ini masuk dalam program yang dilakukan oleh BPN Propinsi Sumatera Utara sejak tahun 2011. Masuknya propinsi Sumatera Utara dalam salah satu
propinsi dimana jumlah kasus pertanahannya yang cenderung menurun tentunya menjadi salah satu bentuk konsistensi. Walaupun pada tahun pertama keluarnya
Peraturan Kepala BPN RI No 3 Tahun 2011 tersebut jumlah kasus cenderung meningkat, tetapi pada tahun berikutnya jumlah kasus terus mengalami penurunan.
Namun apabila mengacu pada masa penanganan kasus, banyak dantaranya kasus- kasus lama yang cenderung belum bisa diselesaikan sampai saat ini.
Sikap professional merupakan salah satu sikap yang juga penting dalam penanganan kasus maupun sengketa pertanahan. Berdasarkan penuturan informan,
sikap professional belum sepenuhnya berjalan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber daya finansial yang dimiliki untuk menjalankan tugas.
Dalam menyelesaikan kasus ataupun sengketa pertanahan memerlukan sikap yang komunikatif dengan semua elemen maupun lembaga lain diluar BPN sendiri.
Hal ini disebabkan proses penyelesaian yang harus melibatkan lembaga ataupun dinas
Universitas Sumatera Utara
yang ada diluar lembaga tersebut. BPN terus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak seperti kepolisisan, kejaksaan, gubernur dan juga instansi lainnya.
Selain itu hal penting dalam disposisi adalah bagimana pemahaman implementor yang akan berpengaruh pada pencapaian tujuan dari kebijakan tersebut.
Terkait pemahaman ini, menurut Bapak Erwin Ananda S.H, M.H, dalam proses penyelesaian kasus yang ditangani oleh BPN Propinsi, secara umum setiap staff
memahami alur dan langkah-langkah dalam menangani kasus tersebut.
4.1.3. Sumber Daya