lxxiii variabel independent tersebut berpengaruh terhadap variabel dependent. Model
pengujiannya adalah: H
0 :
b
1
= 0, artinya variabel independent Kebutuhan Aktualisasi Diri, Kebutuhan Penghargaan, Dan Kebutuhan Sosial secara parsial tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel dependent Prestasi Kerja. H
: b
1
≠ 0, artinya variabel independent Kebutuhan Aktualisasi Diri, Kebutuhan Penghargaan, Dan Kebutuhan Sosial secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel dependent Prestasi Kerja. Nilai t
hitung
akan dibandingkan dengan nilai t
tabel
. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu :
H diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5
H ditolak jika t
hitung
≥ t
tabel
pada α = 5
3. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
berfungsi untuk menunjukkan besarnya kontibusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika determinasi R
2
semakin besar mendekati angka 1 maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
adalah besar terhadap variabel terikat Situmorang Lufti, 2014 : 177. Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen tidak bebas.
Nilai koefisien determinasi adalah nol 0 dan satu 1. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen bebas dalam menjelakan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
Universitas Sumatera Utara
lxxiv variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam kenyataan nilai Adjusted R
2
dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai Adjusted R
2
negatif, maka nilai Adjusted di anggap bernilai 0. Secara matematis jika R
2
=1, maka Adjusted R
2
= R
2
= 1. Sedangkan jika nilai R
2
= 0, maka Adjusted R
2
= 1- kn-k. Jika k 1, maka Adjusted R
2
akan bernilai negatif.
Universitas Sumatera Utara
lxxv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal Kota Medan
4.1.1. Sejarah Singkat Badan Penanaman Modal Kota Medan
Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk merumuskan kebijakan pemerintah di
bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009, terjadi perubahan instansi
penanaman modal dari Kantor Penanaman Modal Daerah menjadi Badan Penanaman Modal Kota Medan yang dipimpin oleh Kepala Badan yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melaui Sekretaris Daerah. Kantor Penanaman Modal Kota Medan juga telah berpindah
dari Jl. Raden Saleh No. 7 Medan ke Jl. Abdul Haris Nasution No. 112 Medan. Istilah SP-PMDN Surat Persetujuan PMDN dan SP PMA Surat Persetujuan
PMA juga berubah menjadi Izin Prinsip Hal ini menegaskan ruang lingkup bidang penanaman modal telah meluas yaitu segala bentuk penanaman modal,
tidak terbatasi oleh istilah PMAPMDN.
Universitas Sumatera Utara