11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hubungan
Hubungan be rasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai yang satu dengan yang lain, bertalian, barkaitan, bersangkutan”. Jadi dari pengertian
tersebut hubungan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih
yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi
dalam setiap
proses kehidupan
manusia. https:id.wikipedia.orgwikiHubungan , diakses 24 November 2015.
Secara garis besar, hubungan terbagi menjadi hubungan positif dan negatif. Hubungan positif terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi
merasa saling diuntungkan satu sama lain dan ditandai dengan adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif terjadi apabila
suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak
yang berinteraksi. Lebih lanjut, hubungan dapat menentukan tingkat kedekatan dan kenyamanan antara pihak yang berinteraksi. Semakin dekat
pihak-pihak tersebut, hubungan tersebut akan dibawa kepada tingkatan yang lebih tinggi.
12
B. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan sebagai
berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
13
3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia
“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan”. Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal
yang pernah ditempuh atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang. Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah sebagaimana
yang telah diatur oleh pemerintah pasal 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “jenjang
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”.
Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam kehidupan masyarakat.
Dalam pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:
a Pendidikan Formal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan
adanya pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:
14 1
Pendidikan Umum Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan
peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan,
misalnya pendidikan SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA. 2
Pendidikan Kejuruan Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program
bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering
disingkat SMK. Sekolah Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi, misalnya elektronika,
otomotif, Teknik Informasi dan Komputer, akutansi, listrik. 3
Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik
yang menyandang kelainan fisik atau mental, misalnya pendidikan SLB.
4 Pendidikan Kedinasan
Pendidikan Kedinasan
yang berusaha
menghasilkan kemampuan atau lembaga pendidikan non-departemen misalnya
prajabatan, sepala, sepadya. 5
Pendidikan Keagamaan Pendidikan
Keagamaan adalah
pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan
15 yang menurut penguasaan khusus tentang ajaran agama, misalnya
Madrasah Ibtidaiyah MI, Madrasah Tsanawiyah MTs, Madrasah Aliyah MA. Pendidikan tersebut dilaksanakan di bawah naungan
Kementrian Agama Republik Indonesia.
b Pendidikan Nonformal
Yang dimaksud Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal.
c Pendidikan Jalur Informal
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan
informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
4. Tahun Sukses Pendidikan
Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya
dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses.Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk
16 mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang
berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar SDsederajat selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama SMPsederajat selama 3
tahun dan Sekolah Menengah Atas SMAsederajat selama 3 tahun. Maka jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMAsederajat maka
tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMPsederajat maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat
SDsederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.
C. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku akan
terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi Notoatmodjo 1997, dalam Eko Wibowo 2010:26. Perilaku atau aktivitas
individu dalam pengertian yang lebih luas mencakup perilaku yang nampak over behavior dan perilaku yang tidak nampak insert behavior. Perilaku
manusia tidak muncul dengan sendirinya tanpa pengaruh stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun
demikian, sebagian besar perilaku manusia adalah akibat respon terhadap stimulus eksternal yang diterima Bimo 1999, dalam Eko Wibowo
2010:27.
17 Perilaku manusia sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas. Perilaku manusia dibagi menjadi 3 tingkah ranah perilaku. Salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung,
dan sebagainya. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran telinga dan indra
penglihatan mata. Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi
menjadi 6 tingkat pengetahuan yakni: a
Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan masyarakat dalam
mengingat kembali recall suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari dari rangsangan diterima.
b Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap
obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.
c Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
18 d
Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja
dapat menggambarkan membuat bagan membedakan, memisahkan, pengelompokan, dan sebagainya.
e Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek.
2. Jenis Perilaku
Menurut Skinner 1976 dalam Eko Wibowo 2010:27, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
a Perilaku yang alami innate behaviour atau perilaku yang berupa
reflek dan insting yaitu perilaku yang dibawa manusia sejak manusia dilahirkan.
b Perilaku operan operant behaviour yaitu perilaku yang dibentuk
melalui proses belajar. Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih dominan
berpengaruh akibat dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan dapat dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek
merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat untuk di kendalikan.
19
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga
berpengaruh terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor lingkungan dan individu adalah sebagai berikut :
a Faktor Individu
Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat kecerdasan, tingkat emosional, pengalaman pribadi, sifat
kepribadian, dan jenis kelamin. b
Faktor Luar Individu Lingkungan Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan
perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu Azwar 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28. Dalam hubungan antara
perilaku dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alamfisik kepadatan, kebersihan, lingkungan sosial
organisme sosial, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan dan lingkungan budaya adat istiadat, peraturan, hukum
Sumaatmadja 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28.
4. Pembentukan Perilaku
Menurut Bimo 1999 dalam Eko Wibowo 2010:28 Pembentukan perilaku sangat diperlukan untuk mengendalikan perilaku manusia agar
seperti yang diharapkan, antara lain dengan:
20 a
Pembentukan perilaku kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk
berperilaku seperti yang diharapkan. b
Pembentukan perilaku dengan pengertian insight, adalah pembentukan perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran
disertai dengan memberikan pengertian. c
Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya
didasarkan atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada. Contohnya adalah orang tuaguru yang memberikan arahan kepada anakmuridnya.
Dalam rangkaian pembentukan perilaku manusia terdapat dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran secara fisik adalah adalah belajar dengan
menerima respon fisik untuk di contoh seperti belajar menari naik sepeda dan sebagainya, dan pembelajaran secara psikis dimana seorang
mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial social learning, dan selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah
lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya Sarwono 2002, dalam Eko Wibowo 2010:28.
5. Teori Perilaku
Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh
motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dari hal tersebut terdapat beberapa teori yang dapat dikemukakan antara lain:
21 a
Teori Insting Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi
sosial menyatakan, insting sebagai perilaku bawaan atau innate dapat mengalami perubahan akibat terbentuknya sebuah pengalaman.
b Teori Dorongan drive theory
Teori yang menyatakan bahwa organisme dalam hal ini manusia mempunyai dorongan atau drive yang berkaitan dengan pemenuhan
atas kebutuhannnya, sehingga dorongan tersebut menimbulkan pengaruh pada perilaku manusia atau individu tersebut.
c Teori Insentif incentive theory
Teori ini bertitik tolak kepada pendapat bahwa perilaku organisme dalam hal ini manusia, disebabkan oleh adanya insentif. Dengan
insentif akan mendorong manusia berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcement ada 2 macam yaitu dan negatif. Reinforcement positif
akan mendorong manusia untuk berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif akan menghambat manusia dalam berperilaku.
d Teori Artribusi
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider, menjelaskan tentang sebab- sebab perilaku manusia, perilaku bisa disebabkan oleh disposisi internal
misalnya motif dan sikap dan oleh keadaan eksternal misanya situasi.
22 e
Teori Kognitif Teori yang menitikberatkan kepada kemampuan individu dalam berfikir
untuk mempertimbangkan pilihan perilakunya. Dengan kemampuan berfikir individu akan dapat melihat dan memilih perilaku mana yang
harus dilakukan. Disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga
dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam individu berperilaku
Fishben Ajzen 1975, dalam Eko Wibowo 2010:29.
D. Sampah
1. Pengertian Sampah
Peningkatan aktivitas masyarakat akan meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan tidak hanya sampah organik
melainkan juga sampah anorganik. Banyaknya sampah yag dihasilkan harus diolah dengan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan efek negatif
seperti mencemari lingkungan yang mana dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, banjir, penyumbatan sistem drainase dan sebagainya.
Kesadaran untuk mengolah sampah dengan baik didalam masyarakat masih minim, hal ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat mengenai sampah itu
sendiri. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang.
Terdapat beberapa definisi mengenai sampah yang meliputi:
23 a
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.
b Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah
merupakan sisa dari aktivitas manusia ataupun sisa dari proses alam yang berbentuk padat.
c Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
d Menurut Tchobanoglous, Theiseen Eliassen 1993 dalam Subarna
2014:24, sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak
diinginkan. e
Menurut Istilah Lingkungan Untuk Manajemen Ecolink 1996, dalam Subarna 2014:17, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
f Menurut Basriyanta dalam Subarna 2014:18, sampah adalah barang
yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilikpemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dimanfaatkan kalau dikelola dengan
prosedur yang benar.
24
2. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas fume, smoke. Sampah padat dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu : a
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya 1
Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
2 Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan
sebagainya b
Berdasarkan dapat tidaknya dibakar 1
Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu 2
Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas c
Berdasarkan dapat tidaknya membusuk 1
Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging 2
Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca Dainur 1995, dalam Wahyono Nano Sudarno 2012:6
3. Sumber – Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
a Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama
yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan
25 biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau
sampah basah garbage, sampah kering rubbsih, perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun Dainur 1995, dalam Wahyono
Nano Sudarno 2012:8. b
Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang
berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa
sisa-sisa makanan garbage, sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
c Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan
kesehatan misalnya rumah sakit dan puskesmas, kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain.
Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
d Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor
dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan
26 dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa
bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya. e
Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan- bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk,
maupun bahan pembasmi serangga tanaman Chandra 2007, dalam Wahyono Nano Sudarno 2012:9.
4. Dampak Sampah
Sampah, bila tidak dikelola dengan baik, tentu akan menyebabkan masalah besar. Banyak kejadian buruk terjadi akibat manusia
menyepelekan sampah. Berikut beberapa dampak dari sampah: a
Mengganggu Estetika Keindahan Sampah yang berceceran di jalan atau di sembarang tempat
sungguh tidak menyedapkan mata. Tumpukan sampah yang berserakan menimbulkan kesan jorok, tidak bersih dan sangat merusak keindahan.
b Mencemari Tanah dan Air Tanah
Sampah yang menumpuk di tanah akan mencemari tanah dan air didalamnya. Cairan kotor dan bau busuk hasil pembusukan sampah
yang merembes ke dalam tanah dapat mencemari air tanah. Bukan tidak mungkin, air yang digunakan dari pompa tanah akan terkontaminasi
akibat gaya hidup yang tidak sehat ini.
27 c
Mencemari Perairan Sampah yang dibuang ke saluran air akan mencemari perairan
sungai, irigasi, waduk, bahkan pantai. Padahal, banyak yang masih memanfaatkan pengairan dari sungai dan sumber air lainnya untuk
kebutuhan sehari-hari. d
Menyebabkan Banjir Tumpukan sampah yang berada di saluran air irigasi dapat
menyumbat pintu-pintu air sehingga air sulit mengalir. Maka, tak heran jika di kota-kota besar, banjir sering terjadi akibat masyarakatnya
menyepelekan sampah. e
Menimbulkan Bau Busuk Sampah-sampah yang menumpuk di darat atau terendam di air
akan mengalami pembusukan. Bau busuk yang menyebar di udara akan tercium dan mengganggu pernapasan.
f Sebagai Sumber Bibit Penyakit
Sampah yang menimbulkan bau busuk akan mengundang lalat. Pada sampah yang busuk, bersarang bermacam-macam bakteri
penyebab penyakit lalat tersebut dapat memindahkan bibit penyakit dari sampah ke dalam makanan atau minuman dalam Suryati 2014:9-11.
E. Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
28 dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan: 1.
Pembatasan timbunan sampah. 2.
Pendaur ulangan sampah. 3.
Pemanfaatan sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi :
1. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampah. 2.
Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara TPS atau tempat
pengelolaan sampah terpadu TPST. Pengelolaan
sampah meliputi
pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Ada 3 cara mudah dan aman untuk mengatasi masalah sampah, yang dikenal dengan
3R, yaitu:
1. Reduce R1
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah
29 dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hematefisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat
untuk merubah perilaku tersebut.
2. Reuse R2
Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah tanpa melalui proses pengelolaan seperti menggunakan kertas
bolak- balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air,
mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
3. Recycle R3
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna sampah menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botolplastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali
menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas
sedikit lebih rendah dan lain-lain.
F. Masyarakat Nelayan
Masyarakat nelayan merupakan paduan dari dua kata masyarakat dan nelayan, agar lebih jelas penulis akan memberikan pengertian dari masing-
masing kata tersebut kemudian arti secara keseluruhan
30
1. Pengertian Masyarakat
Pengertian masyarakat yang dalam istilah bahasa Inggris disebut Society
berasal dari kata latin, socius yang berarti ”kawan” adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi
terbuka, dimana sebagian interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat sendiri berasal dari akar kata
Arab musyarak yang artinya ikut serta atau berperan serta. Jadi masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama
lainnya. Menurut Hasan Sadly dalam Mansyur 1984:21, masyarakat adalah
suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain. Kemudian menurut
Djojodigoena dalam Mansyur 1984:21,
masyarakat mempunyai arti sempit dan arti luas. Arti sempit masyarakat adalah terdiri dari satu golongan saja, sedang dalam arti luas masyarakat
adalah kebulatan dari semua perhubungan yang mungkin dalam masyarakat dan meliputi semua golongan.
Sedangkan menurut Bouman dalam Mansyur 1984:22, masyarakat ialah pergaulan hidup yang akrab antara manusia, diperatukan dengan cara
tertentu dengan hasrat-hasrat kemasyarakatan mereka.
31
2. Pengertian Nelayan
Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya. Dalam kamus besar Indonesia Pengertian nelayan adalah orang yang
mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan dilaut. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul
“Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur 1984:149 mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini
bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang
menjadi bagian dalam lingkungan itu. Dari beberapa definisi masyarakat dan definisi nelayan yang telah
disebutkan diatas dapat di tarik suatu pengertian bahwa: a
Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang mempunyai mata pencaharian menangkap ikan dilaut.
b Masyarakat nelayan bukan hanya mereka yang mengatur kehidupannya
hanya bekerja dan mencari di laut, melainkan mereka yang juga tinggal disekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok
tanam dan berdagang. Jadi pengertian masyarakat nelayan secara luas adalah sekelompok
manusia yang mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan dilaut dan hidup di daerah pantai, bukan mereka yang bertempat tinggal di pedalaman,
walaupun tidak menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut
32 karena mereka bukan termasuk komunitas orang yang memiliki ikatan
budaya masyarakat pantai.
G. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ria Dihatri 2013 dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Penelitian ini menggunakan analisis
dekriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga
terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suprapto 2010 dengan judul Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala
Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan anatara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah, hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga
terhadap pengelolaan sampah serta jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa
Candisari Kabupaten Grobongan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
33 korelasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara
jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hermawan Eko Wibowo 2010 dengan judul Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah
Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk-bentuk perilaku dan faktor pembentuk perilaku individu
dan masyarakat dalam mengelola sampah permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah.
Pasang surut air sungai akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai
sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.
34 Tabel 2.1.Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti tahun
Judul Penelitian Analisis
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan dengan Penelitian ini
Ria Dihatri 2013 Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
Yang Berusia 20-60 Tahun di
Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2013
Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu
rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 Persamaan penelitian Ria
dengan penelitian ini yaitu membahas
tentang pengetahuan
pengelolaan sampah
yang dalam
penelitian ini mengaitkan dengan tingkat pendidikan.
Suprapto 2010 Hubungan antara Jenjang
Pendidikan dan Pendapatan dengan
Sikap Kepala
Keluarga Terhadap
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobongan Tahun 2010
Deskriptif Korelasional
Dari hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan
sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan. Persamaan
penelitian Suprapto dengan penelitian
ini yaitu terletak pada variabel tingkat pendidikan
yang kemudian
dikorelasikan dengan
pengelolaan sampah
35
Nama Peneliti Tahun
Judul Penelitian Analisis
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan dengan Penelitian ini
Hermawan Eko Wibowo 2010
Perilaku Masyarakat dalam Mengelola
Sampah Permukiman di Kampung
Kamboja Kota Pontianak Deskriptif
Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat untuk
menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai
akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk
anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan
masalah. Persamaan
penelitian Hermawan
dengan penelitian
ini yaitu
membahas tentang perilaku pengelolaan sampah
36
H. KERANGKA BERPIKIR