dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Sedangkan nilai F-statistik sebesar 0,0000 lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan dalam penelitian yaitu sebesar
10 persen menunjukkan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersamaan.
5.3. Uji Akar Unit Terhadap Residual Persamaan Jangka panjang
Setelah persamaan jangka panjang telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menguji akar-akar unit terhadap nilai residual untuk
membuktikan terjadi kointegrasi pada variabel-variabel yang digunakan dalam persamaan. Nilai residual dalam uji akar unit harus stationer pada level.
Tabel 5.4 Hasil Uji Akar Unit Terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Pada Level
Nilai Kritis McKinnon Varibel
Nilai ADF
1 5
10 Prob
Keterangan U
-4,84144 -3,56543
-2,91995 -2,59791
0,0002 Stasioner
Sumber : Lampiran 5.
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai Augmented Dickey-Fuller ADF lebih kecil daripada nilai kritis McKinnon pada semua taraf pengujian, yaitu taraf
1 persen, 5 persen dan 10 persen dan nilai probabilitas menunjukkan nilai yang
lebih kecil daripada taraf nyata 10 persen, sehingga nilai residual U stationer
pada tingkat level. Hasil tersebut membuktikan diantara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terjadi kointegrasi, sehingga metode analisis ECM
dapat dilanjutkan.
5.4. Estimasi Error Correction Model ECM
Kelebihan yang dimiliki ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk
kesalahan error untuk dikoreksi dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya dan mampu menghindari terjadinya kesalahan pada
analisis runtun waktu dan regresi palsu. Selain itu, pendekatan ECM mampu memberikan makna yang lebih luas namun sederhana dari estimasi model
ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang.
5.5. Hasil Estimasi ECM Estimasi Jangka Pendek
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. Dln_EKSP-1
-192,3436 90,33787
-2,129158 0,0425
Dln_EXCR 2.526,375
484,8525 5,210607
0,0000 Dln_EXCR-2
2.012,228 744,4076
2,703126 0,0117
Dln_EXCR-5 -1.971,519
729,5538 -2,702363
0,0118 Dln_GDP
1.961,768 622,7707
3,150064 0,0040
Dln_GDP-2 1.980,518
497,2129 3,983239
0,0005 Dln_GDP-3
-3.871,975 743,8740
-5,205149 0,0000
Dln_GDP-5 -1.938,805
553,0053 -3,505944
0,0016 Dln_IMPR-1
-553,4516 155,9857
-3,548092 0,0014
Dln_IMPR-5 -373,9504
132,0337 -2,832234
0,0086 D_LIBOR
644,2135 140,7199
4,577983 0,0001
D_LIBOR-2 -483,3768
178,1064 -2,713978
0,0114 D_LIBOR-3
-372,2458 164,5556
-2,262128 0,0319
D_LIBOR-4 329,6033
163,9802 2,010019
0,0545 D_SBI
91,27660 21,94156
4,159986 0,0003
D_SBI-1 -89,10024
20,43695 -4,359763
0,0002 D_SBI-3
-99,39988 22,66047
-4,386487 0,0002
D_SBI-4 55,73610
17,13929 3,251950
0,0031 U-1
-0,557260 0,130995
-4,254066 0,0002
R-squared 0,833345 Mean dependent var
41,08196 Adjusted R-squared
0,722241 S.D. dependent var 607,2106
S.E. of regression 320,0171 Akaike info criterion
14,66791 Sum squared resid
2765095 Schwarz criterion 15,42322
Log likelihood -318,3619 Durbin-Watson stat
1,870714 Sumber : Lampiran 7.
Tabel 5.5 memperlihatkan hasil uji ECM untuk estimasi jangka pendek, dimana hasil estimasi model jangka pendek tersebut memperlihatkan variabel
ekspor komoditas pangan Dln_EKSP, Exchange rate Dln_EXCR, Produk Domestik Bruto Dln_GDP, impor komoditas pangan Dln_IMPR, suku bunga
internasional D_LIBOR dan suku bunga domestik D_SBI berpengaruh signifikan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia D_BOP. Hal
tersebut diketahui dengan melihat nilai probabilitas pada tiap variabel yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Sedangkan variabel liberalisasi Dummy_LBR
dan krisis ekonomi Dummy_KRISIS tidak berpengaruh signifikan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia D_BOP, sebab variabel tersebut
memiliki nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata sehingga tidak masuk dalam model terbaik saat dilakukan seleksi variabel.
Dalam jangka pendek, ekspor komoditas pangan Dln_EKSP dan impor Dln_IMPR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca
perdagangan non-migas Indonesia D_BOP. Peningkatan 1 persen ekspor komoditas pangan akan membuat penurunan neraca perdagangan non-migas
Indonesia sebesar US 192,34 juta. Faktor utama yang membuat ekspor berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia dalam
jangka pendek adalah komoditas ekspor pangan Indonesia lebih didominasi komoditas olahan, sedangkan bahan baku komoditas pangan segar lebih banyak
diimpor dari luar negeri, sehingga peningkatan ekspor akan meningkatkan juga impor komoditas pangan segar. Hal inilah yang membuat ekspor komoditas
pangan berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia.
Kenaikan 1 persen impor komoditas pangan dalam jangka pendek akan membuat penurunan neraca perdagangan non-migas Indonesia sebesar US 927,40 juta,
kondisi tersebut sesuai teori dimana peningkatan impor akan membuat penurunan terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia.
Peningkatan exchange rate Dln_EXCR sebesar 1 persen dalam jangka pendek secara umum akan membuat kenaikan pada neraca perdagangan non-
migas Indonesia D_BOP sebesar US 2.567,08 juta. Kondisi ini sesuai teori, dimana jika terjadi peningkatan nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
depresiasi maka komoditas ekspor Indonesia akan memiliki daya saing yang lebih tinggi, sehingga ekspor meningkat dan membuat neraca perdagangan non-
migas Indonesia meningkat. Kenaikan 1 persen variabel Produk Domestik Bruto Dln_GDP dalam
jangka pendek akan membuat penurunan pada neraca perdagangan non-migas Indonesia D_BOP sebesar US 1868,49 juta. Kondisi tersebut dapat terjadi
karena dalam jangka pendek yang mendorong kenaikan PDB adalah konsumsi masyarakat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang besar tersebut,
maka dilakukan impor komoditas-komoditas asing yang pada akhirnya membuat penurunan pada neraca perdagangan non-migas Indonesia.
Kenaikan suku bunga internasional D_LIBOR sebesar 1 persen dalam jangka pendek akan membuat peningkatan pada neraca perdagangan non-migas
Indonesia D_BOP sebesar US 118,19 juta. Kondisi tersebut dapat terjadi, sebab kenaikan 1 persen suku bunga internasional bagi investor masih terlalu rendah jika
dibandingkan dengan keuntungan berinvestasi langsung di Indonesia. Sehingga
banyak investor yang tetap melakukan investasi di Indonesia capital inflow walaupun suku bunga internasional naik sebesar 1 persen. Pada akhirnya,
masuknya dana dari luar negeri membuat kapasitas produksi Indonesia menjadi naik dan ekspor Indonesia meningkat, sehingga membuat neraca perdagangan
non-migas Indonesia meningkat. Kenaikan suku bunga domestik D_SBI sebesar 1 persen dalam jangka
pendek akan membuat penurunan pada neraca perdagangan non-migas Indonesia D_BOP sebesar US 41,49 juta. Kondisi ini sesuai teori, sebab kenaikan suku
bunga domestik akan diikuti dengan pengalihan investasi I ke tabungan S, sehingga kegiatan produksi barang di Indonesia kekurangan kapital untuk
berekspansi. Pada akhirnya kondisi tersebut akan mengurangi kemampuan ekspor Indonesia dan akan membuat barang impor masuk untuk mengambil alih
kebutuhan masyarakat di pasar Indonesia. Konsekuensinya neraca perdagangan non-migas Indonesia menjadi menurun.
Error Correction Term ECT menentukan seberapa cepat equilibrium
tercapai kembali atau dengan kata lain mekanisme untuk kembali pada keseimbangan jangka panjang. Nilai Error Correction Term ECT pada model
persamaan diatas sebesar -0,557260 menunjukkan bahwa 55 persen dari
ketidakseimbangan atau disequilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang.
5.5. Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Diagnostic Test