HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN

KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Rifka Charisa Devi 3201411179

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skipsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 15 Desember 2015

Semarang, 15 Desember 2015 Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ananto Aji, M.S NIP. 19630527 1988111 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Senin


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Desember 2015

Rifka Charisa Devi NIM. 3201411179


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. “Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan bagaikan matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi”. (Kagome “Inuyasha”) 2. “Anything is possible, dreams to come true, and follow your heart. So

never give up, chase your dreams and hopefully you will have a golden sky on your own”. (Jessica Jung)

3. “Cintai kebersihan lingkungan anda seperti anda mencintai diri anda sendiri”. (Anonim)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua ku, Bapak Ja’far Shodiq dan Ibu Hayat Restiningsih serta ketiga adikku tercinta, Fahmi, Alwi, Shofia atas segala doa dan dukungannya. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

2. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi UNNES, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan, semoga Allah SWT menjadikan berkah dan manfaat atas ilmunya.

3. Sahabat Geografi angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan motivasinya, serta Symphony FIS Choir, PPL SNEIKA 2014 dan Jaico atas pengalamannya.

4. Semua pihak yang membantu hingga selesainya skripsi ini. 5. Almamater ku.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Di Pemukiman Nelayan Desa Bandengan Kecamatan Kota Kendal”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES. 3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi.

4. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Pembimbing atas waktu, segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Erni Suharini, M.Si. dan Drs. Satyanta Parman, MT., Penguji I dan penguji II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi di Jurusan Geografi.

7. Staf Tata Usaha, Perpustakaan Jurusan Geografi, Laboratorium, Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial, serta seluruh karyawan di lingkungan Jurusan Geografi.


(7)

vii

8. Kepala Kelurahan dan keluarga besar Desa Bandengan yang telah membantu ijin dalam penelitian diwilayah penelitian skripsi ini.

9. Yuvita Della, Nurul Safarida, Nur Azizah dan teman-teman Jurusan Geografi 2011 yang membantu penyelesaian skripsi, serta atas pengalaman studi yang menyenangkan,

10.Bapak, Ibu, dan ketiga adikku tercinta atas dukungan dan doa serta kasih sayangnya.

11.Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang Geografi.

Semarang, Januari 2016


(8)

viii SARI

Devi, Rifka Charisa. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Ir. Ananto Aji, M.S. 114 halaman.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Perilaku Pengelolaan Sampah, Pemukiman Nelayan.

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya Perilau masyarakat dalam pengelolaan sampah didasari oleh pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (2) Mengetahui perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (3) Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat berdasarkan tingkatan pendidikan. Pengambilan sampel dengan cara stratified random sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan tingkat pendidikan melalui tahun sukses pendidikan. Variabel penelitian ini adalah tingkat pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal dan perilaku pengelolaan sampah. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi, metode kuesioner, dan metode dokumentasi dengan analisis data menggunakan metode deskriptif persentase dan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah, baik dalam pendidikan formal, tahun sukses pendidikan maupun tingkat pendidikan nonformal, sedangkan tingkat pengetahuan pengelolaan sampah sudah termasuk dalam kriteria sedang yaitu sebesar 56,66%. Perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan tergolong rendah yaitu sebesar 51,38%. Hasil analisis dengan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195. Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Dari hasil penelitian disarankan agar masyarakat Bandengan perlu membiasakan tidak membuang sampah di jalan, selokan, sungai karena dapat menimbulkan bau busuk. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya dalam pengelolaan sampah, serta perlu dilakukan peningkatan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Hubungan ... 11

B. Tingkat Pendidikan ... 12

C. Perilaku ... 16

D. Sampah ... 22

E. Pengelolaan Sampah ... 27

F. Masyarakat Nelayan ... 29

G. Penelitian Terdahulu ... 32

H. Kerangka Berpikir ... 36


(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Lokasi, Waktu, dan Jenis Penelitian ... 39

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 43

F. Metode Analisis Data ... 44

G. Alur Kegiatan Penelitian ... 53

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

a. Lokasi Penelitian ... 54

b. Kondisi Tata Guna Lahan ... 56

c. Kondisi Kependudukan ... 56

d. Kondisi Tingkat Pendidikan ... 57

e. Mata Pencaharian ... 58

2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah ... 59

a. Tingkat Pendidikan ... 59

b. Perilaku Pengelolaan Sampah ... 64

c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah ... 72

B. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan ... 39

Tabel 3.2 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan ... 48

Tabel 3.3 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan Perilaku ... 51

Tabel 4.1 Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan ... 56

Tabel 4.2 Komposisi Usia Penduduk ... 57

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 58

Tabel 4.4 Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan ... 58

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal ... 60

Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan ... 61

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Nonformal ... 62

Tabel 4.8 Rata-Rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan ... 62

Tabel 4.9 Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah ... 63

Tabel 4.10 Menjaga Kebersihan Halaman dan Rumah ... 64

Tabel 4.11 Mengurangi Sampah Rumah Tangga ... 65

Tabel 4.12 Melaksanakan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar ... 66

Tabel 4.13 Memisahkan Sampah Organik dan An-organik ... 67

Tabel 4.14 Kebiasaan Membuang Sampah ... 69

Tabel 4.15 Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis ... 70

Tabel 4.16 Menerapkan Daur Ulang Sampah An-organik ... 71


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 37

Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian ... 53

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kelurahan Bandengan ... 55

Gambar 4.2 Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan... 65

Gambar 4.3 Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan Bandengan yang Belum Memisahkan Antara Sampah Organik dan An-Organik . 68 Gambar 4.4 Banyaknya Sampah di Pinggir Sungai ... 69


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner ... 85

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 87

Lampiran 3 Lembar Observasi ... 92

Lampiran 4 Validitas Instrumen... 93

Lampiran 5 Reliabilitas Instrumen ... 94

Lampiran 6 Daftar Nama Responden Penelitian ... 95

Lampiran 7 Analisis Deskriptif Persentase ... 97

Lampiran 8 Persentase Tingkat Pendidikan ... 101

Lampiran 9 Persentase Pengetahuan Pengelolaan Sampah ... 103

Lampiran 10 Persentase Perilaku Pengelolaan Sampah... 105

Lampiran 11 Perhitungan Statistik dengan Product Moment ... 109


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Adanya timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti bau busuk yang mengganggu, timbulnya berbagai penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai dapat mengakibatkan banjir, pencemaran air dan tanah dan sebagainya, dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan karena pengelolaan persampahan yang kurang memadai. Sehingga perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi tidak menjadi masalah serius bagi masyarakat.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah).

Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal, sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pesisir Kelurahan Bandengan bekerja sebagai nelayan sehingga daerah tersebut disebut sebagai


(15)

2

kampung nelayan. Kondisi lingkungan masyarakat nelayan pada umumnya kurang memperhatikan lingkungan identik dengan pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat yang kurang memperdulikan lingkungan dapat dilihat dari sampah-sampah yang dibuang dan berserakan di daerah pemukiman.

Jika dilihat Kelurahan Bandengan yang karakteristik masyarakatnya bersifat majemuk/heterogen, pengelolaan persampahan sangat perlu diperhatikan seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang mungkin saja ada sebagian penduduk yang belum menyadari arti kebersihan lingkungan. Disamping itu keberadaan kampung nelayan sangat rentan terhadap pencemaran air, pendangkalan, dan penyempitan sungai, juga terhambatnya proses air tanah jika sebagian dari masyarakat yang ada membuang sampahnya langsung kedalam sungai. Banyak terdapat sampah-sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan menumpuknya sampah dan limbah tersebut.

Peran masyarakat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan memang sudah ada, namun peran tersebut sangat minim sekali dan tidak dapat berkembang secara optimal, karena pengetahuan masyarakat dan kepedulian kebersihan lingkungan masih rendah, sehingga masyarakat lebih memilih sungai atau laut dalam aktifitas pembuangan akhir dengan alasan kepraktisan.

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kendal pasal 45 disebutkan bahwa setiap orang dilarang ”Membuang sampah di jalan umum, tempat umum,


(16)

3

perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain”. Berdasarkan pasal 58 dijelaskan bahwa ”Setiap orang yang dengan sengaja membuang sampah di jalan umum, tempat umum, perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)”.

Pengelolaan sampah berkaitan erat dengan perilaku masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Sebagai contoh yaitu kurang baiknya perilaku mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga tindakannya berakibat negatif terhadap lingkungan. Misalnya sampah ditumpuk begitu saja, dapat mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk dan ini sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan terhadap bahaya sampah.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dalam Undang-undang ini jalur pendidikan dibedakan menjadi tiga yaitu:


(17)

4

1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Contoh : sosialisasi, pelatihan.

3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Contoh : Orang tua mengajarkan anaknya tentang bagaimana bersikap di luar rumah seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan.

Ketiga jalur pendidikan diatas akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terhadap pengelolaan sampah. Dalam hal ini tidak seluruhnya tingkat pendidikan formal yang dominan, namun pendidikan nonformal (sosialisasi dan pelatihan) juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah (seseorang mengikuti sosialisasi dan pelatihan akan berbeda dengan seseorang yang tidak mengikuti sama sekali), dan pendidikan informal yang telah diajarkan orang tua kepada anaknya sejak kecil.


(18)

5

Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan. Jenjang pendidikan seseorang yang tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan bahaya sampah.

Tingkat pendidikan di masyarakat nelayan tergolong rendah salah satunya disebabkan oleh kemiskinan yang ada pada masyarakat nelayan, dengan kondisi ekonomi lemah tidak memungkinkan bagi nelayan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya selain itu pandangan nelayan terhadap pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di masyarakat nelayan. Walaupun bagi nelayan pendidikan adalah hal terpenting dan bermanfaat namun ada kecenderungan bahwa mereka kurang berambisi untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan mereka bersekolah hanya sekedar untuk dapat membaca dan menulis dan agar segera dapat bekerja membantu orang tuanya. Pendidikan formal lebih dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan ketrampilan dasar saja, bukan untuk memperluas wawasan dan sebagai “bekal” dalam kehidupan. Dengan demikian pendidikan formal bagi anaknya hanya diberikan sekedar saja, sedangkan pendidikan sebenarnya mereka lakukan langsung ke “lapangan” yaitu dengan melibatkan anak -anaknya dalam kegiatan nelayan (Yuniarti 2000:92).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan


(19)

6

Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal”.

B. Rumusan

Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?

2. Bagaimana perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?

3. Adakah hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

2. Mengetahui perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.


(20)

7

3. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama geografi, khususnya dalam pengelolaan sampah di daerah pemukiman nelayan sehingga timbulan sampah dapat diminimalisir atau dikurangi.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Pemerintah Kelurahan Bandengan: diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu acuan dalam membuat kebijakan di bidang persampahan yang lebih mendekatkan kepada peran masyarakat dalam mengelola sampah.

b) Bagi Masyarakat Kelurahan Bandengan: memberikan informasi atau gambaran tentang pengelolaan sampah oleh masyarakat Bandengan, sehingga dapat memperbaiki lingkungan hidup masyarakat di Kelurahan Bandengan.

c) Bagi Penulis: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai pengelolaan sampah sehingga kedepannya dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat.


(21)

8 E. Penegasan Istilah

1. Hubungan

Hubungan berasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai (yang satu dengan yang lain), bertalian, berkaitan, bersangkutan” dan saling mempengaruhi.

Hubungan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara tingkat pendidikan masyarakat (tahun sukses) dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. 2. Tingkat Pendidikan

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tingkat (jenjang) pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat (jenjang) pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal yang dibuktikan dengan ijazah pendidikan formal, tahun sukses dan pendidikan nonformal


(22)

9

(sosialisasi dan pelatihan) yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan/pengelolaan sampah.

3. Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Perilaku dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan/reaksi masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal mengenai kondisi sampah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal.

4. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pegelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud pengelolaan sampah adalah pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal yang terdiri dari sampah organik berupa sisa makanan, daun, dan sampah anorganik yaitu sampah yang berupa plastik, kaleng, pecahan gelas, dan logam-logam.


(23)

10

Dalam kamus besar Indonesia pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur (1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi bagian dalam lingkungan itu.

Mayarakat nelayan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bukan hanya bekerja mencari ikan, melainkan mereka yang juga tinggal di sekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan berdagang di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.


(24)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hubungan

Hubungan berasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai (yang satu dengan yang lain), bertalian, barkaitan, bersangkutan”. Jadi dari pengertian tersebut hubungan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan , diakses 24 November 2015).

Secara garis besar, hubungan terbagi menjadi hubungan positif dan negatif. Hubungan positif terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi merasa saling diuntungkan satu sama lain dan ditandai dengan adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif terjadi apabila suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak yang berinteraksi. Lebih lanjut, hubungan dapat menentukan tingkat kedekatan dan kenyamanan antara pihak yang berinteraksi. Semakin dekat pihak-pihak tersebut, hubungan tersebut akan dibawa kepada tingkatan yang lebih tinggi.


(25)

12 B. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.


(26)

13 3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia

“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan”.

Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang. Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah pasal 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”.

Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu: a) Pendidikan Formal

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan adanya pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:


(27)

14 1) Pendidikan Umum

Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA. 2) Pendidikan Kejuruan

Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informasi dan Komputer, akutansi, listrik.

3) Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental, misalnya pendidikan SLB.

4) Pendidikan Kedinasan

Pendidikan Kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan atau lembaga pendidikan non-departemen misalnya prajabatan, sepala, sepadya.

5) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan Keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan


(28)

15

yang menurut penguasaan khusus tentang ajaran agama, misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia.

b) Pendidikan Nonformal

Yang dimaksud Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal.

c) Pendidikan Jalur Informal

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.

4. Tahun Sukses Pendidikan

Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses.Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk


(29)

16

mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar (SD/sederajat) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) selama 3 tahun. Maka jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat maka tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMP/sederajat maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat SD/sederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.

C. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku akan terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (Notoatmodjo 1997, dalam Eko Wibowo 2010:26). Perilaku atau aktivitas individu dalam pengertian yang lebih luas mencakup perilaku yang nampak (over behavior) dan perilaku yang tidak nampak (insert behavior). Perilaku manusia tidak muncul dengan sendirinya tanpa pengaruh stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun demikian, sebagian besar perilaku manusia adalah akibat respon terhadap stimulus eksternal yang diterima (Bimo 1999, dalam Eko Wibowo 2010:27).


(30)

17

Perilaku manusia sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku manusia dibagi menjadi 3 tingkah ranah perilaku. Salah satunya adalah pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yakni:

a) Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari dari rangsangan diterima.

b) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.

c) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.


(31)

18

d) Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan, pengelompokan, dan sebagainya.

e) Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2. Jenis Perilaku

Menurut Skinner 1976 (dalam Eko Wibowo 2010:27), perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

a) Perilaku yang alami (innate behaviour) atau perilaku yang berupa reflek dan insting yaitu perilaku yang dibawa manusia sejak manusia dilahirkan.

b) Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.

Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih dominan berpengaruh akibat dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan dapat dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat untuk di kendalikan.


(32)

19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga berpengaruh terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor lingkungan dan individu adalah sebagai berikut :

a) Faktor Individu

Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat kecerdasan, tingkat emosional, pengalaman pribadi, sifat kepribadian, dan jenis kelamin.

b) Faktor Luar Individu (Lingkungan)

Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28). Dalam hubungan antara perilaku dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme sosial, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum) (Sumaatmadja 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28).

4. Pembentukan Perilaku

Menurut Bimo 1999 (dalam Eko Wibowo 2010:28) Pembentukan perilaku sangat diperlukan untuk mengendalikan perilaku manusia agar seperti yang diharapkan, antara lain dengan:


(33)

20

a) Pembentukan perilaku kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan.

b) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), adalah pembentukan perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan memberikan pengertian.

c) Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada. Contohnya adalah orang tua/guru yang memberikan arahan kepada anak/muridnya. Dalam rangkaian pembentukan perilaku manusia terdapat dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran secara fisik adalah adalah belajar dengan menerima respon fisik untuk di contoh seperti belajar menari naik sepeda dan sebagainya, dan pembelajaran secara psikis dimana seorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial (social learning), dan selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Sarwono 2002, dalam Eko Wibowo 2010:28).

5. Teori Perilaku

Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dari hal tersebut terdapat beberapa teori yang dapat dikemukakan antara lain:


(34)

21 a) Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi sosial menyatakan, insting sebagai perilaku bawaan atau innate dapat mengalami perubahan akibat terbentuknya sebuah pengalaman.

b) Teori Dorongan (drive theory)

Teori yang menyatakan bahwa organisme dalam hal ini manusia mempunyai dorongan atau drive yang berkaitan dengan pemenuhan atas kebutuhannnya, sehingga dorongan tersebut menimbulkan pengaruh pada perilaku manusia atau individu tersebut.

c) Teori Insentif (incentive theory)

Teori ini bertitik tolak kepada pendapat bahwa perilaku organisme dalam hal ini manusia, disebabkan oleh adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong manusia berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcement ada 2 macam yaitu dan negatif. Reinforcement positif akan mendorong manusia untuk berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif akan menghambat manusia dalam berperilaku.

d) Teori Artribusi

Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider, menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku manusia, perilaku bisa disebab-sebabkan oleh disposisi internal (misalnya motif dan sikap) dan oleh keadaan eksternal (misanya situasi).


(35)

22 e) Teori Kognitif

Teori yang menitikberatkan kepada kemampuan individu dalam berfikir untuk mempertimbangkan pilihan perilakunya. Dengan kemampuan berfikir individu akan dapat melihat dan memilih perilaku mana yang harus dilakukan. Disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam individu berperilaku (Fishben & Ajzen 1975, dalam Eko Wibowo 2010:29).

D. Sampah

1. Pengertian Sampah

Peningkatan aktivitas masyarakat akan meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan tidak hanya sampah organik melainkan juga sampah anorganik. Banyaknya sampah yag dihasilkan harus diolah dengan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan efek negatif seperti mencemari lingkungan yang mana dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, banjir, penyumbatan sistem drainase dan sebagainya. Kesadaran untuk mengolah sampah dengan baik didalam masyarakat masih minim, hal ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat mengenai sampah itu sendiri. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Terdapat beberapa definisi mengenai sampah yang meliputi:


(36)

23

a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.

b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia ataupun sisa dari proses alam yang berbentuk padat.

c) Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

d) Menurut Tchobanoglous, Theiseen & Eliassen 1993 (dalam Subarna 2014:24), sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan.

e) Menurut Istilah Lingkungan Untuk Manajemen (Ecolink 1996, dalam Subarna 2014:17), sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

f) Menurut Basriyanta (dalam Subarna 2014:18), sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dimanfaatkan kalau dikelola dengan prosedur yang benar.


(37)

24 2. Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik

2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya

b) Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu 2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas c) Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging 2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur 1995,

dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:6) 3. Sumber – Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :

a) Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan


(38)

25

biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun (Dainur 1995, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:8).

b) Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

c) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

d) Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan


(39)

26

dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

e) Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra 2007, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:9).

4. Dampak Sampah

Sampah, bila tidak dikelola dengan baik, tentu akan menyebabkan masalah besar. Banyak kejadian buruk terjadi akibat manusia menyepelekan sampah. Berikut beberapa dampak dari sampah:

a) Mengganggu Estetika (Keindahan)

Sampah yang berceceran di jalan atau di sembarang tempat sungguh tidak menyedapkan mata. Tumpukan sampah yang berserakan menimbulkan kesan jorok, tidak bersih dan sangat merusak keindahan. b) Mencemari Tanah dan Air Tanah

Sampah yang menumpuk di tanah akan mencemari tanah dan air didalamnya. Cairan kotor dan bau busuk hasil pembusukan sampah yang merembes ke dalam tanah dapat mencemari air tanah. Bukan tidak mungkin, air yang digunakan dari pompa tanah akan terkontaminasi akibat gaya hidup yang tidak sehat ini.


(40)

27 c) Mencemari Perairan

Sampah yang dibuang ke saluran air akan mencemari perairan sungai, irigasi, waduk, bahkan pantai. Padahal, banyak yang masih memanfaatkan pengairan dari sungai dan sumber air lainnya untuk kebutuhan sehari-hari.

d) Menyebabkan Banjir

Tumpukan sampah yang berada di saluran air (irigasi) dapat menyumbat pintu-pintu air sehingga air sulit mengalir. Maka, tak heran jika di kota-kota besar, banjir sering terjadi akibat masyarakatnya menyepelekan sampah.

e) Menimbulkan Bau Busuk

Sampah-sampah yang menumpuk di darat atau terendam di air akan mengalami pembusukan. Bau busuk yang menyebar di udara akan tercium dan mengganggu pernapasan.

f) Sebagai Sumber Bibit Penyakit

Sampah yang menimbulkan bau busuk akan mengundang lalat. Pada sampah yang busuk, bersarang bermacam-macam bakteri penyebab penyakit lalat tersebut dapat memindahkan bibit penyakit dari sampah ke dalam makanan atau minuman (dalam Suryati 2014:9-11).

E. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,


(41)

28

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Pengurangan sampah meliputi kegiatan:

1. Pembatasan timbunan sampah.

2. Pendaur ulangan sampah.

3. Pemanfaatan sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi :

1. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/ atau sifat sampah.

2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).

Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Ada 3 cara mudah dan aman untuk mengatasi masalah sampah, yang dikenal dengan 3R, yaitu:

1. Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah


(42)

29

dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.

2. Reuse (R2)

Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

3. Recycle (R3)

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.

F. Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan merupakan paduan dari dua kata masyarakat dan nelayan, agar lebih jelas penulis akan memberikan pengertian dari masing-masing kata tersebut kemudian arti secara keseluruhan


(43)

30 1. Pengertian Masyarakat

Pengertian masyarakat yang dalam istilah bahasa Inggris disebut Society (berasal dari kata latin, socius yang berarti ”kawan”) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab musyarak yang artinya ikut serta atau berperan serta. Jadi masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lainnya.

Menurut Hasan Sadly (dalam Mansyur 1984:21), masyarakat adalah suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.

Kemudian menurut Djojodigoena (dalam Mansyur 1984:21), masyarakat mempunyai arti sempit dan arti luas. Arti sempit masyarakat adalah terdiri dari satu golongan saja, sedang dalam arti luas masyarakat adalah kebulatan dari semua perhubungan yang mungkin dalam masyarakat dan meliputi semua golongan.

Sedangkan menurut Bouman (dalam Mansyur 1984:22), masyarakat ialah pergaulan hidup yang akrab antara manusia, diperatukan dengan cara tertentu dengan hasrat-hasrat kemasyarakatan mereka.


(44)

31 2. Pengertian Nelayan

Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya.

Dalam kamus besar Indonesia Pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan dilaut. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur (1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi bagian dalam lingkungan itu.

Dari beberapa definisi masyarakat dan definisi nelayan yang telah disebutkan diatas dapat di tarik suatu pengertian bahwa:

a) Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang mempunyai mata pencaharian menangkap ikan dilaut.

b) Masyarakat nelayan bukan hanya mereka yang mengatur kehidupannya hanya bekerja dan mencari di laut, melainkan mereka yang juga tinggal disekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan berdagang.

Jadi pengertian masyarakat nelayan secara luas adalah sekelompok manusia yang mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan dilaut dan hidup di daerah pantai, bukan mereka yang bertempat tinggal di pedalaman, walaupun tidak menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut


(45)

32

karena mereka bukan termasuk komunitas orang yang memiliki ikatan budaya masyarakat pantai.

G. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ria Dihatri (2013) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Penelitian ini menggunakan analisis dekriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suprapto (2010) dengan judul Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anatara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah, hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah serta jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif


(46)

33

korelasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hermawan Eko Wibowo (2010) dengan judul Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku dan faktor pembentuk perilaku individu dan masyarakat dalam mengelola sampah permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.


(47)

34

Tabel 2.1.Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti (tahun)

Judul Penelitian Analisis Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan dengan

Penelitian ini Ria Dihatri (2013) Gambaran Pengetahuan Ibu

Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013

Persamaan penelitian Ria dengan penelitian ini yaitu membahas tentang pengetahuan pengelolaan sampah yang dalam penelitian ini mengaitkan dengan tingkat pendidikan.

Suprapto (2010) Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan Tahun 2010

Deskriptif Korelasional

Dari hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan.

Persamaan penelitian Suprapto dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel tingkat pendidikan

yang kemudian

dikorelasikan dengan pengelolaan sampah


(48)

35

Nama Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Analisis

Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan dengan Penelitian ini Hermawan Eko

Wibowo (2010)

Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak

Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.

Persamaan penelitian

Hermawan dengan

penelitian ini yaitu membahas tentang perilaku pengelolaan sampah


(49)

36 H. KERANGKA BERPIKIR

Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam memberikan pengalaman serta pengetahuan dalam hal apapun termasuk dalam pengelolaan sampah. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah. Tingkat pendidikan ini tidak hanya dari pendidikan formal saja, namun pendidikan nonformal (sosialisasi dan pelatihan) juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi dan baik pula tingkat pengetahuan dan perilaku dalam pengelolaan sampah. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah pula tingkat pengetahuan dan perilaku dalam pengelolaan sampah (Gambar 2.1).


(50)

37

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian Tingkat pendidikan

1. Pendidikan formal berdasarkan tahun sukses

 Tidak tamat SD (< 6 tahun)

 SD (6 tahun)

 SMP (7-9 tahun)

 SMA (10-11 tahun)

 Perguruan Tinggi (> 13 tahun)

2. Pendidikan non formal Sosialisasi dan Pelatihan

Pengetahuan pengelolaan sampah:

 Memperkirakan Akibat dari Pencemaran Sampah

 Pengertian Sampah Organik dan An-Organik

 Klasifikasi Sampah sesuai jenisnya (Organik dan An-Organik)

Perilaku Pengelolaan Sampah, Indikatornya:

 Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman

 Mengurangi Sampah Rumah Tangga

 Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar

 Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik

 Kebiasaan Membuang Sampah

 Meggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis

 Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik


(51)

38 I. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis yang telah disampaikan adalah hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Ha = Adanya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.


(52)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, waktu, dan jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal dimulai bulan Juli sampai bulan Agustus 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi yang akan mencari apakah ada hubungan atau tidak diantara variabel penelitian ini.

B. Populasi, sampel, teknik pengambilan sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Bandengan berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan.

Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan No Tingkat Pendidikan Jumlah

(jiwa)

Persentase (%) 1 Tidak tamat sekolah dasar 1.294 33,08

2 Sekolah Dasar 1.427 36,49

3 Sekolah Menengah Pertama 682 17,44

4 Sekolah Menengah Atas 459 11,74

5 Perguruan Tinggi 49 1,25

Jumlah 3.911 100,00


(53)

40 2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Menurut Frankel dan Wallen

(https://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/, diakses 25 mei 2015) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian korelasional sebanyak 50. Penghitungan sampel yang diambil menggunakan rumus Taro Yamane, 1967 sebagai berikut :

dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Level signifikasi yang diinginkan

(http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/, diakses 10 April 2015)

Dalam penelitian ini diketahui N = 3.688 orang dengan tingkat signifikasi 10% jadi hasilnya adalah 97,36 responden. Sampel dibulatkan menjadi 100 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan tingkat pendidikan melalui tahun sukses belajar.


(54)

41 C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan (X) yang digolongkan sebagai berikut:

a) Pendidikan Formal

1) Responden tidak tamat SD 2) Responden tamat SD 3) Responden tamat SMP 4) Responden tamat SMA

5) Responden tamat Perguruan Tinggi

b) Pendidikan Nonformal : Sosialisasi/penyuluhan 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku pengelolaan sampah (Y) yaitu:

a) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman b) Mengurangi Sampah Rumah Tangga

c) Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar d) Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik

e) Kebiasaan Membuang Sampah

f) Meggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis g) Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik


(55)

42 D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2011:174). Adapun metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi, kuesioner, dan juga metode dokumentasi. 1. Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan dengan menggunakan seluruh alat indra. (Arikunto, 2006:156). Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.

2. Kuesioner

Menurut Arikunto (2006:151), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan seluruh data dalam tiap variabel penelitian yaitu pengelolaan sampah. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawabannya sudah disediakan untuk responden, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan kondisinya.


(56)

43 3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Selain itu dalam teknik dokumentasi ini peneliti menyertakan beberapa data berupa gambar atau foto baik saat observasi dan pengisian kuesioner.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat validitas instrumen, maka dapat menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = jumlah anggota populasi

X = skor indikator yang diuji Y = total skor indikator

  

 

2 2

2

 

2

xy

r
















(57)

44 = jumlah kuadrat nilai X = jumlah kuadrat niali Y (Arikunto, 2006:274)

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga

r product moment. Apabila rxy hitung > rxy tabel maka instrumen dikatakan

valid, sebaliknya jika rxy hitung < rxy tabel maka dikatakan butir soal tersebut

tidak valid. Kriteria validitas soal menurut Arikunto (2006:276) yang dimodifikasi sebagai berikut:

a. 0,000 sampai dengan 0,200 = validitas sangat rendah b. 0,200 sampai dengan 0,400 = validitas rendah c. 0,400 sampai dengan 0,600 = validitas cukup d. 0,600 sampai dengan 0,800 = validitas tinggi e. 0,800 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi 2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama dan dapat dipercaya (Arikunto, 2006:178). Untuk menentukan reabilitas suatu soal, dengan rumus alpha yang digunakan sebagai berikut:              

22

11 1 1 k k t b r  


(58)

45 Keterangan :

11

r = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

 = jumlah varian butir

2 t

 = varians total (Arikunto, 2006:196)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Persentase

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif persentase. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap obyek yang akan diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa memberikan kesimpulan untuk umum (Sugiyono, 2010:29). Metode deskriptif persentase ini digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan dari tujuan penelitian. Dalam penelitian ini metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mendiskripsikan tentang perilaku pengelolaan sampah dan mendeskripsikan ada atau tidaknya hubungan perilaku pengelolaan sampah terhadap tingkat pendidikan.

Adapun rumus deskriptif persentase yang digunakan sebagai berikut:


(59)

46 DP = Deskriptif Persentase n = Skor yang diperoleh N = Skor maksimal

Langkah-langkah dalam analisis data: 1. Mencari persentase maksimal. 2. Mencari persentase minimal. 3. Menghitung rentang persentase.

4. Menetapkan interval, yaitu range dibuat menjadi beberapa kriteria 5. Menghitung rentang kriteria.

Dalam menganalisis data menggunakan deskriptif persentase, untuk mengukur tingkat pengetahuan, jawaban diberi skor sebagai berikut: 1. Jawaban benar diberi skor (1)

2. Jawaban salah diberi skor (0)

a)Menghitung persentase tingkat pengetahuan pengelolaan sampah Diketahui:

Jumlah responden = 100 responden Skor maksimal = 1


(60)

47

Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal.

Jumlah skor maksimal = 100 x 6 x 1 = 600

Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal. Jumlah skor minimal = 100 x 6 x 0 = 0

Persentase maksimal = skor maksimal X 100 % skor maksimal

= 600 X 100 % 600

= 100 %

Persentase minimal = skor minimal X 100% skor maksimal

= 0 X 100 % 600

= 0 % Kelas Interval = 5

Rentang persentase = persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 0 % = 100 %

Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval = 100 % : 5


(61)

48

Tabel 3.2. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan

No Kriteria Interval

1 Sangat Rendah 0 – 19,9 %

2 Rendah 20 – 39,9 %

3 Sedang 40 – 59,9 %

4 Tinggi 60 – 79,9 %

5 Sangat Tinggi 80 – 100 %

Sedangkan untuk mengukur tingkat pendidikan dan perilaku, diberi skor sebagai berikut:

1. Jawaban “a” skor 4 2. Jawaban “b” skor 3 3. Jawaban “c” skor 2 4. Jawaban “d” skor 1

b)Menghitung persentase tingkat pendidikan Diketahui:

Jumlah responden = 100 responden Skor maksimal = 4

Jumlah pertanyaan = 3

Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal.

Jumlah skor maksimal = 100 x 3 x 4 = 1200

Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal. Jumlah skor minimal = 100 x 3 x 1 = 300


(62)

49

Persentase maksimal = skor maksimal X 100 % skor maksimal

= 1200 X 100 % 1200

= 100 %

Persentase minimal = skor minimal X 100% skor maksimal

= 300 X 100 % 1200

= 25 % Kelas Interval = 5

Rentang persentase = persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 25 % = 75 %

Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval = 75 % : 5

= 15 %

c) Menghitung persentase perilaku pengelolaan sampah Diketahui:

Jumlah responden = 100 responden Skor maksimal = 4


(63)

50

Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal.

Jumlah skor maksimal = 100 x 14 x 4 = 5600

Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal. Jumlah skor minimal = 100 x 14 x 1 = 1400

Persentase maksimal = skor maksimal X 100 % skor maksimal

= 5600 X 100 % 5600

= 100 %

Persentase minimal = skor minimal X 100% skor maksimal

= 1400 X 100 % 5600

= 25 % Kelas Interval = 5

Rentang persentase = persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 25 % = 75 %

Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval = 75 % : 5


(64)

51

Tabel 3.3. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan Perilaku

No Kriteria Interval

1 Sangat Rendah 25 – 39,9 %

2 Rendah 40 – 54,9 %

3 Sedang 55 – 69,9 %

4 Tinggi 70 – 84,9 %

5 Sangat Tinggi 85 – 100 %

2. Analisis Korelasi Product Moment

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Masing-masing skor dalam variabel dihitung dengan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

rxy ═ koefisien korelasi antar variabel x ═ skor tingkat pendidikan

y ═ skor perilaku pengelolaan sampah N ═ jumlah subjek

∑x ═ jumlah tingkat pendidikan

∑y ═ jumlah perilaku pengelolaan sampah (Arikunto, 2006:274).


(65)

52

Melalui hasil uji analisis dengan teknik korelasi product moment dengan rumus di atas, setelah diketahui nilai r korelasinya, maka untuk menguji signifikan tidaknya korelasi tersebut dengan jalan mengkonsultasikannya dengan r product moment. Apabila nilai r pada hasil korelasi lebih besar dari nilai r pada tabel maka hasil perhitungannya dinyatakan signifikan.

Setelah data yang diperoleh tersusun, maka peneliti kemudian melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan uraian yang telah didapatkan dari penelitian dan hasil pengolahan data. Simpulan yang didapat itulah yang merupakan pernyataan menyeluruh dan sebagai jawaban dari permasalahan yang dikaji atau menjawab hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu mengenai ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.


(66)

53 G. Alur Kegiatan Penelitian

Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian PROPOSAL

Validitas Reliabilitas Pembuatan Instrumen

Ijin observasi

Uji coba angket

Analisis hasil uji

Penelitian

Analisis hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran Ijin Penelitian


(67)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Lokasi Penelitian

Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Kota Kendal dengan luas 197 Ha dan jarak 3,5 km dari pusat Kabupaten. Secara astronomis Kelurahan Bandengan terletak pada 6º52’12,6”LS - 6º54’43,14”LS dan 110º12’21,17”BT - 110º13’40,22”BT. sementara itu, berdasarkan letak administrasinya Kelurahan Bandengan berbatasan dengan wilayah lain sebagai berikut:

1)Utara : Laut Jawa 2)Selatan : Kelurahan Ngilir 3)Timur : Kelurahan Karangsari 4)Barat : Kelurahan Balok

Untuk lebih jelasnya lokasi Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(68)

55


(69)

56 b. Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah

Secara fisik Kelurahan Bandengan merupakan wilayah pesisir. Penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan

Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Sawah 63,00 32,00 % Pemukiman 90,00 45,71 % Pekarangan 10,00 5,08 % Tanah Kas Desa 16,00 8,13 % Fasilitas Umum 17,88 9,08 % Jumlah Luas Wilayah 196,88 100,00 %

Sumber: Monografi Kelurahan Bandengan, 2014.

Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan didominasi oleh pemukiman yaitu sebesar 45,71 %, kemudian sawah sebesar 32 %, pekarangan 5,08 %, tanah kas desa 8,13 %, dan fasilitas umum 9,08 %.

c. Kondisi Kependudukan

Penduduk Kelurahan Bandengan tercatat sejumlah 4.920 jiwa yang terdiri dari 2.584 jiwa berjenis kelamin perempuan dan 2.336 jiwa berjenis kelamin laki-laki. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang terdapat di Kelurahan Bandengan.


(70)

57

Tabel 4.2. Komposisi Usia Penduduk

Kelompok Usia (Tahun)

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

0 – 4 268 257 525 5 – 9 271 234 505 10 – 14 303 243 546 15 – 19 267 243 510 20 – 24 219 175 394 25 – 29 225 188 413 30 – 34 217 170 387 35 – 39 186 180 366 40 – 44 164 144 308 45 – 49 126 143 269 50 – 54 134 139 273 55 – 59 83 73 156 60 -64 40 46 86 65 – 69 36 33 69 70 – 74 23 31 54 75 + 22 37 59

Jumlah 2.584 2.336 4.920

Sumber: BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014. d. Kondisi Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan terbanyak adalah tamatan SD sebanyak 1.427 orang. Kemudian yang pernah SD tetapi tidak tamat sebanyak 1.249 orang. Beberapa penduduk yang saat ini sudah menempuh pendidikan SMP berjumlah 682 orang, sedang SMA berjumlah 459 orang, dan perguruan tinggi sebanyak 49 orang.


(71)

58

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tidak tamat sekolah dasar 1.249 32,3 2 Sekolah Dasar 1.427 36,9 3 Sekolah Menengah Pertama 682 17,6 4 Sekolah Menengah Atas 459 11,9 5 Perguruan Tinggi 49 1,3 Jumlah 3.866 100,0

Sumber : BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014. e. Mata Pencaharian

Karakteristik masyarakat Kelurahan Bandengan yang bersifat heterogen dapat dilihat dari mata pencahariannya. Mata pencaharian terbesar adalah nelayan yaitu sebesar 777 orang, karyawan swasta sebesar 475 orang dan beberapa mata pencaharian lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Petani 51 22 73

Buruh Tani 73 50 123

PNS 10 6 16

Pedagang kelontong 20 35 55

Nelayan 777 0 777

Bidan Swasta 0 3 3

TNI 3 0 3

Karyawan Swasta 375 100 475 Wiraswasta 101 88 189

Pensiunan 3 12 15

Jumlah Total 1.413 316 1.729


(72)

59

2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Tujuan dari analisis deskriptif persentase adalah untuk mengetahui dan memperjelas hasil penelitian tentang hubungan pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

a. Tingkat Pendidikan 1) Pendidikan Formal

Masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal rata-rata masih memiliki tingkat pendidikan formal yang masih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Kota Kendal Tahun 2014 diketahui bahwa penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 1.294 orang, penduduk yang tamat SD sebanyak 1.427 orang, yang tamat SMP berjumlah 682 orang, tamat SMA berjumlah 459 orang dan perguruan tinggi sebanyak 49 orang (BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014).

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap pola pikir dan pengetahuan mereka. Umumnya orang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih memiliki pengetahuan yang banyak dibanding dengan orang yang hanya berpendidikan rendah. Pola pikir, pengetahuan dan perilaku orang yang berpendidikan tinggi cenderung dinamis, sedang orang yang hanya menempuh pendidikan rendah biasanya kurang berkembang. Pendidikan ini mencakup juga pendidikan nonformal dalam masyarakat seperti sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan. Orang yang mendapatkan sosialisasi/penyuluhan tentang


(1)

109

Lampiran 11

Perhitungan Statistik dengan menggunakan rumus

Product Moment

Kode Res. X Y X2 Y2 XY R1 10 36 100 1296 360 R2 11 28 121 784 308 R3 13 39 169 1521 507 R4 8 24 64 576 192 R5 10 31 100 961 310 R6 14 26 196 676 364 R7 9 27 81 729 243 R8 10 24 100 576 240 R9 10 27 100 729 270 R10 13 38 169 1444 494 R11 6 26 36 676 156 R12 12 42 144 1764 504 R13 11 25 121 625 275 R14 13 46 169 2116 598 R15 11 26 121 676 286 R16 12 26 144 676 312 R17 10 27 100 729 270 R18 10 34 100 1156 340 R19 10 33 100 1089 330 R20 11 26 121 676 286 R21 11 32 121 1024 352 R22 12 27 144 729 324 R23 13 46 169 2116 598 R24 17 29 289 841 493 R25 10 32 100 1024 320 R26 13 37 169 1369 481 R27 13 34 169 1156 442 R28 11 28 121 784 308 R29 10 23 100 529 230 R30 10 25 100 625 250 R31 10 21 100 441 210 R32 9 22 81 484 198 R33 8 31 64 961 248


(2)

110

Kode Res. X Y X2 Y2 XY R34 16 39 256 1521 624 R35 9 28 81 784 252 R36 11 29 121 841 319 R37 12 34 144 1156 408 R38 12 31 144 961 372 R39 11 30 121 900 330 R40 11 30 121 900 330 R41 14 41 196 1681 574 R42 7 39 49 1521 273 R43 13 33 169 1089 429 R44 6 25 36 625 150 R45 9 25 81 625 225 R46 7 26 49 676 182 R47 7 26 49 676 182 R48 12 33 144 1089 396 R49 9 31 81 961 279 R50 12 27 144 729 324 R51 7 28 49 784 196 R52 9 26 81 676 234 R53 8 23 64 529 184 R54 7 27 49 729 189 R55 8 24 64 576 192 R56 10 27 100 729 270 R57 9 24 81 576 216 R58 10 31 100 961 310 R59 9 24 81 576 216 R60 8 26 64 676 208 R61 11 30 121 900 330 R62 7 27 49 729 189 R63 8 23 64 529 184 R64 7 21 49 441 147 R65 10 23 100 529 230 R66 12 26 144 676 312 R67 8 28 64 784 224 R68 8 26 64 676 208


(3)

111

Sumber: Data Penelitian, 2015.

Kode Res. X Y X2 Y2 XY R69 8 27 64 729 216 R70 7 23 49 529 161 R71 9 30 81 900 270 R72 7 30 49 900 210 R73 12 32 144 1024 384 R74 9 30 81 900 270 R75 6 23 36 529 138 R76 12 26 144 676 312 R77 13 32 169 1024 416 R78 6 23 36 529 138 R79 10 26 100 676 260 R80 8 31 64 961 248 R81 9 26 81 676 234 R82 9 25 81 625 225 R83 7 28 49 784 196 R84 12 33 144 1089 396 R85 7 29 49 841 203 R86 8 25 64 625 200 R87 10 28 100 784 280 R88 7 31 49 961 217 R89 10 30 100 900 300 R90 7 33 49 1089 231 R91 10 27 100 729 270 R92 8 27 64 729 216 R93 7 28 49 784 196 R94 11 26 121 676 286 R95 9 33 81 1089 297 R96 12 25 144 625 300 R97 9 24 81 576 216 R98 8 27 64 729 216 R99 10 26 100 676 260 R100 9 25 81 625 225 Jumlah 981 2878 10125 85358 28774


(4)

112

Rumus

Product Moment

:

Keterangan:

N

: Banyaknya sampel yang diteliti

X

: Variabel X

Y

: Variabel Y

∑ X

: Jumlah variabel X

∑ Y

: Jumlah variabel Y

(Sumber: Arikunto, 2006: 170)

Perhitungan dari hasil penelitian lapangan:

Diketahui:

Responden (N)

= 100 orang

∑ X

= 981

∑ Y

= 2878

∑ X

2

= 10125

∑ Y

2

= 85358

(

∑ X

)

2

= 962361

(

Y)

2

= 8282884

∑ XY

= 28774

  

 

2 2

2

 

2

xy

r















 

 

2

2

xy

2878

)

85358

(

100

981

)

10125

(

100

2878

981

)

28774

(

100

r

  

 

2 2

2

 

2

xy

r
















(5)

113

1012500

962361



8535800

8282884

2823318

2877400

r

xy

50139



252916

54082

r

xy

747

,

112609

54082

r

xy

480

,

0

r

xy


(6)

114

Lampiran 12