8.2 Metodologi
Untuk menyusun strategi pemberdayaan dalam rangka mengurangi tekanan praktek destructive fishing yang dilakukan oleh nelayan Pulau Barrang Lompo,
kajian dimulai dengan menganalisis beberapa program kelautan yang sudah ada. Setelah itu barulah melihat program-program apa saja yang sudah pernah
diterapkan di pulau tersebut. Selanjutnya digunakan pendekatan A centered key behaviour untuk memulai memilah-milah strategi pemberdayaan yang diperlukan.
Adapun definisi pemberdayaan yang akan kami gunakan untuk membahas program aksi atau intervensi dari Departemen Kelautan dan Perikanan maupun
berbagai program yang telah diterapkan di Pulau Barrang Lompo adalah dari Ife 1995 yang memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan
kepada orang-orang atas sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk
berpartisipasi di dalam pembangunan yang mempengaruhi kehidupan komunitas mereka.
Menurut pendapat kami, bentuk pemberdayaan dalam bidang kelautan yang ada selama ini bisa dirangkum dalam tiga format programintervensi aksi,
yakni awareness, pemberdayaan dan koersif sebagaimana yang tertera pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Jenis intervensi dan contohnya No Hal Contoh
Jenis Contoh
Penggerak Target
Awareness Penyadaran Brosur, iklan,
film, stiker, kaos,
penyuluhan, nyanyian,
revitalisasi adat Coremap,
Proyek Pesisir,
beberapa universitas,
LSM, dll Munculnya
kesadaran pentingnya
terumbu karang dan kondisinya
yg kritis
Awareness Pengetahuan Mainan anak-
anak mis.monopoli,
film, muatan lokal di
sekolah, penyuluhan,
buku, lomba pengetahuan
kelautan, Coremap,
IPB, beberapa
universitas lain, LSM
Meningkatkan pengetahuan
penduduk tentang terumbu
karang dan pemeliharaannya
Pemberdayaan matapencaharian alternative
Pengalihan jenis pekerjaan,
pengalihan alat tangkap,
budidaya Coremap,
LSM Mengurangi
beban laut, kesempatan
rehabilitasi terumbu karang
dan anak ikan sempat besar
Pemberdayaan Perbaikan sendiri inisiatif
lokal dan kadangkala
dengan bantuan dana dari pihak
lain Penutupan
daerah sementara, alih
teknologi tangkap
Penduduk lokal
Rehabilitasi SDL
Pemberdayaan Bantuan Motor,
jaring, modal usaha
Kredit bank Syarat harus tidak pakai bom
Koersif Penggeledahan,
penangkapan dan sanksi
Penangkapan terhadap
nelayan, penjual bom,
polisi yang terlibat ;
pelarangan beli ikan hasil bom,
Pemerintah, polisi, TNI
AL, jaksa dan hakim
Efek jera dari pihak-pihak
yang terlibat
8.2.1 Pengumpulan data
Obyek penelitian yang dibahas dalam bab ini adalah strategi pemberdayaan yang pernah dirancang danatau diterapkan untuk masyarakat
pesisir, termasuk nelayan, dari Departemen Kelautan dan Perikanan. Kumpulan strategi ini diperoleh dari website milik Departemen Kelautan dan Perikanan
www.dkp.go.id yang menyajikan penjelasan program pemberdayaan masyarakat sebagaimana tertera pada Lampiran 3. Selain itu penjelasan ini didukung oleh
beberapa laporan tertulis dari strategi pemberdayaan yang ada diantaranya Laporan Coremap dan Laporan Proyek Pesisir.
Rencana aksi nasional dalam rangka menanggulangi kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan dijabarkan ke dalam program-program DKP, yang
dapat diklasifikasikan dalam 5 kelompok besar walaupun dalam detil pelaksanaan programnya tumpang tindih : 1Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
PEMP 2Budidaya pedesaan 3Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil 4Pengembangan Konsultan KeuanganPendamping UMKM Mitra Bank
KKMB 5ProgramProyek Pinjaman dan Hibah Luar Negeri MCRMP, COREMAP, COFISH, MFCDP, JFPR, OSRO, dll. Adapun karakter utama dari
program-program tersebut tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 9 Karakter program Departemen Kelautan dan Perikanan Program
Aksi Jenis
intervensi Bentuk
bantuan Pendampingan Teknisnya
PEMP Kredit mikro
Uang pinjaman Ada, Singkat
Pemberdayaan Budidaya konservasi Bibit
ikan Ada,
Singkat Pemberdayaan Perikanan
tangkap eksploitasi Teknologi
tangkap dan teknisnya
Ada, Singkat Awareness dan
kadangkala diikuti dengan
pemberdayaan
KKMB Kredit mikro
Uang pinjaman Ada, Singkat
Pemberdayaan Hibah Konservasi
Bantuan dana,
ketrampilan, teknologi,.
Ada, Relatif agak lama
Awareness, pemberdayaan,
dan koersif
8.2.2 Jenis metode yang diterapkan
Ada beberapa metode yang dipakai untuk menyusun skenario yang mungkin dilakukan untuk mengubah destructive fishing menjadi sustainable
fishing di Pulau Barrang Lompo : Pertama, kajian berita-berita pada koran lokal seperti harian Fajar, Ujung
Pandang Express, juga koran Kompas. Adapun yang dicermati adalah berita-berita yang muncul tentang kenelayanan destruktif di provinsi Sulawesi Selatan dan
reaksi dari masyarakat terhadap destructive fishing. Penelitian dilakukan dengan langsung mendatangi kantor dari harian-harian tersebut, bahkan langsung ke
bagian litbangnya dan perpustakaan. Kedua, melakukan wawancara semistruktural terhadap nelayan dengan topik : bagaimana sebenarnya praktek kenelayanan
destruktif, tentang kerusakan lingkungan laut, tentang kesejahteraan nelayan,
tentang perdagangan hasil laut, prospek usaha kenelayanan lihat Tabel 10. Tabel 10
Kerangka wawancara untuk solusi No Topik
Jenis pertanyaan
1 Kesejahteraan nelayan
1.makna sejahtera
2.penyebab belum sejahtera 2
Kerusakan lingkungan laut 1.penyebab kerusakan laut menurut
mereka 2.bom ikan dibandingkan teknologi
tangkap lain 3. perdagangan ilegal material bom
4. fishing ground 5.akibat penggunaan bom ikan
6.hasil tangkapan 7.masalah pengawasan
8.kondisi laut sekarang ini
3 Perdagangan hasil laut
1.mata rantai perdagangan 2.harga hasil laut
3.untung-rugi operasi penangkapan 4
Prospek usaha kenelayanan 1.alat tangkap
2.fishing ground 3.kompetitor
4.biaya operasi penangkapan ikan 5.pungutan-pungutan
5 Solusi
1.penghentian kenelayanan pa’es 2.pemberdayaan
Ketiga, melakukan diskusi ahli dengan sejumlah akademisi di Universitas Hasanuddin, Pengadilan Negeri Makassar dan DKP. Diskusi dilakukan dengan
mendatangi satu persatu ahli tersebut. Hal yang membantu saya dalam memahami fenomena destruktive fishing ini adalah beberapa staf DKP kodya
Makassar dan pengurus koperasi tersebut ternyata mantan nelayan juga serta pengguna teknologi tangkap destruktif juga. Dari mereka saya memperoleh
pemahaman yang lebih detil tentang fenomena nelayan pengguna teknologi perusak.
8.3 Hasil kajian