59
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah
Tujuan dari analisis deskriptif persentase adalah untuk mengetahui dan memperjelas hasil penelitian tentang hubungan pendidikan masyarakat
dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
a. Tingkat Pendidikan
1 Pendidikan Formal
Masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal rata-rata masih memiliki tingkat pendidikan formal yang masih rendah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Kota Kendal Tahun 2014 diketahui bahwa penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 1.294
orang, penduduk yang tamat SD sebanyak 1.427 orang, yang tamat SMP berjumlah 682 orang, tamat SMA berjumlah 459 orang dan perguruan
tinggi sebanyak 49 orang BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat akan
berpengaruh terhadap pola pikir dan pengetahuan mereka. Umumnya orang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih memiliki pengetahuan
yang banyak dibanding dengan orang yang hanya berpendidikan rendah. Pola pikir, pengetahuan dan perilaku orang yang berpendidikan tinggi
cenderung dinamis, sedang orang yang hanya menempuh pendidikan rendah biasanya kurang berkembang. Pendidikan ini mencakup juga
pendidikan nonformal dalam masyarakat seperti sosialisasipenyuluhan dan pelatihan. Orang yang mendapatkan sosialisasipenyuluhan tentang
60 pengelolaan sampah akan lebih sadar dan berperilaku baik dalam
menjaga lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat sosialisasipenyuluhan sama sekali.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat pendidikan formal masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota
Kendal rata-rata masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa Persentase
1 Tidak tamat SD
13 13
2 SD
38 38
3 SMP
21 21
4 SMA
24 24
5 Perguruan Tinggi
4 4
Jumlah 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel tingkat pendidikan formal diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 38 orang 38 , tamat SMA 24 orang 24 , tamat SMP 21 orang 21
, dan yang telah menamatkan perguruan tinggi adalah 4 orang 4 , serta ada 13 responden 13 yang tidak tamat SD.
Disamping informasi tentang pendidikan formal berdasarkan kelulusan, perlu pula diketahui tahun sukses seseorang atau responden.
Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan terakhir. Tahun sukses yang
61 ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada
Tabel 4.6. Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan
No Tahun Sukses
Tahun Jumlah Jiwa
Persentase
1 2
4 4
2 3
7 7
3 4
1 1
4 5
1 1
6 6
37 37
7 7
1 1
8 9
21 21
9 12
22 22
10 15
1 1
11 16
5 5
Jumlah 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 37 orang
menempuh pendidikan 6 tahun, 5 orang menempuh 16 tahun, 21 orang menempuh 9 tahun, 22 orang menempuh 12 tahun, 7 orang menempuh 3
tahun, kemudian 4 orang hanya menempuh 2 tahun, dan masing-masing 1 orang yang menempuh 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 15 tahun sukses.
2 Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal
yang diperoleh
masyarakat dari
sosialisasipenyuluhan tentang pengelolaan sampah menunjukkan bahwa 2 orang pernah mengikuti sosialisasi lebih dari 2 kali. Satu orang pernah
mengikuti sosialisasi 2 kali, 7 orang pernah mengikuti 1 kali, dan sebanyak 90 orang tidak pernah mengikuti sama sekali.
62 Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Nonformal tentang Pengelolaan Sampah
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa Persentase
1 Tidak pernah
90 90
2 1 kali
7 7
3 2 kali
1 1
4 Lebih dari 2 kali
2 2
Jumlah 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti
masyarakat bermacam-macam
seperti manfaat
bank sampah,
pemberdayaan sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca dibuat kerajinan tangan, dan pembuatan pupuk organik cair.
Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel
4.8. Tabel 4.8. Rata-rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan
Kriteria Interval
Jumlah Persentase
Rata-Rata Skor
Kriteria
Sangat Rendah 25
– 39,9 25
25 48,58
Rendah Rendah
40 – 54,9
44 44
Sedang 55
– 69,9 27
27 Tinggi
70 – 84,9
2 2
Sangat Tinggi 85
– 100 2
2
Total 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah dengan persentase terbanyak 44 diikuti dengan kriteria sedang sebesar 27, kriteria
sangat rendah sebesar 25, kriteria tinggi dan sangat tinggi masing-
63 masing 2. Berdasarkan hasil tersebut tingkat pendidikan secara
keseluruhan dalam kriteria rendah yaitu 48,58.
3 Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan lingkungan yang baik
dan bersih. Tinggi rendahnya pengetahuan pengelolaan sampah seperti mengetahui
pengertian sampah
organik dan
an-organik, mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya organik dan an-organik,
dan akibat dari pencemaran sampah akan mempengaruhi dalam mengatasi permasalahan tersebut Lampiran 2.
Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan
Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Kriteria Interval
Jumlah Persentase
Rata-Rata Skor
Kriteria
Sangat Rendah – 19,9
56,66 Sedang
Rendah 20
– 39,9 6
6 Sedang
40 – 59,9
24 24
Tinggi 60
– 79,9 38
38 Sangat Tinggi
80 – 100
32 32
Total 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa pengetahuan
pengelolaan sampah sebagian besar dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 38, diikuti dengan kriteria sangat tinggi yaitu sebesar 32, kriteria
sedang sebesar 24, kriteria rendah 6, dan kriteria sangat rendah
64 sebesar 0. Hasil keseluruhan memiliki kriteria sedang dengan persentase
sebesar 56,66.
b. Perilaku Pengelolaan Sampah
1 Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Kebersihan lingkungan adalah
kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Membersihkan halaman rumah memang seperti tugas yang sederhana
dan sudah menjadi kebiasaan untuk pekerjaan rumah. Tabel 4.10. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman
No Tingkatan
Jumlah
1. Selalu
21 2.
Sering 58
3. Kadang-kadang
21 4.
Tidak Pernah -
Total
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan
halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah dari sampah. Tabel 4.10 menunjukkan perilaku masyarakat dalam menjaga
kebersihan rumah dan halaman. Sebanyak 21 responden selalu membersihkan, 58 responden sering membersihkan dan 21 reponden
kadang-kadang membersihkan.
65 Gambar 4.2. Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan
2 Mengurangi Sampah Rumah Tangga
Kebiasaan pada masyarakat yang senang dengan hal yang serba praktis dan instan, sebagai gambaran dalam pemilihan tempat atau
bungkus makanan berupa sterofoam, plastik, kertas minyak, padahal barang-barang tersebut yang kita tahu salah satu jenis barang yang setelah
jadi sampah tidak bisa cepat hancur. Tabel 4.11. Mengurangi Sampah Rumah Tangga
No Tingkatan
Jumlah
1. Selalu
5 2.
Sering 7
3. Kadang-kadang
21 4.
Tidak Pernah 67
Total 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
66 Ada baiknya kita sadar akan hal tersebut dan alangkah baiknya
kita bisa mengurangi pemakaian barang-barang tersebut dengan barang yang lebih ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan daun atau
wadah makanan yang aman. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar tidak pernah menggunakan wadah makanan yaitu sebesar 67
responden, 5 responden selalu menggunakan, 7 responden sering menggunakan dan 21 reponden kadang-kadang menggunakan.
3 Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar
Kerja bakti adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Kegiatan kerja bakti untuk menjaga kebersihan sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan
yang nyaman dan bersih. Perilaku pelaksanaan kerja bakti yang dilakukan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel
4.12. Tabel 4.12. Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar
No Tingkatan
Jumlah Orang Pelaksanaan kerja
bakti Keikutsertaan kerja
bakti
1. Selalu
10 6
2. Sering
22 30
3. Kadang-kadang
65 55
4. Tidak Pernah
3 9
Total 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
67 Tabel 4.12 menunjukkan keikutsertaan kerja bakti yang dilakukan
masyarakat di Kelurahan Bandengan dalam kategori kadang-kadang yaitu sebulan sekali atau ketika mendekati lebaran, sedangkan masyarakat yang
mengikuti kerja bakti sebagian besar menjawab kadang-kadang yaitu sebanyak 55 responden.
4 Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik
Pemilahan sampah adalah salah satu proses dalam pengolahan sampah; yaitu dengan memisahkan menjadi kelompok sampah tertentu
organik dan an-organik. Pemisahan sampah perlu dilakukan karena sampah organik dan an-organik memiliki sifat yang berbeda. Perilaku
memisahkan sampah organik dan an-organik yang dilakukan masyarakat Bandengan dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik
No Tingkatan
Jumlah
1. Selalu
2 2.
Sering 2
3. Kadang-kadang
51 4.
Tidak Pernah 45
Total 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden
menjawab kadang-kadang yaitu sebesar 51 responden memisahkan sampah organik dan an-organik, kemudian 45 reponden tidak pernah
memisahkan.
68 Gambar 4.3. Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan Bandengan yang
belum memisahkan antara sampah organik dan an-organik
5 Kebiasaan Membuang Sampah
Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih terjadi di mana-mana, dan dilakukan oleh kalangan manapun. Di kalangan
masyarakat yang kurang peduli kebersihan, buang sampah dimanapun sudah menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi masalah. Tabel 4.14
menunjukkan kebiasaan membuang sampah yang dilakukan masyarakat Bandengan.
69 Tabel 4.14. Kebiasaan Membuang Sampah
S
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Sebagian besar yaitu 50 responden menjawab kadang-kadang
dalam perilaku mengantungi sampah. Kemudian perilaku memungut sampah di jalan 66 responden sebagian besar menjawab tidak pernah, dan
perilaku membuang sampah di selokansungai banyak yang menjawab tidak pernah yaitu sebesar 55 responden.
Gambar 4.4. Banyaknya Sampah di Pinggir Sungai
No Tingkatan
Jumlah Mengantungi
sampah Memungut
sampah di jalan
Membuang sampah di selokansungai
1. Selalu
6 2
- 2.
Sering 14
5 -
3. Kadang-kadang
50 27
45 4.
Tidak Pernah 30
66 55
Total 100
100 100
70
6 Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai
Ekonomis
Banyak sekali barang-barang yang setelah digunakan bisa digunakan ulang dengan fungsi yang sama dengan fungsi awalnya tanpa
melalui proses pengolahan. Menggunakan kembali benda-benda yang tidak terpakai merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.15. Tabel 4.15. Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis
No Tingkatan
Jumlah
1. Selalu
1 2.
Sering 3
3. Kadang-kadang
64 4.
Tidak Pernah 32
Total 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.15 menunjukkan bahwa 64 responden menjawab kadang-
kadang, 32 reponden tidak pernah, 3 reponden sering, dan hanya 1 responden yang menjawab selalu dalam perilaku menggunakan kembali
sampah menjadi barang bernilai ekonomis. Bentuk pemanfaatannya yaitu kaleng bekas cat dipakai kembali sebagai pot, kardus dipakai kembali
sebagai tempat buku atau alat perkakas.
7 Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik
Sampah an-organik berupa botol, plastik, kertas, kardus, kaleng merupakan sampah yang sulit diurai sehingga akan bertahan lama menjadi
sampah. Pengolahan sampah anorganik dengan cara daur ulang merupakan salah satu cara yang efektif, karena selain menguntungkan
71 secara ekonomis juga secara ekologis. Perilaku penerapan daur ulang
sampah an-organik dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16. Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik
No Tingkatan
Jumlah Wadah
Cat Plastik
Belanja Botol
Plastik Kardus
Produk Hasil Daur Ulang
1. Selalu
2 4
2 4
2 2.
Sering 30
17 6
13 4
3. Kadang-kadang
62 41
31 82
30 4.
Tidak Pernah 6
38 61
1 64
Total
100 100
100 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.16 menunjukkan bahwa perilaku menerapkan daur ulang
sampah an-organik baik dalam daur ulang wadah cat, plastik belanja, botol plastik, kardus, dan produk hasil ulang sebagian besar responden
menjawab kadang-kadang. Berdasarkan Tabel 4.17, hasil perhitungan deskriptif persentase
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan sebagian besar dalam kriteria rendah yaitu sebesar 67,
diikuti dengan kriteria sedang sebesar 26, kriteria tinggi 4, sangat rendah sebesar 3, dan 0 untuk kriteria sangat tinggi. Hasil secara
keseluruhan bahwa perilaku pengelolaan sampah tergolong rendah yaitu sebesar 51,38.
72 Tabel 4.17 Rata-rata Perilaku Pengelolaan Sampah
Kriteria Interval
Jumlah Persentase
Rata-Rata Skor
Kriteria
Sangat Rendah 25
– 39,9 3
3 51,38
Rendah Rendah
40 – 54,9
67 67
Sedang 55
– 69,9 26
26 Tinggi
70 – 84,9
4 4
Sangat Tinggi 85
– 100
Total 100
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku
Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal
Hubungan antara variabel terikat tingkat pendidikan dengan variabel bebas perilaku pengelolaan sampah dianalisis dengan korelasi
product moment. Variabel tingkat pendidikan dan perilaku berwujud skor kuesioner dengan skala Likert dan dihitung dengan rumus korelasi
Pearson. Hasil perhitungan product moment dibandingkan dengan harga r
tabel
. Kriteria valid jika r
xy
r
tabel
Arikunto, 2006:274. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa r
xy
sebesar 0,480 sedangkan pada r
tabel
sebesar 0,195. Karena r
xy
r
tabel
0,480 0,195 maka hipotesis yang diterima adalah H
a
yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan
Kecamatan Kota Kendal.
73
B. Pembahasan