the legal and illegal exaction of authority. The client in turn, pays back in more intangible assets. These are, first, demonstrations of esteem”.
Karakter yang menonjol dari hubungan ini adalah loyalitas yang sangat tinggi dari klien kepada patronnya dalam banyak hal, tidak hanya dalam hal yang
bersifat ekonomi semata, tetapi juga mencakup perlindungan terhadap patron dari penyelidikan polisi misalnya, menjaga nama baik patron dan lain-lain.
Pola hubungan seperti ini menciptakan peluang baik yang positif maupun yang negatif. Korupsi, penggalangan massa, perdagangan ilegal, gotong royong
membangun kampung, dan lain-lain merupakan bentuk-bentuk peluang dari adanya pola hubungan itu.
Hubungan kerja yang eksploitatif juga terbentuk dari relasi patron klien tersebut. Praktek penggunaan bom ikan yang didahului dengan adanya
perdagangan ilegal material bom ikan boleh jadi merupakan salah satu contoh peluang yang tercipta dari pola hubungan ini.
2.6 Modal sosial dan pendekatan pascastrukturalis
Pemahaman terhadap modal sosial yang dipunyai masyarakat sangat penting dalam rangka mencari solusi atas masalah yang ada. Modal sosial disini adalah
potensi-potensi sosial budaya yang dimiliki suatu masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Pendekatan pasca strukturalis sangat menekankan
pentingnya modal sosial ini untuk berbagai masalah yang dihadapi oleh komunitas tertentu, seperti masalah penghentian kenelayanan destruktif di Pulau barrang
Lompo. Komunitas nelayan Pa’es bertahun-tahun merupakan suatu masyarakat yang
berada dalam kondisi selalu menyimpan rahasia, karena pekerjaannya ilegal dan melanggar hukum. Di kalangan pemerhati modal sosial komunitas semacam ini
dikenal sebagai bond group, dengan ciri khas utama adalah rendahnya trust terhadap orang luar Portes, 1998.
Pendekatan yang dilakukan dalam rangka mencari solusi untuk menghentikan destructive fishing, seharusnyalah dilakukan dengan ’ramah’, bukan dengan sikap-
sikap yang destruktif sekedar menjelek-jelekkan dan menyalah-nyalahkan nelayan. Modal sosial yang dipunyai masyarakat seperti Punggawa, etos kerja
yang tinggi, solidaritas kuat, dan lain-lain bisa dimanfaatkan dalam rangka menghentikan penggunaan bom ikan sebagai alat tangkap.
2.7 Enterpreneurship
Pekerjaan nelayan mempunyai karakter yang berbeda dari petani misalnya. Karakter utama pekerjaan nelayan adalah ’mencari ikan untuk dijual’.
Sifat ini mengembangkan kecenderungan untuk berjiwa entrepreneurship. Menurut Mc Clelland dalam Gilmer, 1984 seorang enterpreneur adalah seorang
yang menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan
dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut. Seorang nelayan memenuhi syarat tiga dasar motif sosial yang menonjol
yang menyebabkan dia berpotensi untuk menjadi enterpreneurship sebagaimana yang dikemukakan McClelland dalam Gilmer 1984 yakni : motif untuk
berprestasi, motif untuk berafiliasi menjalin persahabatan dan motif untuk berkuasa Gilmer, 1984.
Oleh karena itu, apabila pemerintah atau lembaga tertentu hendak melakukan alih pekerjaan pada suatu komunitas nelayan, maka hendaklah
diarahkan kepada pengembangan enterpreneurshipnya, selain itu tentu juga diperhatikan tingkat pendidikan komunitas nelayan itu. Pekerjaan sebagai
pedagang ikan, pedagang teripang, penjual souvenir, mengembangkan usaha- usaha pariwisata, pedagang kelontong, merupakan contoh-contoh bidang
pekerjaan yang bisa diupayakan untuk nelayan yang mempunyai tingkat pendidikan rata-rata rendah.
2.8 Pembahasan