Observasi lapangan ditujukan untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan Focus group discussion FGD- Diskusi kelompok terfokus dengan nelayan di Wawancara semistruktural diterapkan untuk mengumpulkan data-data

tetapi memadai untuk keperluan riset dan analisis lebih lanjut. Dalam tahap ini akan digunakan beberapa metode bantu supporting method, yaitu metode sejarah, studi kasus, etnosain. Juga beberapa alat bantu akan dimanfaatkan seperti penyusunan taksonomi pengetahuan lokal, decision trees, flowcharts, glossary, dan lain-lain. Responden yang menjadi sample dari riset ini tentu saja bukan hanya nelayan pengguna teknologi destruktif, akan tetapi juga kelompok nelayan lain. Isu tentang sumberdayanya dan kelestariannya, isu kondisi usaha-usaha kelautan, isu keberlanjutan usaha, isu sosial budaya, merupakan beberapa isu utama yang dipelajari di lapang. Beberapa cara yang diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Observasi lapangan ditujukan untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan

pemahaman yang lebih komprehensif mengenai keadaan desa dan masyarakat di daerah penelitian, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya laut.

2. Focus group discussion FGD- Diskusi kelompok terfokus dengan nelayan di

tingkat pulau untuk menyusun tabel perspektif, neraca hubungan para pihak dan tabel solusi masalah. FGD dalam kajian kompatibilitas ini guna memperoleh perspektif dasar mereka tentang lingkungan. Semula direncanakan akan diselenggarakan dengan sejumlah responden yang terpilih akan dibagi-bagi dalam beberapa kelompok. Situasi lapangan yang tidak memungkinkan penelitian ini dilakukan secara formal, maka FGD dilakukan secara informal dengan menemui kelompok-kelompok orang yang sedang berkumpul. Kemudian akan diajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama. Misalnya untuk mencari perspektif dari apa yang mereka anggap problem kehidupan, problem lingkungan dan lain-lain. Contoh pertanyaan adalah sebagai berikut : 1 menurut bapak ibu apa problem kenelayanan di daerah ini ? 2 Susunlah problem tersebut dari yang paling penting 3 Bagaimana cara mengatasinya ? 4 Apa saja peraturan adat kebiasaan yang menguntungkan untuk mengatasi masalah tersebut dan yang tidak mendukung untuk mengatasi masalah tersebut ? FGD juga dilakukan secara intensif pada pertemuan para pihak di Paotere yang dihadiri oleh para Punggawa Pa’es, penegak hukum dan aparat pemerintah. Hal yang sama juga dilakukan FGD di pengadilan negeri Makassar dengan para hakim yang pernah mengadili perkara nelayan pengguna teknologi destruktif dan pada saat pembentukan koperasi Ata Matuna di marine station Unhas.

3. Wawancara semistruktural diterapkan untuk mengumpulkan data-data

dengan diawali menyusun topik-topik yang akan menjadi panduan dalam wawancara guidance quesioner. Dari topik-topik yang fleksibel itu disusunlah pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya tidak kaku, bisa berubah tergantung situasi pada waktu wawancara. Misalnya untuk memperoleh informasi tentang pandangan masing-masing stakeholder terhadap fenomena nelayan pengguna teknologi perusak, maka disusunlah sejumlah topik besar : 1 pengetahuan mereka tentang sejarah kenelayanan yang menggunakan teknologi perusak di Pulau Barrang Lompo dan Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, 2 perdagangan ilegal material teknologi destruktif, 3 praktek penggunaan teknologi perusak, 4 hukum dan pengawasan, 5 solusi. Dari topik-topik besar itu disusunlah sejumlah pertanyaan yang sifatnya fleksibel tergantung situasi lapang.

4. Pendekatan ethnoscience diterapkan untuk memahami perspektif lokal