Keragaan Usaha Ternak Sapi Potong

Pusri untuk pengembangan padi organik, melakukan pemasaran beras bagi konsumen PNS, dan menjalin jaringan pasar di kota-kota besar. P Gambar 10. Mata Tantai Perdagangan Gabah di Kabupaten Sragen. Gambar 11. Mata Rantai Perdagangan Gabah dengan Fasilitasi Pemerintah.

4.1.3. Keragaan Usaha Ternak Sapi Potong

Populasi sapi potong tahun 2003 sebanyak 75.113 ekor. Sentra penggemukan sapi potong terletak di Kecamatan gemolong, Plupuh, Masaran, Tanon, Karangmalang, Gondang, dan Kalijambe. Jenis penyakit ternak yang ditemukan di RPH tahun 2003 fasciolosis 172 ekor sapi, sedangkan penyakit pada tahun 2001 berupa fasciolosis 297 ekor, kelumpuhan 6 ekor sapi, patah tulang 10 ekor dan penyakit lain 3 ekor. Pemberantasan dan pencegahan penyakit ternak menular yang dilakukan adalah ND dan SE tahun 1997-2000, dan tahun 2001 penyakit cacing. Tingkat pemotongan ternak sapi di RPH tahun 2003 ada 2.332 sapi jantan dan 319 sapi betina, lebih tinggi dibanding dengan tahun 2000 2.613 sapi jantan dan 26 sapi betina. Perkembangan populasi ternak menurut Kecamatan di Kabupaten Sragen disajikan pada Lampiran 12. Usaha peternakan sapi yang biasa dilakukan petani berupa penggemukan sapi dan pembibitan. Usaha penggemukan sapi lebih diminati petani karena lebih menguntungkan dan siklus produksi lebih pendek sekitar enam bulan, sedangkan pembibitan memerlukan waktu sekitar 16 bulan. Keberadaan ternak telah menyatu dengan sistem usaha tani, namun usaha ternak biasanya masih dianggap sebagai usaha sampingan. Teknik Petani Penebas Pengepul Pedangang Pasar Broker Dolog Petani Pemda Sragen memfasilitasi + kerjasama dengan Swasta Pasar Dolog pemeliharaan ternak bervariasi dari yang tradisional sampai pengelolaan dengan manajemen yang lebih baik. Dalam usaha tani pola CLS, limbah jerami dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada saat musim penghujan kesediaan pakan selain jerami berlimpah sehingga sistem budi daya ternak sapi potong tidak mengalami hambatan. Pada musim kemarau ternak hanya diberikan pakan jerami padi. Petani telah terbiasa menyimpan jerami dalam bentuk kering dan difermentasi dengan probiotik biasanya berupa starbio untuk dijadikan sebagai pakan ternaknya. Pengolahan limbah jerami secara biologi dilakukan dengan perlakuan fermentasi dengan probiotik yang dikombinasi amoniasi mampu delignifikasi dan menaikkan kandungan protein jerami padi. Fermentasi aerobik terhadap jerami padi dengan menggunakan probiotik dan urea masing-masing 6 kg probiotik + 6 kg urea untuk 1000 kg jerami padi dengan kadar air sekitar 50-60 untuk perbaikan kualitas pakan. Proses pembuatan jerami fermentasi secar umum dilakukan sebagai berikut : 1. Membuat tumpukan jerami segar kadar air 65 dengan ketebalan setinggi 20 cm lapisan pertama. 2. Taburkan Urea dan Probiotik secara merata di lapisan atas tumpukan tersebut. Dosis Urea dan Probiotik masing-masing 2,5 kgton jerami segar. 3. Buat tumpukan jerami lapisan ke 2 diatas lapisan pertama, taburkan kembali urea + probiotik, demikian seterusnya hingga ketinggian jerami sekitar 1-2 m. 4. Biarkan selama 21 hari agar proses fermentasi berlangsung sempurna. 5. Tumpukan jerami padi yang telah terfermentasi dijemur dan dianginkan selama 3 hari, selanjutnya dapat disimpang di tempat yang tersedia. 6. Jerami padi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar. Jenis pakan ternak yang biasa diberikan yaitu terdiri dari hijuan dan konsentrat. Hijauan pakan dibedakan menjadi dua yaitu hijauan kering dan hijauan segar. Untuk hijauan kering yang dominan sebagian besar dari limbah jerami padai dan kadangkala jerami kacang tanah maupun kedelai, sedangkan hijauan segar dalam jumlah sedikit berupa rumput kolonjono, daun jagung, daun ubi kayu, rambanan, tebon dan lainnya. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan ketersediaan pakan hijauan yang ada di sekitarnya. Pakan komboran yang biasa diberikan pada ternak dibeli dalam bentuk konsentrat. Pemberian konsentrat per hari sekitar 1,0 dari berat badan ternak dengan harga konsentrat sekitar Rp. 7.00kg. Pemberian pakan jerami yang sudah difermentasi dengan starbio per hari sebanyak 10 dari berat badan ternak. Sampai saat ini belum ada petanikelompok tani yang membuat pakan konsentrat dari bahan lokal. Padahal pemberian konsentrat yang disusun dari bahan pakan lokal mampu meningkatkan bobot badan per hari ternak sapi potong sebanyak 1,5 berat badan. Masih terbuka peluang untuk memanfaatkan potensi limbah jerami pada saat ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak, karena masih ada sebagian limbah yang ditumpuk di pinggir sawah ataupun dibakar. Salah satu yang dapat ditumbuhkan untuk mengoptimalisasi pemanfaatan limbah jerami dan limbah pertanian lainnya sebagai pakan ternak dapat dilakukan dengan pembuatan pakan lengkap Complete feed. Pengelolaan kesehatan ternak ditujukan untuk mengendalikan parasit-parasit dan kesehatan secara umum. Jenis penyakit yang biasa terjadi yaitu rabies dan kembung, namun sudah bisa diatasi sendiri oleh petani atau memanggil petugas kesehatan hewan. Pada awal pemeliharaan, biasanya ternak sapi diberi obat cacing dan vitamin B komplek serta menjaga kebersihan lingkungan untuk mendapatkan kondisi optimum bagi kesehatan ternak. Pencegahan kemungkinan timbulnya infeksi penyakit baik yang bersifat ektoparasit maupun endoparasit. Namun demikian masih dijumpai kondisi tumpukan sisa pakan bercampur dengan kotoran terletak dipinggir-pinggir kandang dan tidak dikelola secara baik, sehingga lingkungan kandang menjadi kotor dan akan menimbulkan berbagai macam penyakit ternak. Kondisi ini menunjukkan perlunya prioritas pengelolaan limbah kandang, pengelolaan pakan dan penanganan kesehatan ternak. Permasalahan umum dalam budi daya ternak yaitu petani kesulitan modal untuk penggemukan ternak, harga ternak tidak stabil, dan terbatasnya pedet yang berkualitas. Pasar merupakan salah satu aspek penting dalam proses produksi. Ketersediaan pasar dapat memacu berkembangnya program CLS dalam menerapkan teknologi. Keterpaduan sistem usaha tani pola CLS ini akan mempunyai dampak terhadap perubahan ekonomi petani bila pengelolaan usaha tani berorientasi pasar. Bila selama ini usaha ternak dianggap sebagai usaha sampingan, maka dalam pola CLS ternak sapi mempunyai peluang pasar sama dengan komoditas tanaman pangan. Pasar ternak yang relatif besar dan berdekatan dengan lokasi penelitian yaitu pasar hewan Nglangon di Kecamatan Sragen dan pasar hewan Sumber Lawang, sedangkan pasar hewan yang sedang berada di Kecamatan Gondang dan Sukodono. Biasanya peternak tidak menjual sapi langsung ke pasar melainkan ke pedagang penghubung blantik. Peran blantik pertama membawa ternak yang mau dijual ke pasar selanjutnya diterima oleh blantik kedua di pasar, baru masuk ke pedagang besar atau ke jagal. Sistem pemasaran ternak sapi potong ditunjukkan pada Gambar 12. Secara mikro tingkat regional pelaku pasar sapi potong terdiri atas: peternak, blantik, jagal, rumah makan, pedagang daging dan konsumen. Pemasaran ternak sapi potong membentuk jaringan tataniaga yang sangat komplek. Jaringan tataniaga ini terbentuk mulai tingkat desa peternak sampai konsumen. Yang berperan langsung adalah keberadaan blantik. Blantik merupakan pedagang perantara yang wilayah kerjanya meliputi tingkat dusun, desa sampai lintas kabupaten. Penguasaan pasar hewan didominsi oleh keberadaan blantik yang lebih mempunyai posisi tawar, walaupun dengan modal yang terbatas. Gambar 12. Sistem pemasaran ternak sapi potong di Kabupaten Sragen . Petani dalam melakukan penjualan ternak biasa dilakukan di rumah masing-masing. Blantik dusundesa diundang untuk melakukan penawaran. Cara pembayaran bisa kontan atau dengan uang muka dan sisanya dibayarkan setelah sapi terjual di pasar hewan. Tingkat harga ternak sapi potong didasarkan atas tipenya yaitu: pedet, bakalan digemukkan dan sapi siap potong. Pedet dan bakalan jantan segmen pasarnya adalah peternak di perdesaan dan pengusaha penggemukan. Sapi siap potong mempunyai segmen tersendiri yaitu pedagang besar atau jagal. Besarnya harga tergantung dengan jenis ternak ternak hasil persilangan lebih tinggi dibanding dengan ternak lokal, jenis Rumah tangga Blantik Pedagang Pengumpul Lintas Kabupaten Jagal RPH. Regional Cirebon Pedangan daging PASAR HEWAN Rumah tangga Konsumen kelamin, umur dan kondisi ternak. Mekanisme penentuan harga dilakukan dengan sistem taksiran. Pemasaran ternak sapi berlangsung secar dinamis, harga selalu berfluktuatif. Kondisi ini berkaitan langsung dengan permintaan dan penawaran. Harga tinggi biasa terjadi pada saat menjelang hari raya Idul Adha, namun sebaliknya harga turun ketika kebutuhan sangat mendesak dan harus menjual ternak misal kebutuhan biaya sekolah, paceklik, pakan, hajatan dan lain-lain.

4.1.5. Karakteristik Responden