menggerakkan roda perekonomian sehingga produksi dalam negeri meningkat dan membuat barang produksi dalam negeri lebih bermutu dan berkualitas.
Konsekuensinya, ekspor meningkat dan impor menurun, atau impor dapat meningkat seiring peningkatan PDB jika pertumbuhan PDB didorong oleh
konsumsi C masyarakat tanpa didukung oleh peningkatan produksi dalam negeri.
2.4.4. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan
Perekonomian tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan faktor non- ekonomi, seperti keadaan sosial politik, peraturan, pendidikan, budaya, organisasi
kemasyarakatan dan lainnya. Menurut Nurkse dalam Jhingan 2004 pembangunan ekonomi berkaitan dengan peranan manusia, pandangan
masyarakat, kondisi politik dan latar belakang historis, sehingga kajian terhadap dinamika
perekonomian harus
mengikutsertakan faktor
non-ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, maka neraca perdagangan sebagai refleksi kinerja
ekspor-impor yang mampu mempengaruhi perekonomian juga dipengaruhi oleh faktor non-ekonomi, diantaranya faktor politik dan peraturan, yakni aturan
liberalisasi perdagangan dan kondisi eksternal perekonomian Indonesia yaitu krisis yang baru saja dialami Indonesia.
2.4.4.1. Liberalisasi Perdagangan
Liberalisasi perdagangan adalah pembebasan perdagangan dari segala hambatan, baik hambatan tarif maupun hambatan non tarif yang dilakukan
sepihak dan banyak pihak Smith, 1995, sedangkan kebijakan liberalisasi
perdagangan adalah kebijakan yang mengikis berbagai bentuk hambatan perdagangan, bila diterapkan secara utuh maka arus komoditi perdagangan dan
investasi dalam bentuk modal, barang dan jasa akan bebas masuk antar negara tanpa hambatan tarif dan non-tarif Salvatore, 1997.
Perdagangan bebas tanpa hambatan merupakan tujuan akhir dari perundingan-perundingan antar negara, adanya perdagangan bebas antar negara
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan yang ikut serta dalam perdagangan bebas dengan mengandalkan produk yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif Deplu RI, 2004. Realitasnya hampir semua negara menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap perdagangan internasional, hambatan
perdagangan tersebut lazim disebut kebijakan perdagangan trade policy karena berkaitan erat dengan kepentingan perdagangan nasional pada masing-masing
negara. Penerapan kebijakan perdagangan selalu dikemukakan dengan alasan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan nasional dan melindungi industri
dalam negeri. Liberalisasi perdagangan yang kini diupayakan WTO berfokus pada tiga
aspek, yakni pembukaan akses pasar market acces, penurunan subsidi domestik domestic support, dan mewujudkan persaingan eksport export competition
yang adil. Liberalisasi perdagangan menurut Lindert 1995 akan membawa dampak peningkatan kesejahteraan bagi negara yang melakukannya, keyakinan
tersebut berdasarkan analisa ekonomi yang menunjukkan perdagangan bebas akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kedua negara. Tentunya dampak yang
dirasakan oleh suatu negara akibat adanya liberalisasi akan tercermin dari neraca
perdagangannya setelah kebijakan liberalisasi tersebut dilaksanakan. Gambar 2.3 menganalisa dampak yang ditimbulkan terhadap konsumen jika negara-negara
didunia tidak melakukan liberalisasi, terutama menutup akses pasar dengan pengenaan tarif import.
Gambar 2.3 menganalisis tentang permintaan dan penawaran beras yang dipengaruhi tarif. Jika tidak ada tarif, beras akan diimpor secara bebas pada
tingkat harga dunia sebesar US 200 per ton. Konsumen akan membeli beras sebesar S
o
dari dalam negeri dan mengimpor sebesar M
2
. Pada harga tersebut surplus konsumen adalah seluruh bidang antara kurva permintaan dan garis harga
US 200, yaitu segitiga ACE yang merupakan suatu aproksimasi mengenai kemampuan membeli beras dari para konsumen. Pengenaan tarif sebesar US 20
Harga Beras USTon
Kuantitas Beras Tarif
So Kurva penawaran dalam negeri
Harga dalam negeri dengan tarif Harga Dunia
Do Kurva permintaan dlm negeri
C
D B
E A
S S
1
D
1
D M
1
M
2
a b
c d
220 200
Gambar 2.3. Efek Tarif terhadap Konsumen dan Produsen
e
Sumber : Lindert, 1995
akan meningkatkan harga beras dan mengurangi perolehan manfaat atau surplus konsumen. Dengan harga yang baru, konsumen terpaksa menambah US 20 per
ton beras sehingga permintaan total akan turun dari D ke D
1
. Kerugian total yang ditanggung konsumen dengan adanya tarif adalah total bidang a+b+c+d, sehingga
surplus konsumen mereka merosot dari segitiga ACE menjadi segitiga BCD. Analisis terhadap produsen dengan pasar beras yang sama, setelah adanya
tarif, maka harga beras akan naik menjadi US 220 per ton, maka perusahaan- perusahaan dalam negeri akan meningkatkan produksinya selama masih
menguntungkan. Mereka merespons dengan menaikkan jumlah produksi dari S ke S
1
. Kenaikan jumlah yang dproduksi dan peningkatan harga ternyata meningkatkan keuntungan bagi produsen, yaitu sebesar a, sehingga keuntungan
total yang diterima produsen dalam negeri adalah e+a. Namun, jika dibandingkan dengan kerugian yang harus ditanggung konsumen yaitu bidang a+b+c+d, maka
secara total pengenaan tarif menghasilkan kerugian.
2.4.4.2. Krisis Ekonomi