Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas

ekonometrika dipenuhi maka koefisien atau parameter yang diperoleh adalah penduga linier terbaik yang tidak bias.

3.6. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Diagnostic Test

Dalam penelitian ini untuk pengujian pelanggaran asumsi klasik meliputi pengujian autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas.

3.6.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi jika nilai error tidak bersifat bebas antara yang satu dengan yang lainnya, artinya terjadi korelasi antar error sehingga model yang baik menghasilkan error yang acak dan tidak berpola. Kondisi tersebut menyebabkan varians yang diperoleh underestimate. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat digunakan uji Durbin-Watson atau dengan melihat nilai ObsR-Squared pada Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Apabila nilai ObsR-Squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak memiliki autokorelasi.

3.6.2. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah kondisi dimana nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama, untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas ObsR-Squared pada White Heteroskedasticity Test . Apabila nilai probabilitas ObsR-Squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak memiliki heteroskedastisitas.

3.6.3. Uji Normalitas

Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Untuk mengetahui adanya normalitas maka digunakan Jarque-Bera . Dimana : H = Error term terdistribusi normal H 1 = Error term tidak terdistribusi normal.. Penerimaan H menandakan error term terdistribusi normal, dalam penelitian ini dapat dilihat dengan nilai ObsR-Squared pada Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, jika hal tersebut dipenuhi persamaan tidak memiliki masalah normalitas.

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Perkembangan Sektor Pertanian dan Sub Sektor Tanaman Pangan di Indonesia

Tambunan 2005 menyatakan bahwa seiring proses industrialisasi, perubahan struktur ekonomi suatu negara akan menjadi suatu evolusi alamiah, sektor pertanian akan mengalami penurunan kontribusinya terhadap perekonomian sedangkan sektor lainnya seperti manufaktur, perdagangan, dan jasa-jasa mengalami peningkatan yang pesat. Penurunan kontribusi sektor pertanian dapat dilihat dari penurunan kontribusinya terhadap PDB Indonesia beberapa tahun terakhir. Tabel 4.1. Kontribusi PDB Tiap Sektor terhadap PDB Nasional Tahun 2001-2005 dalam Persen Produk Domestik Bruto No Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 1 Pertanian 17,23 16,67 15,46 15,19 14,59 2 Pertambangan 13,86 13,19 8,83 8,33 8,63 3 Industri 24,90 25,41 24,89 24,40 24,22 4 Listrik, Air Gas 1,31 1,51 0,84 0,94 0,94 5 Konstruksi 6,05 5,83 6,07 6,22 6,29 6 Perdagangan 15,74 16,06 17,14 16,64 16,27 7 Angkutan komunikasi 4,93 5,06 5,38 5,91 6,25 8 Keuangan 6,36 6,46 8,48 8,64 8,55 9 Jasa-jasa 9,63 9,80 9,09 9,87 10,32 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006. Tabel 4.1 memperlihatkan kontribusi persentase sumbangan sektor pertanian Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto PDB beberapa tahun terakhir semakin menurun, bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor industri dan perdagangan. Dari sisi pertumbuhannya, terlihat juga sektor pertanian