Manfaat penelitian Ruang lingkup

2. Menyusun strategi pemberdayaan untuk mengubah praktek destructive fishing menjadi sustainable fishing .

1.6 Manfaat penelitian

Manfaat teoritis dari studi ini adalah proses pemahaman terhadap perilaku komunitas nelayan yang menggunakan teknologi bom ikan sebagai alat tangkap dari sisi emic. Selama ini banyak studi memahami perilaku komunitas nelayan yang ditelitinya dari sisi etic, yakni penilaian, pendapat dan cara berpikir dari masyarakat di luar komunitas tersebut. Kebalikannya, studi ini sangat menekankan bagaimana masyarakat mengungkapkan sendiri dengan cara, tutur kata dan tindakannya apa-apa yang dipikirkan, dirasakan dan diharapkannya terutama yang berkaitan dengan fenomena destructive fishing. Pendekatan ethnoscience intensif digunakan untuk memperoleh informasi, pendapat dan data lain yang sifatnya emic tersebut. Adapun manfaat utama dari penelitian dan penulisan disertasi ini secara praktis akan merupakan suatu kontribusi akademis untuk mengisi hasil studi tentang masalah destructive fishing DF di Indonesia yang masih sangat terbatas, khususnya kajian di Pulau Barrang Lompo yang bahkan dari kalangan akademisi Universitas Hasanuddin Makassar, belum ada satupun yang melakukan kajian DF secara cukup lengkap di pulau ini. Kajian yang pernah dilakukan dengan kasus pulau ini adalah untuk program aksi yakni yang dilakukan oleh tim Coremap 1996 dan tim DFW 2004, dengan pola kajian dengan waktu kunjungan yang sangat singkat, tidak mendetil serta banyak hal yang harus dipertanyakan kebenarannya dan hanya mencakup nelayan bom ikan yang bekerja individual bukan nelayan Pa’es yang pergi jauh dengan jumlah awak kapal yang banyak. Selain itu, sejauh pengetahuan penulis, sangat jarang penelitian dengan topik destructive fishing, yang mencakup juga para penegak hukum polisi dan hakim sebagai pihak-pihak yang diwawancarai secara mendetil untuk diperoleh pendapatnya dan pemahaman tentang kerja nelayan bom ikan.

1.7 Ruang lingkup

Studi ini awalnya memusatkan perhatian pada perilaku nelayan Pa’es di Pulau Barrang Lompo. Kajian etnografi dari komunitas pulau ini mencermati kondisi sosio budaya yang menjadi sendi-sendi dasar mengapa praktek destructive fishing dilakukan oleh orang-orang di pulau tersebut. Ternyata untuk memahami perilaku nelayan dalam kaitannya dengan praktek penggunaan bom ikan sebagai alat tangkap, tidaklah cukup hanya berkutat di pulau saja, akan tetapi untuk kelengkapan studi ini harus diperoleh juga pemahaman perilaku dari stakeholder lain, yakni dari pihak pengelola perikanan dan penegak hukum. Implikasinya, area penelitian tidak hanya terbatas pada pulau tersebut, tetapi juga kota Makassar khususnya. Pada proses studi ini dipahami bahwa hubungan kerja merupakan hal penting juga dari fenomena yang hendak diteliti. Perilaku semata tidaklah cukup untuk menggali solusi dari permasalahan penelitian ini. Hubungan kerja eksploitatif tampak dari ungkapan atau kalimat-kalimat para nelayan maupun stakeholder lainnya. Selain itu, dari berbagai interview yang dilakukan terlihat adanya perbedaan pendapat antar stakeholder yang menyebabkan sulitnya memperoleh solusi untuk menghentikan praktek penggunaan bom ikan sebagai alat tangkap. Oleh karena itu ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 pengetahuan lokal nelayan pengguna teknologi destruktif yang dipusatkan pada strategi adaptasi peta kognitif produksi dan penjualandistribusi, etika lingkungan kelautan dilihat dari tabu, ritual, doa, ajian, hukum adat, konsep territorial, konsep genealogi,dll dan pengetahuan tentang ekosistem kelautan dan kehidupan di laut taksonomi. Pengetahuan lokal itu merupakan pra tindakan yang menjadi pendorong munculnya pola tindakan tertentu. 2 Pola tindakan nelayan dimaksudkan sebagai dorongan-dorongan atau motivasi dari dalam diri si nelayan untuk memenuhi kebutuhan atau tanggapan respon terhadap rangsangan-rangsangan dari luar yang berasal dari lingkungan Budimanta dan Rudito, 2003 Tentu dalam kaitan dengan topik penelitian ini diartikan sebagai serangkaian tindakan nelayan yang dilakukan dalam usahanya untuk memperoleh hasil maksimal dari usaha kenelayanannya, khususnya tindakan terhadap laut. Pola tindakan nelayan pengguna teknologi destruktif memang tidaklah semata hanya didorong oleh pengetahuan lokal akan tetapi juga berbagai stimuli dari lingkungan masyarakatnya. Oleh sebab itu dipelajari juga bagaimana cara pandang masyarakat multistakeholder dengan berbagai kepentingan yang ada. Para pihak lain tersebut adalah pihak pengelola perikanan dan penegak hukum. Pola tindakan dipahami dari proses penangkapan ikan hingga distribusinya, interaksi dengan berbagai stakeholder lainnya, sikap terhadap kebijakan pemerintah, dan lain-lain. 3 Selanjutnya dianalisis sejauh mana pengetahuan lokal dan pola tindakan itu yang termasuk interaksinya dengan berbagai pihak merupakan sebab- sebab eksisnya kerja kenelayanan bom ikan.

1.8 Definisi operasional