18 sekitar 10
–20 dari daerah paparan kedalaman 50 m secara penuh atau sebagian yang dilindungi dengan cara zona larang tangkap dan kebanyakan daerah
ini dikembangkan dengan mengunakan pertimbangan karakter ekologi yang baik tetapi dengan penegakan hukum yang rendah. Mengantisipasi peningkatan
tekanan yang terjadi secara global dan lokal, perlindungan terumbu karang membutuhkan kepedulian antar pengguna stakeholders, publik dan pengambil
keputusan untuk melindungi melalui penyediaan informasi yang baik sebagai petunjuk pengelolaan. Tindakan pengelolaan akan menjadi responsif ketika
karakteritik diagnostik karang sebagai akibat faktor antropogenik dan alamiah serta besaran tekanan yang mempengaruhi kesehatan terumbu karang diketahui
dengan baik. Kerangka lintasan trajectory degradasi terumbu karang dapat dilakukan dengan cara penilaian terhadap semua komponen penyebab tekanan
yang selanjutnya dapat diformulasikan dalam bentuk model keberlanjutan pengelolaan.
2.3.1.1 Karang Sebagai Ruang
Densitas ikan karang dibatasi oleh ketersediaan ruang hidup space yang cocok, tertama jika ruang dijadikan sebagai pertahanan diri atau tempat aktivitas
mutualisme. Keberadaan ruang biasanya berkaitan dengan individu ikan yang bersifat teritorial, dimana densitas yang tinggi dan diversitas dari ikan-ikan di
pengaruhi oleh ruang terumbu karang. Fluktuasi dalam populasi ikan karang, salah satunya disebabkan berkurangnya ruang di karang. Menurut Jones 1991,
pentingnya ruang bagi ikan karang adalah karena : -
Ikan karang yang bersifat teritorial sangat terbatas pada ruang untuk mengembangkan populasinya, sehingga perubahan ruang cenderung
menurunkan jumlah populasi. -
Perbedaan kelas umur cenderung mengunakan tipe ruang yang berbeda. -
Kompetisi ruang dapat terjadi jika terdapat banyak ruang yang kualitasnya bervariasi.
2.3.1.2 Karang Sebagai Tempat Perlindungan
Keberadaan lubang atau celah merupakan tempat perlindungan shelter ikan karang, terutama selama adanya serangan badai atau predator. Korelasi
19 umum antara topografi karang dengan kelimpahan ikan karang serta observasi
dalam pertahanan ikan di lokasi perlindungan bersifat nyata sebagai sumberdaya pembatas. De Boer 1978 menunjukkan bahwa kelimpahan ikan Chromis cyanea
berkorelasi positif dengan jumlah tempat perlindungan. Selain itu, beberapa studi komprehensif yang dilakukan dengan hipotesis tentang pentingnya tempat
perlindungan, menggambarkan bahwa tempat perlindungan memberikan perbedaan yang nyata dalam kelimpahan ikan karang, sehingga menjadikan
karang sebagai tempat persembunyian Jones 1991.
2.3.1.3 Karang Sebagai Sumber Pakan
Salah satu sumber pakan bagi ikan yang banyak dijumpai di terumbu karang adalah lendir yang dihasilkan oleh karang, yang sebenarnya digunakan karang
untuk menangkap mangsanya. Lendir tersebut berfungsi sebagai pembersih dan pelindung luka yang dikeluarkan oleh kantong mucus yang ada di ectodermis.
Lendir ini merupakan sumber pakan penting bagi jenis ikan tertentu dan hewan karang lainnya Barnes 1980.
Selain itu, keberadaan karang merupakan pakan dari beberapa jenis ikan pemakan karang famili Chaetodontidae, Apogonidae, Balistidae, Labridae dan
sekolompok kecil Scaridae. Sekelompok ikan famili Chaetodontidae, Labridae dan Scaridae secara langsung memakan polip karang serta bersimbiosis
dengannya. Sedangkan kelompok Acanturids dan kebanyakan spesies dari famili Labridae lainnya memakan alga yang tumbuh pada batuan keras berkapur
calcareous. Pemakan karang sangat bergantung kepada jaringan hidup karang sebagai pakannya dan hal ini hanya terdapat pada struktur karang yang masih
hidup. Keberadaan karang hidup juga memberikan perlindungan terhadap invertebrata dan organisme bentik lainnya yang juga merupakan pakan beberapa
jenis ikan Nakamura et al. 2007.
2.3.2 Komunitas Ikan Karang
Komunitas ikan karang dibandingkan dengan komunitas lain di terumbu karang, merupakan jumlah yang paling berlimpah, dengan keaneragaman spesies
sebanding dengan keanekaragaman spesies karang batu. Tingginya keragaman ini, disebabkan terdapatnya variasi habitat yang ada di terumbu karang, dimana semua
20 tipe habitat yang ada diisi oleh spesies ikan karang Emor 1993. Sekitar 50-70
ikan yang ada di terumbu karang merupakan kelompok ikan karnivor, 15-20 kelompok herbivor dan sisanya omnivor. Ikan-ikan dari kelompok tersebut sangat
bergantung kepada kesehatan karang untuk mengembangkan populasinya. Sebagian besar ikan karang memiliki diversitas yang tinggi, jumlah spesies
yang banyak dan range morfologi yang luas. Kelimpahan absolut atau biomassa ikan karang sangat besar dibandingkan dengan biomassa ikan di luar lingkungan
karang. Diversitas morfologi juga terjadi dalam banyak bentuk, mulai dari struktur yang berhubungan dengan jenis makanan sampai variabilitas dalam ukuran ikan,
sebagai contoh famili Labridae memiliki diversitas luas dan tertinggi pada kawasan terumbu karang Indo-Pasifik Choat Bellwood 1991.
Menurut Dartnall dan Jones 1986, ikan karang dapat juga dikelompokkan dalam 3 kelompok berdasarkan tujuan pengelolaan, yaitu :
1 Kelompok ikan target ekonomiskonsumsi
2 Kelompok ikan indikator
3 Kelompok ikan mayor berperan dalam rantai makanan
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan ikan target adalah ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan
ekonomis penting atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae, Labridae dan Haemulidae.
2.3.2.1 Aspek Reproduksi Ikan Karang
Pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni tahap sebelum memijah pra-spawning, memijah spawning, dan sesudah
memijah post-spawning. Pada ikan, perkembangan awal daur hidup juga terbagi lagi menjadi lima periode perkembangan utama, yaitu periode telur, larva,
juvenile, dewasa dan periode tua. Tingkat kematangan gonad TKG merupakan salah satu pengetahuan dasar dari biologi reproduksi pada suatu stok ikan. Tingkat
kematangan gonad juga merupakan tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Perkembangan gonad yang semakin matang
merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad Effendie
1997.
21 Pencatatan perubahan kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengamatan perkembangan tingkat kematangan gonad ini juga didapatkan
informasi kapan ikan tersebut akan memijah, baru akan memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya
menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Untuk ikan di daerah tropis, faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar
dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yakni secara histologis dan morfologis. Pengamatan
secara histologis dilakukan di laboratorium untuk mengetahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan pengamatan
secara morfologis dapat dilakukan langsung di lapang dengan melihat ciri-ciri gonad Effendie 1997.
Beberapa jenis ikan memiliki sifat reproduksi khusus. Ikan kerapu Epinephelus sp. merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana
proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah
menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran.
Pada ikan beronang Siganus sp. pematangan gonad dan pemijahan secara alami dapat terjadi di lingkungan air laut dengan salinitas 28-30 ppm dan suhu antara
23-32
o
C, dimana pematangan gonad tersebut terjadi sepanjang tahun. ikan ekor kuning Caesio cuning merupakan jenis hewan ovipar, yakni jenis yang
menghasilkan telur dan membuahinya diluar tubuh, dengan jumlah telur yang banyak, berukuran kecil, dan mengapung Gratwicke et al. 2006.
2.3.2.2 Cara Makan Ikan Karang