Sistem Sosial-Ekologi Desa Basaan .1 Sistem Sumberdaya

57 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Sosial-Ekologi Desa Basaan 4.1.1 Sistem Sumberdaya Desa Basaan Kabupaten Minahasa Tenggara tidak terlepas dari kegiatan tektonik dan magmatisme busur gunung api karena lajur Tunjaman Sulawesi Utara, Sangihe Timur dan Selatan.  Morfologi dataran dengan kemiringan lereng antara 0-5 menempati daerah pantai dan muara sungai dengan ketinggian 0-25m di atas muka laut. Relief pantai rendah hingga datar dengan karakteristik garis pantai yaitu pantai berpasir dan berbatuan dasar dan daratan berlumpur. Panjang area tapak daerah pantai di Desa Basaan secara vertikal dari arah pantai bervariasi kurang lebih 5-1500m, sedangkan pada Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus berkisar 5- 100m. Terdapat dua sungai yang bermuara di Teluk Totok yaitu Sungai Basaan dan Sungai Totok.  Morfologi perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar 5- 15, di beberapa tempat 30, dan ketinggian antara 0-200m di atas permukaan laut mengisi pantai belakang. Karakteristik garis pantai berpasir, berkerikil hingga berbatuan dasar.  Untuk morfologi perbukitan terjal, kemiringan lereng antara 15-70, dan ketinggian berkisar 0-1500m di atas permukaan laut ada di bagian dari kaki tubuh pegunungan hingga pesisir pantai, di antaranya ada pada daerah sekitar pesisir pantai Laut Maluku antara Kema hingga Ratatotok. Karakteristik garis pantai yang terdiri dari batuan dasar mengisi pantai belakang. Berdasarkan derajat kekuatan geologi teknik, daerah pantai Bentenan hingga Belang dan sebagian pantai Ratatotok memiliki zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah karena dibentuk oleh endapan alluvium Qal berupa lanau pasiran dan endapan pantai. Untuk daerah pantai Desa Basaan memiliki zona derajat kekuatan geologi teknik rendah karena dibentuk oleh endapan sungai Qs. Daerah ini sangat rentan terhadap abrasi, dimana daerah ini terdapat sungai yang mengendapkan material di pesisir pantai dengan bantuan arus laut. Sungai- sungai yang ada membentuk gosong-gosong pasir dan bahan-bahan yang dibawanya mengendap di depan pantai. 58 Di wilayah pesisir Desa Basaan terdapat ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun. Keberadaan ekosistem-ekosistem tersebut sangat penting untuk menunjang kehidupan di Desa Basaan. Selain menghasilkan barang ikan, kayu bakar, dll yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat, juga menghasilkan jasa ekologi seperti penahan gelombang pasang, abrasi dan angin. Keterkaitan fungsi antar ke tiga ekosistem tersebut sangat penting, karena kerusakan salah satu ekosistem akan mempengeruhi keberadaan ekosistem yang lain.

4.1.2 Kondisi Sosial Masyarakat dan Infrastruktur

Desa Basaan masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara. Pada tahun 2011, penduduk Desa Basaan sebagian besar berasal dari suku Minahasa dan Bajo, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.178 jiwa, yang terdiri dari 629 jiwa Laki-laki dan 549 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 329 dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan program keluarga berencana yaitu 2 anak setiap keluarga sudah diterapkan oleh masyarakat Desa Basaan. Pola pemukiman masyarakat bersifat menetap, ada rumah-rumah permanen, rumah panggung yang beratapkan seng yang didirikan di sebelah menyebelah jalan desa dengan bagian depan rumah atau serambi muka menghadap kejalan, antara rumah dan jalan desa dibatasi dengan pagar, ada yang permanen seperti beton, ada pula yang menggunakan patok-patok kayu dan bambu dan ada pula yang manjadikan tanaman-tanaman tertentu sebagai pagar hidup. Rumah-rumah permanen dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan WC. Untuk rumah-rumah yang didirikan di pesisir pantai memiliki bentuk rumah yang sangat sederhana, berlantaikan tanah, sedangkan di pinggiran pantai umumnya berbentuk rumah panggung yang sebagian besar berdiri diatas permukaan laut dengan dindingnya dari anyaman bambu dan tiang-tiangnya terdiri dari kayu bakau bulat di samping rumah terdapat jembatan darurat yang terbuat dari bambu yang menghubungkan rumah satu ke rumah yang lain dan rumah-rumah tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan WC, sehingga masyarakat menggunakan hutan bakau di belakang rumahnya, pantai dan sungai sebagai tempat buang hajat. Meskipun di pesisir pantai telah disediakan oleh pemerintah jamban keluarga WC sebanyak 3 buah, tetapi tidak dapat menampung seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan adanya antrian 59 masyarakat yang akan menggunakan fasilitas tersebut. Secara umum sanitasi yang ada di Desa Basaan cukup baik. Gambar 10 Peta administrasi Desa Basaan. Adapun mata pencaharian masyarakat Desa Basaan adalah petani 65, nelayan 30 dan lain-lain 5. Sebagian besar nelayan merupakan mereka yang berasal dari suku Bajo, walaupun saat ini komunitas nelayan tersebut sudah merupakan generasi campuran, artinya telah terjadi kawin antar suku. Untuk tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi lima yaitu : 1 tidak sekolah 132 60 penduduk 11,66; 2 sekolah dasar 453 penduduk 40,17; 3 sekolah menengah pertama 375 penduduk 33,13; 4 sekolah menengah atas 136 penduduk 12,01; dan 5 perguruan tinggi 36 penduduk 3,18. Dari data yang ada, dapat dikatakan tungkat pendidikan masyarakat tergolong rendah. Hal ini disebabkan kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, dimana berdasarkan hasil observasi di Desa Basaan hanya terdapat sekolah dasar SD dan sekolah menengah pertama SMP, sedangkan sekolah menengah atas SMA terdapat di Ratatotok dan Belang yang jaraknya cukup jauh dari Desa Basaan. Usaha ekonomi produktif yang dilakukan masyarakat selain dalam bidang penangkapan ikan, maka melalui kelompok nelayan yang ada mereka melakukan usaha pemeliharaan ikan dalan kurungan jaring apung KJA. Mengingat pembangunan kelautan dan perikanan di kawasan ini akan melibatkan partisipasi semua kalangan masyarakat, maka upaya memberdayakan ekonomi masyarakat merupakan keharusan. Pemberdayaan ekonomi yang dimaksud diharapkan mampu meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia SDM dan kesejahteraannya tanpa mengesampingkan kultural dan sistem nilai yang dianut. 4.2 Ekologi Terumbu Karang 4.2.1 Oseanografi