Perkembangan Ekspor-Impor Pangan Indonesia

4.3. Perkembangan Ekspor-Impor Pangan Indonesia

Departemen Pertanian 2005 menyatakan bahwa sub sektor tanaman pangan merupakan satu-satunya sub sektor yang belum berorientasi ekspor, fokus peningkatan produktivitas komoditas tanaman pangan selama ini lebih diarahkan pada penguatan pemenuhan pangan domestik sebab kebutuhan konsumsi pangan domestik yang sangat besar dan belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri dibandingkan potensi yang dimiliki Indonesia. Jika selama ini Indonesia melakukan ekspor komoditas pangan, nilainya relatif kecil. Ekspor komoditas pangan Indonesia lebih didominasi olahan dibandingkan ekspor komoditas segar, namun pada masa krisis komoditas segar mengalami peningkatan ekspor yang cukup signifikan, akan tetapi menurun kembali pada masa pasca krisis. Tabel 4.6 memperlihatkan pada periode 1995-1997 nilai ekspor komoditas olahan tanaman pangan jauh lebih tinggi dari komoditas segarnya, untuk ekspor komoditas olahan rata-rata tahun 1995-1997 mencapai US 91.63 juta, sedangkan untuk ekspor komoditas pangan segar rata-rata mencapai US 50,84 juta. Namun, pada periode krisis 1998-1999 nilai ekspor komoditas segar lebih tinggi, nilai ekspor komoditas pangan segar rata-rata mencapai US 65,56 juta dan ekspor komoditas pangan olahan rata-rata hanya US 60,95 juta, sedangkan pasca krisis 2000-2005 nilai ekspor komoditas pangan segar mengalami penurunan yang cukup tajam, rata-rata hanya US 35,11 juta, sedangkan nilai ekspor komoditas pangan olahan rata-rata mencapai US 102,99 juta. Pada Tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa impor komoditas pangan baik segar maupun olahan pada tiap tahunnya cukup besar, rata-rata nilai impor sebelum krisis 1995-1997, saat krisis 1998-1999 dan pasca krisis 2000-2005 didominasi oleh komoditas pangan segar. Nilai impor komoditas pangan segar sebelum masa krisis rata-rata mencapai US 1.389,18 juta dan nilai ekspor komoditas pangan olahan rata-rata mencapai US 344,69 juta, sedangkan nilai impor komoditas pangan baik segar maupun olahan pada saat krisis mengalami penurunan, nilai impor komoditas pangan segar hanya rata-rata US 821,99 juta dan nilai impor komoditas pangan olahan rata-rata US 240,49 juta. Pada masa pasca krisis nilai impor pangan Indonesia mengalami kenaikan yang cukup tajam, nilai impor komoditas pangan segar rata-rata mencapai US 1.216,83 juta dan nilai impor komoditas pangan olahan rata-rata mencapai US 554,19 juta. Tabel 4.6. Neraca Komoditas Segar dan Olahan Tanaman Pangan Juta US Ekspor Impor Neraca Tahun Segar Olahan Segar Olahan Segar Olahan 1995 81,72 71,61 1.292,13 340,99 -1210,41 -269,18 1996 31,69 131,76 1.584,41 321,80 -1552,72 -190,04 1997 39,12 71,33 1.290,99 371,27 -1251,87 -299,94 1998 90,91 68,94 805,76 220,43 -714,85 -151,49 1999 40,21 52,95 838,21 260,55 -798,00 -207,60 2000 20,39 38,95 991,57 423,91 -971,18 -384,96 2001 29,31 49,68 814,48 457,42 -785,17 -407,74 2002 15,71 19,23 1.104,02 380,33 -1088,31 -361,10 2003 17,64 62,55 1.415,32 512,59 -1397,68 -450,04 2004 50,93 239,91 1.551,07 826,21 -1500,14 -586,30 2005 76,67 207,63 1.424,53 724,70 -1347,86 -517,07 Rata-rata 1995-1997 50,84 91,63 1.389,18 344,69 -1338,33 -253,05 Rata-rata 1998-1999 65,56 60,95 821,99 240,49 -756,43 -179,55 Rata-rata 2000-2005 35,11 102,99 1.216,83 554,19 -1181,72 -451,20 Sumber : Departemen Pertanian, 2005. : Data sampai juni kemudian dikali 2 Dari sisi neraca perdagangan, Indonesia terus mengalami defisit, baik untuk komoditas segar maupun olahan. Pada masa pasca krisis 2000-2005 seperti sekarang ini, justru defisit perdagangan komoditas pangan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, padahal Indonesia membutuhkan devisa untuk memperbaiki keadaan perekonomiannya, nilai defisit perdagangan komoditas pangan segar pada masa pasca krisis rata-rata mencapai US 1.181,72 juta, sedangkan nilai defisit neraca perdagangan komoditas pangan olahan rata- rata mencapai US 451,20 juta.

4.4. Perkembangan Liberalisasi Perdagangan Komoditas Pangan