dilakukan oleh Indonesia semakin meningkat sehingga neraca perdagangan pangan terus-menerus mengalami defisit seperti yang terlihat pada Tabel 1.2.
Kesepakatan liberalisasi perdagangan komoditas pangan bagi negara berkembang seperti Indonesia memiliki arti yang penting, sebab sebagai negara
agraris, sub sektor tanaman pangan masih menjadi sub sektor unggulan yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan menjadi urat nadi kehidupan serta
perekonomian rakyat Tambunan, 2005. Oleh karena itu, Indonesia beserta negara berkembang lainnya yang tergabung dalam Group-33 memperjuangkan
konsep yang melindungi sektor pertaniannya terutama sub sektor tanaman pangan dari akses negatif liberalisasi pertanian, yaitu konsep Special Product SP dan
Special Safeguard Mechanisme SSM yang bertujuan melindungi petani
livehood security, ketahanan pangan food security, dan pembangunan pedesaan rural development. Konsep tersebut merupakan salah satu langkah
pemerintah negara berkembang lainnya untuk melindungi sektor pertaniannya sebab sektor pertanian terutama sub sektor tanaman pangan memegang peranan
yang besar dalam perekonomian negara berkembang, salah satunya sub sektor tanaman pangan masih menjadi primadona penyerapan tenaga.
4.4.1. Perjanjian Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan
Perjanjian umum mengenai tarif dan perdagangan GATT, General Agreement on Tariff and Trade merupakan sebuah organisasi internasional yang
dibentuk tahun 1947, bermarkas di Jenewa, Swiss. Organisasi ini bertujuan mempromosikan hubungan perdagangan internasional yang lebih bebas melalui
rangkaian negosiasi atau perundingan perdagangan multilateral. Rencana awalnya
GATT merupakan bagian dari Organisasi Perdagangan Internasional ITO, International Trade Organization yang bertujuan mengatur keseluruhan hubungan
dagang antar negara, namun Amerika Serikat menolak meratifikasi pembentukan ITO sehingga lembaga ini tidak berfungsi, sehingga GATT tampil sebagai
penggantinya. Dalam menjalankan fungsinya, GATT bertumpu pada tiga prinsip dasar,
yaitu : 1.
Prinsip non-diskriminasi, prinsip ini mengacu pada kewajiban setiap negara untuk menerima prinsip negara lain tanpa kecuali dan tanpa syarat. Artinya,
setiap negara harus memperlakukan semua negara secara sama. 2.
Penghapusan semua bentuk hambatan perdagangan non-tarif, terkecuali untuk komoditas-komoditas pertanian yang diakui rentan terhadap tekanan
harga internasional dan bagi negara yang kesulitan dalam neraca pembayarannya juga masih dibenarkan untuk memberlakukan hambatan non-
tarif. 3.
Konsultasi, artinya dalam mengatasi setiap masalah atau konflik semua negara anggota GATT dihimbau menempuh jalan negosiasi secara damai.
4.4.2. Putaran Uruguay Uruguay Round
Pada bulan Desember tahun 1993 terselenggara seri terakhir negosiasi perdagangan multilateral dalam kerangka GATT, yakni Putaran Uruguay. Tujuan
utama diselenggarakannya Putaran Uruguay adalah menciptakan aturan-aturan dasar dalam mengendalikan kecenderungan meningkatnya proteksionisme baru
dan berusaha mengubah paradigma perdagangan agar perdagangan internasional
menjadi kian bebas. Disamping itu, untuk pertama kalinya dibicarakan perdagangan internasional di sektor jasa, pertanian, perlindungan hak cipta dan
investasi asing. Adapun kesepakatan penting yang dicapai dalam Putaran Uruguay adalah sebagai berikut :
1. Mengenai tarif, negara-negara anggota sepakat untuk menurunkan tarif
sektor industri, bahkan tarif untuk sektor farmasi, konstruksi, komoditas kertas, baja, dan perlengkapan medis akan dihapuskan.
2. Mengenai kuota, kuota yang selama ini masih diterapkan pada impor
pertanian, tekstil dan pakaian jadi akan diganti dengan tarif restriktif yang lebih rendah. Khusus untuk komoditas pertanian, tingkat tarif akan
diturunkan hingga 24 persen bagi negara berkembang dan 36 persen untuk negara industri.
3. Mengenai anti-dumping, Putaran Uruguay memutuskan ketentuan-ketentuan
yang lebih tegas dan cepat mengenai dumping di banyak negara. 4.
Mengenai subsidi, volume ekspor pertanian yang disubsidi akan dikurangi hingga 21 persen dalam periode enam tahun.
5. Mengenai ketentuan pengaman khusus safeguards, negara anggota masih
dimungkinkan untuk meningkatkan tarif atau restriksi perdagangan tertentu guna meredam lonjakan impor yang diperkirakan mampu mematikan industri
domestik. 6.
Rencana pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization. WTO. Negara-negara anggota sepakat untuk mengganti
GATT dengan sebuah organisasi yang memiliki cakupan yang lebih luas dan
wewenang yang lebih besar. Organisasi tersebut diberi nama Organisasi perdagangan Dunia WTO. WTO memiliki wewenang lebih besar dalam
mengawasi dan mengontrol perdagangan komoditi pertanian, jasa, dan komoditas industri. WTO juga memiliki mekanisme baku dalam
menyelesaikan setiap perselisihan dagang. Dengan adanya kesepakatan yang dihasilkan dalam Putaran Uruguay,
diperkirakan nilai perdagangan dunia akan meningkat hingga 270 Milliar Dollar per tahun dan terjadi peningkatan standar hidup di seluruh dunia akibat semakin
efisiennya penggunaan tenaga kerja, modal dan sumber daya produktif lainnya Salvatore,1997.
Tabel 4.7. Sasaran Pemotongan Tarif, Subsidi dan Proteksi Komoditas Pertanian yang Disetujui dalam Putaran Uruguay.
Kesepakatan Negara Maju
1995-2004 Negara Berkembang
1995-2004 Tarif;
• Potongan rata-rata untuk
komoditas pertanian •
Potongan minimum per komoditas
-36 -15
-24 -10
Dukungan domestik : •
Jumlah potongan subsidi domestik untuk sektor pertanian
periode 1986-1988 -20
-13 Eksport:
• Nilai subsidi
• Jumlah komoditas yang disubsidi
-36 -21
-24 -14
Sumber: Departemen Luar Negeri RI, 2004
Tabel 4.7 membuktikan bahwa kesepakatan perdagangan yang telah disetujui dalam Putaran Uruguay dipastikan membuat pasar komoditas pertanian
negara-negara anggota WTO lebih terbuka. Indonesia yang masuk dalam kategori
negara berkembang diharuskan mengurangi tarif impor minimal 24 persen, sedangkan negara-negara maju diharuskan mengurangi tarif impor minimal 36
persen, sehingga konsekuensinya komoditas pertanian Indonesia harus siap bersaing dengan komoditas pertanian dari negara lain, baik bersaing dalam kancah
pasar internasional maupun dalam kancah pasar domestik Indonesia sendiri, sebab akses pasar semakin terbuka luas seiring penurunan tarif impor yang cukup
signifikan tersebut.
4.4.3. Mandat Doha