Tingkat Pendidikan Perilaku Pengelolaan Sampah

73

B. Pembahasan

1. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat Kelurahan Bandengan masih tergolong rendah yaitu sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 38 orang 38 , sedang tamat SMA 24 orang 24 , tamat SMP 21 orang 21 , dan yang telah menamatkan sekolahnya di perguruan tinggi adalah 4 orang 4 , serta ada 13 responden 13 yang tidak tamat SD. Dilihat dari tahun sukses, persentase terbanyak yaitu ≤6 tahun sebesar 50, kemudian diikuti 7 – 9 tahun sebanyak 22, 10 – 12 tahun sebesar 22, dan ≥ 12 hanya 6. Hal ini menunjukkan bahwa tahun sukses pendidikan masyarakat Bandengan tergolong dalam kategori rendah yaitu ≤6 tahun. Selain itu, dari pendidikan nonformal yang didapat dari sosialisasipenyuluhan juga menunjukkan persentase yang rendah, dari 100 responden sebanyak 90 tidak pernah mengikuti sosialisasi, hanya 10 yang ikut sosialisasi, dalam hal ini adalah ibu-ibu yang aktif mengikuti PKK dan masyarakat yang terlibat dalam kepengurusan kelurahan RT, RW. Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti masyarakat bermacam-macam seperti manfaat bank sampah, pemberdayaan sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca dibuat kerajinan tangan, dan pembuatan pupuk organik cair. 74 Meskipun tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan rendah, namun pengetahuan pengelolaan sampah termasuk kriteria sedang yaitu sebesar 56,66. Dari pertanyaan angket, masyarakat sudah bisa membedakan sampah berdasarkan jenisnya organik dan an-organik.

2. Perilaku Pengelolaan Sampah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan pada kriteria rendah yaitu sebesar 51,38. Dari indikator perilaku pengelolaan sampah dideskripsikan dalam uraian sebagai berikut: a. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman Perilaku menjaga kebersihan rumah masing-masing sudah cukup namun kebersihan halaman masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari halaman sekitar rumah, selokan yang ada masih dipenuhi sampah-sampah. Dari hasil penelitian, 19 responden selalu membersihan, 58 responden sering membersihan dan 21 reponden kadang-kadang membersihkan. Dalam menjaga kebersihan halaman sekitar ini responden beralasan bahwa kebersihan rumah dan halaman sekitar merupakan kesadaran masing- masing individu. Ada yang selalu membersihkan karena risih jika halamannya kotor, karena rumah dan halaman merupakan hal privasi sehingga rajin dibersihkan. b. Mengurangi Sampah Rumah Tangga Perilaku mengurangi sampah rumah tangga dengan mengurangi penggunaan plastik atau kertas sebagai pembungkus makanan masih 75 rendah. Dari hasil penelitian 100 responden, 67 reponden selalu menggunakan plastik atau kertas dibandingkan menggunakan wadahtempat makanan. Responden menggunakan plastik atau kertas sebagai pembungkus makanan karena praktis. Responden tidak perlu repot-repot lagi membawa wadahtempat makanan karena jika makanan sudah habis maka plastik atau kertas bisa langsung dibuang. c. Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar Pelaksanaan kerja bakti di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal masih rendah. Sebesar 65 responden menjawab kadang-kadang melaksanakan kerja bakti di lingkungan sekitar. Pelaksanaan kerja bakti dilakukan sebulan sekali dan itu pun jarang, atau hanya dilakukan ketika ada hari-hari tertentu seperti ketika menjelang lebaran. Responden beralasan mereka jarang melakukan kerja bakti karena kebersihan limgkungan sekitar adalah kesadaran masing-masing individu. Sedangkan 55 reponden menjawab kadang-kadang dalam keikutsertaan kerja bakti. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan yang setiap hari waktunya dihabiskan untuk mencari ikan. d. Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik Perilaku masyarakat dalam memisahkan sampah organik dan an- organik masih rendah. Sebanyak 51 responden menjawab kadang-kadang dan 45 tidak pernah memisahkan sampah organik dan an-organik. 76 Pemisahan sampah seperti sampah organik dan an-organik adalah sesuatu yang jarang dilakukan oleh masyarakat. Responden beralasan bahwa sampah yang dibersihkan akan langsung dibakar, sehingga mereka tidak mau repot lagi memisahkan antara sampah organik dan an-organik. Padahal membakar sampah merupakan kebiasaan buruk karena dapat merusak lingkungan. Sampah yang dibakar akan menghasilkan karbondioksida CO 2 yang menyababkan pemanasan global. Selain itu, tanah bekas pembakaran sampah menjadi tidak subur. e. Kebiasaan Membuang Sampah Kebiasaan masyarakat membuang sampah juga masih rendah. Sebagian besar yaitu 50 responden menjawab kadang-kadang dalam perilaku mengantungi sampah. Kemudian perilaku memungut sampah di jalan 66 responden menjawab tidak pernah. Selanjutnya sebanyak 45 responden membuang plastikkertas bekas makanminum di sembarang tempat. Meskipun ada beberapa tempat pembuangan sampah sementara, namun karena tempat tersebut masih penuh sampah akibat truk sampah yang tidak segera mengambilnya, sehingga masyarakat membuang sampah di depanbelakang halaman kemudian membakarnya atau membuangnya di sungai. 77 f. Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Perilaku menguunakan kembali sampah menjadi barang bernilai ekonomis masih rendah. Dari 100 responden, 32 reponden tidak pernah menggunakan kembali dan 63 responden menjawab kadang-kadang. Beberapa orang ada yang menggunakan kaleng bekas cat sebagai pot tanaman, kemudian botol plastik, kardus, dan jaring-jaring dijual daripada menggunakan kembali. Sedangkan kantong plastik biasanya dibuang dan dibakar. g. Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik Perilaku mendaur ulang sampah an-organik seperti plastik, botol plastik, kardus, kaleng, jaring-jaring masih rendah. Sebagian besar responden menjawab kadang-kadang dalam penerapan daur ulang wadah cat, plastik belanja, dan kardus. Sedangkan responden menjawab tidak pernah dalam penerapan daur ulang botol plastik. PKK di Kelurahan Bandengan pernah melaksanakan kegiatan pelatihan membuat taplak meja dari kain perca sebagai usaha untuk menghasilkan uang tambahan. Satu kg hasil kerajinan dijual dengan harga Rp 1.000,- ke pengepul dan kegiatan ini sudah tidak ada lagi, hanya berlangsung selama 3 tahun. 78

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku