Simpulan 1. Guna meningkatkan produksi padi sawah dan keuntungan usaha tani di Kabupaten

V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Simpulan 1. Guna meningkatkan produksi padi sawah dan keuntungan usaha tani di Kabupaten

Sragen perlu memperhatikan penggunaan faktor produksi secara efisien. Faktor produksi tersebut antara lain: benih, pupuk urea, TSP, KCl, pupuk kandang dan lainnya. Keuntungan usaha tani disamping ditentukan oleh faktor produksi, juga ditentukan oleh harga padi dan faktor produksi. Pengelolaan usaha tani dalam skala yang lebih luas dapat menghemat penggunaan input dan meningkatkan produksi padi sebesar 17,7 serta keuntungan sebesar 15,6 lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sempit. Penerapan usaha tani padi sawah pola CLS meningkatkan produksi padi sebesar 23,6 dan keuntungan sebesar 14,7 lebih tinggi dibandingkan usaha tani padi sawah pola non CLS. 2. Usaha tani pola CLS memberikan harapan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan produksi dan keuntungan usaha taninya dengan memperhatikan skala luas lahan yang dikelola bersama. Penerapan usaha tani padi sawah pola CLS lebih dari dua tahun memberikan keuntungan 17,3 lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan pola CLS kurang dari dua tahun. Penggunaan pupuk kandang turut meningkatkan produksi padi sawah pola CLS dengan koefisien sebesar +0,125 dan keuntungan sebesar +0,134. 3. Kelayakan finansial usaha tani pola CLS lebih tinggi dari pada non CLS. Kelayakan ekonomi usaha tani pola CLS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelayakan finansial. Manfaat usaha tani pola CLS meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki kesuburan lahan, kualitas air dan udara serta menciptakan keserasian lingkungan sosial budaya masyarakat. 4. Peran kelembagaan kelompoktani pada usaha tani pola CLS masih terbatas pada pengelolaan usaha secara bersama, belum mampu menyediakan kebutuhan sarana, permodalan dan pemasaran hasil dari petani anggota. 5. Nilai Indeks Keberlanjutan Usaha tani Pola CLS IkB-CLS di Kabupaten Sragen secara multidimensi sebesar 53,21 pada skala sustainabilitas 0 – 100, yang berarti termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan. Nilai paling tinggi pada dimensi sosial-budaya sebesar 67,44 cukup berkelanjutan, kemudian dimensi ekonomi sebesar 56,23 cukup berkelanjutan, dan yang paling rendah dimensi ekologi sebesar 49,55 kurang berkelanjutan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa metode Rap-CLS cukup baik untuk dipergunakan sebagai salah satu alat untuk mengevaluasi keberlanjutan usaha tani pola CLS di suatu daerahwilayah secara cepat rapid appraisal . 6. Terdapat 13 atribut yang menjadi faktor penting dalam perumusan kebijakan dan strategi pengembangan usaha tani pola CLS di masa mendatang, dimana ada empat faktor yang memiliki pengaruh tinggi dan ketergantungan yang rendah adalah: 1 kelembagaankelompok tani, 2 subsidi pemerintah, 3 tingkat penggunaan pupuk pestisida, dan 4 pemanfaatan jerami untuk pakan ternak. Sedangkan faktor yang berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan yang tinggi adalah: 1 sistem pemeliharaan ternak sapi, 2 lembaga keuangan, 3 frekuensi penyuluhan dan pelatihan, 4 pemanfaatan limbah ternak, dan 5 kelayakan finansial dan ekonomi. Penerapan skenario moderat-optimistik ini akan memberikan implikasi berupa: 1 usaha tani pola CLS menjadi berkembang, 2 produktivitas padi dan ternak meningkat, 3 ketergantungan petani terhadap subsidi berkurang 4 limbah pertanian dimanfaatkan secara lestari, 5 terjadi penyerapan tenaga kerja, 6 produksi dan pendapatan petani meningkat.

5.2. Rekomendasi