• Struktur Birokrasi
Implemetasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan, Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan dengan variabel
struktur birokrasi masih kurang terpenuhi. Dari segi struktur organisasi dalam implementasi peraturan ini sudah terpenuhi dengan baik dengan adanya
struktur organisasi yang baik serta masing-masing bidang yang mendukung pelaksanaan peraturan tersebut. Hanya saja struktur birokrasi yang begitu luas
serta kewenangan penyelesaian kasus yang berada lebih banyak pada tingkatan BPN Pusat dibandingkan BPN Propinsi. Hal ini mengakibatkan
implementasi peraturan ini terutama dalam aspek penanganan kasus pertanahan belum berjalan dengan baik.
6.2 Saran
Adapun saran peneliti dalam Implemetasi Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan,
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan sebagai berikut: •
Perlu menjalin komunikasi yang lebih intens dengan multi pihak terutama masyarakat terkait wewenang BPN Propinsi dalam penanganan kasus
pertanahan agar masyarakat mengetahui bagaimana proses dan alurnya. •
Penyelesaian kasus pertanahan tidak hanya tanggung jawab BPN, untuk itu perlu membangun komunikasi dengan setiap lembaga maupun dinas yang
berhubungan dengan dengan penyelesaian kasus agar komunikasi dan kordinasi penyelesaian kasus berjalan lebih efektif.
Universitas Sumatera Utara
• Segi sumber daya perlu dibenahi sebab masih terdapat kekurangan terutama
pada bidang anggaran. Hal ini kemudian berdampak pada kuantitas dan juga kualitas sumber daya manusia yang ada didalamnya sehingga akan berdampak
pada progres penanganan dan penyelesaian kasus-kasus pertanahan. •
Penyelesaian kasus-kasus pertanahan perlu komitmen dan keseriusan. Sebab kasus-kasus pertanahan berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.
• BPN Propinsi sebagai sentral penanganan kasus pertanahan di daerah perlu
wewenang yang lebih besar dalam penanganan kasus-kasus pertanahan. Hal ini dikarenakan posisi kasus yang berada di daerah. Sehingga selain waktu
tempuh dan lebih ekonomis, masyarakat juga dapat memantau perkembangan penyelesaian kasus dengan lebih intens.
• Sengketa atas tanah terjadi tidak hanya karena kebutuhan dasar untuk hidup
tetapi juga motif kepentingan ekonomi yang lebih besar. Sebab pihak yang bersengketa tidak hanya masyarakat kecil tetapi juga sering melibatkan
perusahaan, lembaga maupun mafia tanah. Untuk itu perlu kejujuran dan ketelitian dalam menangani kasus-kasus pertanahan yang lebih adil.
Universitas Sumatera Utara
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang
menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati. Adapun alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif adalah
untuk melihat Implementasi Peraturan Kepala BPN RI No.3 Tahun 2011 di BPN
Propinsi Sumatera Utara. 2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pertanahan Nasional BPN
Sumatera Utara di Jl. Brigjen Katamso No. 45 Medan. 2.3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya
populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan
memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menentukan informan dengan
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja
Universitas Sumatera Utara
dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar-benar paham mengenai permasalah yang akan diteliti. Adapun informan dalam penelitian adalah :
• Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun informan kunci yang dimaksud adalah Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi Sumatera Utara. •
Informan utama yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapan informan utama yang dimaksud
adalah Kepala Badan Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan Badan Pertanahan Nasional Propinsi Sumatera Utara. 2.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: •
Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: •
Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data lengkap dan
mendalam kepada pihak-pihak yang terkait. •
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang
ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
• Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan untuk mendukung data primer. Teknik ini digunakan dengan menggunakan instrument:
• Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber- sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
• Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.
2.5. Teknik Analisis Data