kanker serviks, biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda, jumlah anak yang
tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta gizi yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya imunitas tubuh menurun
sehingga menimbulkan risiko terjadinya kanker serviks Hidayat 2001.
2.3.4 Deteksi Dini
Di beberapa negara maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan skrining melalui Pap’smear. Di negara maju kesadaran untuk
melakukan Pap’smear sangat tinggi. Di Amerika Pap’smear sudah harus dimulai 3 tahun setelah seseorang melakukan hubungan seksual. Wanita berusia 30 tahun
harus melakukan skrining sitologi serviks setiap tahun. Wanita berusia ≥ 30 tahun
telah memperoleh hasil Pap’smear negatif 3 kali berturut-turut dan tidak memiliki risiko tinggi dapat memperpanjang interval skrining menjadi setiap 2-3 tahun.
Skrining dapat dihentikan pada usia 70 tahun pada wanita dengan risiko rendah. Di Inggris skrining harus dimulai pada usia 25 tahun. Intervalnya adalah setiap 3
tahun bagi wanita berusia 25-49 tahun. Skrining dapat dihentikan pada usia 64 tahun jika 3 apusan menunjukkan hasil normal Tara, 2001.
Di Indonesia, terjadi peningkatan kejadian kanker serviks dalam jangka waktu 10 tahun terlihat bahwa peringkat 12 menjadi peringkat 6, setiap tahun diperkirakan
terdapat 190.000 penderita baru dan 15 akan meninggal akibat penyakit kanker . Namun angka kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3-35 bila dilakukan
tindakan preventif, skrining dan deteksi dini. Misalnya dengan melakukan Pap’smear
Universitas Sumatera Utara
bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian Tara, 2001.
2.3.5 Usia Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual
Perilaku seksual dari studi epidemiologi kanker serviks skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia
melakukan hubungan seks pertama. Risiko meningkat lebih dari 10 x mitra seks 6 atau lebih atau hubunagan seks pertama dibawah umur 15 tahun Aziz, 2002.
Umur pertama kali berhubungan seks merupakan salah satu faktor yang cukup penting. Makin muda usia perempuan melakukan hubungan seksual semakin besar
risiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya kanker serviks dengan masalah laten kanker serviks memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan seksual
pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula proses munculnya kanker serviks pada wanita. Menurut Aziz 2002 wanita menikah di
bawah usia 16 tahun biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadi kanker serviks daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia
tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif. Serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia skuamosa
yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode perkembangan. Metaplasia skuamosa ini biasanya merupakan suatu proses fisiologi tetapi di bawah
pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan yang tidak khas ini menginisiasi suatu
Universitas Sumatera Utara
proses yang disebut neoplasmasia serviks Cervix Intraepithel Neoplasma = CIN yang merupakan fase prainvasif dari kanker serviks.
2.3.6 Paritas