Manajemen Perikanan Fisheries Management

117 5 IMPLIKASI KEBIJAKAN Proses pengelolaan terumbu karang Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus saat ini dengan memfokuskan pada optimasi fungsi ekologi dan ekonomi merupakan momentum penting untuk mengelolanya ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan analisis yang telah diuraikan sebelumnya maka arah kebijakan pengelolaan terumbu karang dapat mempertimbangkan hal-hal berikut:

5.1 Manajemen Perikanan Fisheries Management

1. Keberadaan ikan target di terumbu karang Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus sebagai sumber ekonomi utama masyarakat Desa Basaan menjadi begitu penting untuk diperhatikan. Guna mengoptimalkan nilai ekonominya perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya tersebut supaya berkelanjutan. Sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan Bab 4.5.2, telah diketahui bahwa jumlah tangkapan optimal catch optimal ikan target sebesar 66,36 ton. Dari data yang diperoleh, ternyata jumlah tangkapan nelayan Desa Basaan sejak tahun 2002 hingga 2011 belum pernah mencapai 66,36 ton, tetapi jumlah tangkapan mereka semakin menurun dari tahun ke tahun tahun 2011 hanya 35,71 ton karena penurunan jumlah ikan target. Kondisi ini didukung oleh data kelimpahan individu ikan target yang menunjukkan penurunan dari tahun 2002-2011. Penyebab penurunan kelimpahan ikan target selain adanya degradasi terumbu karang juga terindikasikan adanya kelebihan tangkap over exploitation ikan target. Indikasi kelebihan tangkap ini berdasarkan kenyataan di lapangan yaitu jumlah trip penangkapan yang dilakukan nelayan sejak tahun 2006 Lampiran 3 sudah diatas trip optimal yaitu 200,08 trip Tabel 34 serta banyaknya nelayan dari luar Desa Basaan menjadikan terumbu karang Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus sebagai wilayah penangkapan fishing groundi, sedangkan data produksi sebagai bahan analisis hanya dari hasil tangkapan nelayan Desa Basaan. Untuk itu perlu kebijakan dari instansi terkait khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Tenggara untuk melakukan pengawasan serta mengeluarkan aturan terhadap kegiatan 118 penangkapan ikan target di wilayah terumbu karang. Keberhasilan peningkatan tutupan karang hidup akan diikuti dengan peningkatan kelimpahan ikan target, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi perikanan ikan target oleh nelayan. Jika kondisi yang ada sekarang dibiarkan, maka diprediksi pada tahun 2013 produksi ikan target hanya sebesar 20,68 ton. Dengan adanya perbaikan kondisi terumbu karang melalui peningkatan tutupan karang hidup maka diprediksi pada tahun 2019 produksi ikan target di Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus akan mencapai 66,37 ton dengan nilai sebesar Rp. 1.659.250.000 asumsi harga per kilogram Rp. 25.000. Gambar 43 Peningkatan produksi ikan target mengikuti peningkatan tutupan karang hidup 2. Guna keberlanjutan fungsi ekologi terumbu karang sebagai wilayah pemijahan, pembesaran dan mencari makan yang menjadi habitat ikan target, diperlukan suatu bentuk pengelolaan secara spasial dan temporal terhadap kegiatan penangkapan ikan target di Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus. Kebijakan penangkapan perlu diperhatikan terutama di lokasi Pulau Hogow Stasiun 3 yang telah ditetapkan sebagai wilayah pemijahan. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 4.3.2, di Pulau Hogow terjadi aktivitas pemijahan ikan target pada bulan Pebruari-April dan September-Nopember. Untuk itu pada bulan-bulan tersebut tidak diperbolehkan adanya kegiatan penangkapan ikan 119 target di Pulau Hogow, kegiatan penangkapan dikonsentrasikan di Pulau Putus- Putus Stasiun 4, 5 dan 6. Hal ini dapat dilakukan karena sesuai data kelimpahan ikan target pada tahun 2011, khususnya yang berukuran besar lebih besar dari 15cm di Stasiun 4, 5 dan 6 terdapat kurang lebih 20.000 ekor ikanhektartahun atau 18,71 tontahun. Kegiatan penangkapan juga, perlu dibatasi pada Stasiun 1 dan 2 dalam hal penggunaan jenis alat tangkap. Dibuat suatu kebijakan untuk tidak menggunakan jaring dengan mata jaring berukuran kecil lebih kecil dari 20cm, mengingat lokasi ini sebagai lokasi pembesaran dimana banyak terdapat ikan-ikan berukuran kecil. Penggunaan alat tangkap yang baik di lokasi Stasiun 1 dan 2 adalah pancing dengan selektivitas mata pancing untuk menangkap ikan target berukuran relatif besar. Sosialisasi kebijakan perlu disampaikan kepada masyarakat agar mereka dapat memahami pentingnya tidak menangkap ikan di Pulau Hogow pada bulan Pebruari-April dan September-Nopember serta selektivitas alat tangkap di Stasiun 1 dan 2. Gambar 44 Kegiatan penangkapan dialihkan ke Pulau Putus-Putus pada bulan Pebruari-April dan Oktober-Nopember saat terjadi pemijahan ikan target di Pulau Hogow Pebruari - April Oktober - Nopember 120

5.2 Pengelolaan Pesisir Terpadu Integrated Coastal Management-ICM