Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data .1 Terumbu Karang

37 3 METODOLOGI Di dalam mengembangkan kegiatan di kawasan ekosistem terumbu karang perlu diketahui aspek-aspek yang bepeluang untuk dikaji. Aspek-aspek yang menjadi kajian dalam penelitian ini meliputi aspek potensi dan biofisik sumberdaya ekosistem terumbu karang subsistem biofisik, aspek pasar dan finansial ekosistem sumberdaya terumbu karang subsistem ekonomi, aspek penguatan kapasitas kelembagaan dan modal sosial, aspek sarana dan prasarana, dan aspek teknis subsistem sosial.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ekosistem terumbu karang yang terdapat di Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara Gambar 5. Letak posisi geografis Pulau Hogow dan Pulau Putus- Putus adalah antara 0º49 ‟30” - 0º53‟00” LU dan 124º22‟30” - 124º26‟30” BT. Untuk pengambilan data terumbu karang dan ikan target dilakukan sejak tahun 2002 hingga tahun 2011 satu kali setahun pada 6 stasiun dengan pembuatan transek tetap permanent transect, sehingga pengambilan data dilakukan pada lokasi yang sama setiap tahun. Untuk data sosial-ekonomi masyarakat dilakukan di Desa Basaan. Penentuan stasiun pengamatan berdasarkan hasil survei dengan teknik “manta tow”. Dari hasil survei tersebut dipilih 6 stasiun pengamatan yang dapat mewakili posisi geografis Pulau Hogow dan Putus-Putus secara keseluruhan, dimana ke-6 stasiun pengamatan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Stasiun 1 dan 2 mewakili wilayah terumbu karang di bagian dalam Teluk Totok, Stasiun 3 mewakili wilayah terumbu karang Pulau Hogow, Stasiun 4 dan 5 mewakili wilayah terumbu karang bagian luar berhadapan dengan Laut Maluku, dan Stasiun 6 mewakili wilayah terumbu karang Teluk Buyat. Kondisi morfologi dari ke-6 stasiun pengamatan tersebut berbeda-beda. Stasiun 1 dan 2 memiliki rataan terumbu yang pendek 100 m dan memiliki dinding terumbu yang curam 45-90 o , Stasiun 3 memiliki rataan terumbu yang cukup panjang 100-500 m dan memiliki dinding terumbu yang curam 45-90 o , 38 Stasiun 4 dan 5 memiliki rataan terumbu yang panjang 1000 m dan kemiringan terumbu landai 15-30 o , Stasiun 6 memiliki rataan terumbu yang pendek 150 m dengan dinding terumbu yang tidak terlalu curam 45 o . Gambar 6 Peta lokasi penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data 3.2.1 Terumbu Karang Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei dan pengukuran di lapangan serta pengambilan sampel untuk dianalisis di laboratorium dan melalui pengamatan serta wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terhadap stakeholder dan instansi atau pihak-pihak yang terkait. Menurut Nazir 1988, metode survei adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual baik tentang instansi sosial dan ekonomi dari usaha kelompok atau suatu daerah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan yang berupa laporan atau arsip hasil-hasil penelitian yang relevan dari lembaga-lembaga atau instansi yang terkait. 39 Pengumpulan data primer dilakukan dengan mempergunakan metoda pengamatan lapangan observasi dan metoda sampling stratifikasi stratified sampling method . Metoda observasi merupakan metoda yang sangat mendasar dalam melakukan inventarisasi potensi sumberdaya di ekosistem terumbu karang UNEP 1993. Data sosial yang terkait dengan kegiatan penelitian ini akan dikumpulkan di lokasi penelitian dari para responden yang dipilih secara acak berdasarkan metode sampling di atas. Pengumpulan data terhadap responden akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan wawancara mendalam deep interview dengan menggunakan kuesioner. Tabel 3 Parameter lingkungan perairan yang diamati dan metode ukur No Parameter Satuan Metode Peralatan Ket.

A. Aspek Fisika-Kimia:

1. Kecerahan m Visual Secchi disc in-situ 2. Kekeruhan NTU NefelometerHellige Turbidimetrik Turbiditimeter in-situ 3. Suhu C Pemuaian Termometer in-situ 4. Salinitas ‰ Konduktivitimetrik Argentometrik Refractometer in-situ 5. DO mgl Elektrokimiawi Do-meter in-situ

B. Aspek Biologi

6. Terumbu karang - LIT SCUBA in-situ 7. Jenis Ikan - Sensus Visual SCUBA in-situ Pengambilan data potensi ekosistem terumbu karang dilakukan dengan teknik Line Intercept Transect-LIT UNEP 1993, dengan ukuran transek 50 meter. Pengambilan data dilakukan sejak tahun 2002 hingga 2011 oleh tim CRITC-4 Coral Reef Information and Training Center pada 6 lokasi yang telah diletakkan transek permanen, dimana setiap tahun dilakukan satu kali pengambilan data dengan bulan yang berbeda. Pada 6 lokasi tersebut ditentukan 2 kedalaman peletakkan transek yaitu 3 dan 10 meter dengan 3 ulangan pada setiap kedalaman dan setiap biota yang dilewati transek dicatat menurut kategori dan taksonnya. Dari data tersebut akan diketahui persentase tutupan, keragaman jenis dan dominasi karang batu. Teknik pengambilan data seperti yang disajikan pada Gambar 7. 40 Gambar 7 Pengambilan data terumbu karang dengan teknik LIT Untuk pengambilan data ikan target menggunakan metode sensus visual Dartnall Jones 1986, dimana penetapan areal dan waktu penelitian mengikuti lokasi pengambilan data karang batu LIT. Data yang diperoleh adalah jumlah spesies, jumlah individu masing-masing spesies ikan dan estimasi panjang ikan. Dari data tersebut akan diketahui indeks keanekaragaman, kelimpahan dan biomassa ikan. Teknik pengambilan data ikan karang seperti yang terlihat pada Gambar 8. Pengambilan data selama penelitian dilakukan oleh peneliti yang sama. Gambar 8 Pengambilan data ikan karang dengan teknik sensus visual English et al . 1994 Untuk mengetahui waktu pemijahan ikan target di lokasi penelitian aspek temporal, khusus untuk wilayah terumbu karang yang telah ditetapkan sebagai tempat pemijahan, maka dilakukan pengambilan sampel ikan setiap bulan selama satu tahun tahun 2011 dan dilakukan pengamatan TKG tingkat kematangan gonad. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengikuti nelayan pada saat mereka melakukan kegiatan penangkapan dan alat tangkap yang di gunakan adalah pancing. Pengamatan dilakukan pada 4 jenis ikan yang umum di tangkap 41 nelayan yaitu Caesio cuning, Epinephelus coioides, Scarus dimidiatus dan Siganus puellus . Dengan berpedoman pada ukuran pertama matang gonad length at first maturity dari http:www.fishbase.org dari masing-masing jenis ikan yaitu Caesio cuning 14 cm, Epinephelus coioides 25-30 cm, Scarus dimidiatus 15 cm dan Siganus puellus 16 cm, maka ikan-ikan yang berukuran lebih kecil dari nilai-nilai tersebut tidak diamati TKG-nya. Dengan demikian jumlah individu masing- masing jenis ikan yang diamati setiap bulan bervariasi jumlahnya Lampiran 10. Penentuan TKG mengikuti kriteria Nikolsky Effendie 1997 seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat kematangan gonad menurut Nikolsky TKG Klasifikasi Ciri-ciri I Tidak masak Individu masih belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran gonad kecil II Masa istirahat Produk seksual belum berkembang. Gonad berukuran kecil. Telur tidak dapat dibedakan oleh mata III Hampir masak Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari transparan menjadi warna ros. IV Masak Produk seksual masak. Produk seksual mencapai berat maksimum. Tetapi produk tersebut belum keluar bila perut diberi sedikit tekanan V Reproduksi Bila perut diberi sedikit tekanan produk seksualnya akan menonjol keluar dari lubang pelepasan. Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai VI Keadaan salin Produk seksual telah dikeluarkan. Lubang genital berwarna kemerahan. Gonad mengempis. Ovarium berisi beberapa telur sisa. Testis juga berisi sperma sisa. VII Masa istirahat Produk seksual telah dikeluarkan. Warna kemerah- merahan pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata. Sumber : Effendie 1997

3.2.2 Data Sosial, Ekonomi, dan kelembagaan

Data sosial ekonomi dikumpulkan secara langsung dengan cara wawancara yang berpedoman pada kuisioner. Sedangkan data jumlah penduduk, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan diperoleh dari kantor desa, kantor kecamatan, dan badan pusat statistik Kabupaten Minahasa Tenggara. 42 Tabel 5 Jenis data sosial, ekonomi dan kelembagaan No. Komponen Data Parameter SumberMetode Pengumpulan Data 1 Karakteristik sosial dan budaya Pemanfaatan SDA, partisipasi masyarakat, persepsi dan perilaku, pengetahuan masyarakat, kegiatan perikanan, pengelolaan sumberdaya, jumlah dan pertumbuhan penduduk, konflik, etnis, budaya lokal, kualitas hidup Data primer dan sekunder; wawancara dan kuesioner, FGD 2 Kelembagaan Regulasi, aturan formal, peran stakeholders , aturan adat, pengambilan keputusan, lembaga ekonomi, infrastruktur penunjang, penegakan hukum Data primer dan sekunder; wawancara dan kuesioner, FGD Responden dipilih sebagai unit penelitian dengan metode acak berstratifikasi stratified random sampling berdasarkan stratifikasi jenis kegiatan pemanfaatan ekosistem terumbu karang dengan pertimbangan responden yang dipilih adalah masyarakat yang sering berasosiasi dengan terumbu karang yang tinggal di Desa Basaan, berusia dewasa atau yang berusia 17 tahun keatas. Pemilihan responden berumur 17 tahun keatas dilakukan karena pada usia dewasa seseorang dapat berpikir lebih jauh dalam memberikan jawaban ataupun mengambil tindakan dan keputusan terhadap suatu permasalahan. Data yang diperoleh dari wawancara adalah : 1. Karakteristik individu masyarakat berupa identitas responden umur, pendapatan, lama tinggal, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan formal yang dimaksud adalah SD, SMP, SMA atau lainnya. 2. Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan yang terutama dilakukan sehari-hari untuk pemenuhan kebutuhan hidup, sedangkan pendapatan, yaitu jumlah penghasilan per bulan yang diperoleh dari berbagai sumber mata pencaharian. 3. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang yaitu mengenai pendapat atau pandangan responden tentang pemanfaatan dan partisipasi dalam mengelola ekosistem terumbu karang. 43 4. Pemanfaatan yang biasanya dilakukan pada ekosistem terumbu karang baik itu berupa potensi biologi seperti pemanfaatan biota di ekosistem terumbu karang ataupun potensi fisik ekosistem terumbu karang. 5. Peranan pemerintah dalam pelestarian ekosistem terumbu karang melalui intensitas frekuensi kegiatan, berupa penyuluhan, pembangunan infrastruktur, dan pengawasan. 6. Partisipasi masyarakat dalam upaya untuk pelestarian sumberdaya pesisir khususnya ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari program pemerintah. Bentuk partisipasi masyarakat ini adalah keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti kegiatan mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, dan pelatihan, tahap pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi dan pengawasan, serta tingkat partisipasi masyarat 3.3 Analisis Data 3.3.1 Ekologi Terumbu Karang