2.6.1.2 Berat Kain
Berat kain gm
2
dapat ditentukan sebagai berikut, Adhi Kusumastuti 2007: 1. Tentukan arah benang lusi pakan,
2. Gunting kain dalam bentuk bujur sangkar sepanjang 10 cm ke arah lusi dan 10 cm kearah pakan,
3. Timbang berat kain tersebut dengan timbangan analitis, 4. Hitung rata-rata berat kain per meter persegi:
a
1
+
a
2
+ a
3
x 100 3
Standart Konstruksi: Kain Berat 250 gramm
2
Kain ½ Berat 161-250 gramm
2
Kain Medium 141-160 gramm
2
Kain Ringan 0-140 gramm
2
Menurut Hasil Laporan Uji Laboraturium Pengujian Balai Besar Tekstil, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki standart konstruksi Kain ½ Berat yaitu
197,7 gramm
2
. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 53 halaman 141.
2.6.1.3 Tetal Benang
Tetal benang merupakan istilah untuk menyatakan jumlah benang lusi dan pakan setiap inchi atau cm, ada beberapa cara atau alat yang dapat dipakai untuk
menentukan atau menghitung jumlah benang lusi dan pakan. Salah satunya tetal benang dapat ditentukan sebagai berikut: 1 dengan
memotong kain seluas 1 inch
2
, kemudian benang-benangnya ditiras dan dihitung jumlahnya, kemudian dikali 10, 2 Lakukan hal yang sama untuk menghitung
tetal pakan Adhi Kusumastuti 2007. Menurut Hasil Laporan Uji Laboraturium Pengujian Balai Besar Teksti
l, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki Tetal lusi 48,4 123, Tetal pakan 34,3 87. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 53 halaman 141.
2.6.1.4 Perubahan Panjang Benang Akibat Tenunan
Panjang benang akan berubah karena proses pertenunan. Jadi, terdapat perbedaan antara panjang benang sebelum ditenun dengan panjang benang setelah
di tenun. Perubahan panjang benang tersebut dapat dinyatakan dengan cara Crimp
, yaitu perubahan panjang benang dari keadaan lurus menjadi panjang benang dalam kain tenun terhadap panjang kain Adhi Kusumastuti 2007. Crimp
dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Ambil benang dari setiap sisi persegi, masing-masing sisi 5 helai.
2. Kelompokkan masing-masing benang lusi menjadi 10 helai dan benang pakan 10 helai, dengan panjang rata-rata 10 cm.
3. Setiap helai benang diregang lurus pada permukaan mistar untuk menghitung panjang rata-ratanya, misalnya c cm.
Maka Crimp benang ditentukan dengan rumus:
100 10
10 c
crimp
Menurut Hasil Uji Laboraturium, Kain Poliester Merk “Nina Klein” Memiliki Crimp Lusi 4,4 dan Pakan10,6
2.6.1.5 Nomor Benang Setelah Mengalami Tenunan
Nomor benang setelah menjadi kain umumnya tidak tepat sama dengan nomor benang aslinya. Proses-proses persiapan, pertenunan, dan finishing
mempengaruhi perubahan berat benang untuk panjang yang sama. Seperti halnya panjang benang, nomor benang pun akan mengalami
proses pertenunan. Penentuan setelah mengalami proses pertenunan. Penentuan nomor benang dari kain tenun dipakai hanya untuk memperkirakan nomor benang
yang dipakai Adhi Kusumastuti, 2007. Nomor benang dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Tentukan apakah benang-benang lusi dan pakan tersebut benang staple atau filament. Untuk benang staple kehalusan menggunakan sistem penomoran
tidak langsung Nm, sedangkan benang filament menggunakan sistem penomoran langsung D.
2. Sepuluh helai benang lusi sepanjang 10 cm yang telah diukur Crimpnya ditimbang dengan timbangan analitis, misalnya y gram. Maka kehalusan
benang tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
10 c
panjang gram
y Nm
10 9000
c panjang
gram y
D
Menurut Hasil Uji Laboraturium, Kain Poliester Merk “Nina Klein” Memiliki D.Lusi 31,5.
2.6.2 Evaluasi Kenyamanan Kain