Strategi Pengelolaan Sungai Batanghari yang Berwawasan Lingkungan

Sektor industri karet remah memiliki keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang relatif cukup besar dengan nilai 0,7972. Angka keterkaitan output langsung dan tidak langsung daya kepekaan ini mempunyai makna yang lebih luas dalam menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Angka keterkaitan sebesar 0,7972 pada sektor industri karet remah menunjukkan sektor ini mempunyai keterkaitan ke depan secara langsung dan tak langsung yang cukup kuat untuk mendorong sektor di depannya yang memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung. Setiap peningkatan satu satuan permintaan akhir output sektor industri karet remah akan meningkatkan output sektor lain yang menggunakan sektor ini sebesar 0,7972 satuan. Ditinjau dari keterkaitan output langsung ke belakang maka sektor industri karet remah menempati peringkat yang sangat rendah yaitu 23 dengan nilai keterkaitan sebesar 0,1878. Kecilnya nilai keterkaiatan output langsung ke belakang yang dibawah satu menunjukkan sektor ini sedikit sekali membeli dari sektor produktif dalam negeri lainnya. Setiap peningkatan permintaan akhir output sektor industri karet remah sebesar satu satuan akan meningkatkan kebutuhan input sektor lain yang terkait langsung sebesar 0,1878 satuan termasuk sektor industri karet remah itu sendiri. Keterkaitan output ke belakang langsung dan tak langsung daya penyebaran sebesar 0,9833 menunjukkan jika memperhitungkan sektor penyedia input yang tidak terkait langsung dengan sektor industri karet remah maka sektor ini mampu menarik pasar input yang lebih besar. Ini berarti bahwa keberadaan industri karet remah penting bagi sektor-sektor di hulunya seperti perkebunan karet sehingga keberadaannya dibutuhkan untuk mendorong sektor-sektor hulu bangkit. Hal ini sejalan dengan program pemerintah Provinsi Jambi yaitu Program Revitalisasi Perkebunan Karet.

5.6. Strategi Pengelolaan Sungai Batanghari yang Berwawasan Lingkungan

Air merupakan suatu ekosistem, dan air sendiri merupakan bagian sistem hidrologi, sehingga memiliki ciri keselarasan, keseimbangan dan keterpaduan. Oleh karena itu, maka pengelolaan air juga harus mempertimbangkan ciri keselarasan, keseimbangan dan keterpaduan, sehingga diperlukan suatu rencana induk yang dimusyawarahkan dan dimufakatkan diantara stake holders-nya SLHD Kota Jambi, 2006. Keberhasilan upaya pengendalian pencemaran air tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan mengurangi masukan polutan ke dalam sumber air berair atau kering, tetapi juga ditentukan oleh keberhasilan menjaga debitkuantitas air. Kualitas dan kuantitas air ditentukan pula oleh pengelolaan pada catchment area- nya sesuai fungsinya fungsi resapanfungsi tandonfungsi ekologis. Oleh karena itu keterpaduan kebijakan tiap instansi dan Pemerintah Daerah political will merupakan landasan untuk penyusunan strategi pengelolaan perairan sungai. Salah satu alat analisis yang bisa digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan perairan sungai adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan analisis berbagai faktor secara sistematis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strenght dan peluang opportunity, namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threat. Faktor internal dalam analisis SWOT adalah kekuatan strenght dan kelemahan weakness, sedangkan faktor eksternal yang dihadapi adalah peluang opportunity dan ancaman threat. Dengan menganlisis potensi dan permasalahan pengelolaan perairan sungai, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel SWOT yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan strategi pengelolaan perairan sungai di masa yang akan datang. Matriks SWOT yang secara prinsip akan memberikan kualitas pengelolaan dengan berbagai strategi kebijakan yang baik melalui sinergi faktor internal dan eksternal yang dimiliki. Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh hasil berupa arahan pengelolaan perairan Sungai Batanghari. Arahan tersebut dikategorikan menurut jenis dan faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas perairan Sungai Batanghari. Dalam analisis SWOT untuk arahan strategi pengelolaan perairan Sungai Batanghari, dihimpun faktor-faktor, seperti disajikan pada tabel-tabel berikut. Tabel 31. Matriks Strategi Faktor Eksternal Faktor-Faktor Strategi Eksternal EFAS Bobot B Rating R B x R Peluang Opportunities : O 1 Ada dana pengelolaan lingkungan dari pemerintah pusat. O 2 Sungai Batanghari memiliki nilai ekonomi yang dapat dikembangkan melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya sungai yang berwawasan lingkungan. 0,163 0,224 3 4 0,489 0,896 Ancaman Threat : T 1 Penurunan kualitas Sungai Batanghari mengakibatkan kerusakan biodeversity Sungai Batanghari. T 2 Kebiasaan masyarakat yang kurang ramah terhadap lingkungan mengakibatkan beban kerusakan terhadap Sungai Batanghari dan maraknya pembangunan yang menyalahi tata ruang di sepanjang bantaran sungai. T 3 Timbul konflik akibat kerusakan sumber daya di sepanjang Sungai Batanghari. 0,200 0,202 0,211 1 2 2 0,200 0,404 0,422 Total 1,000 2,411 Tabel 32. Matriks Strategi Faktor Internal Faktor-Faktor Strategi Internal IFAS Bobot B Rating R B x R Kekuatan Strenght : S 1 Komutmen pemerintah daerah terhadap lingkungan hidup. S 2 Ada tim koordinasi pengelolaan sungai tingkat provinsi BP DAS Batanghari. S 3 Ada program monitoring kualitas air sungai secara rutin dengan memanfaatkan laboratorium yang ada dalam upaya melaksanakan peraturan daerah dalam pengelolaan lingkungan. 0,206 0,182 0,152 4 4 3 0,824 0,728 0,456 Kelemahan Weakness : W 1 Belum kuatnya penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran lingkungan disebabkan masih lemahnya pengawasan di lapangan. W 2 Kurangnya koordinasi antar dinasinstansi sehingga pengelolaan perairan Sungai Batanghari masih bersifat sparsial yang menyebabkan terjadinya pencemaran. W 3 Keterbatasan anggaran dalam pengelolaan lingkungan mengakibatkan masih kurangnya sarana dan prasarana yang ada dalam menunjang program monitoring kualitas air sungai serta keterbatasan pengembangan sumber daya manusia guna pemahaman terhadap pengelolaan lingkungan. 0,159 0,151 0,150 1 2 1 0,159 0,302 0,150 Total 1,000 2,619 Dari hasil pembobotan Lampiran 9, 10, 11 dan 12 terhadap faktor-faktor yang berpengaruh seperti Tabel 31 dan 32, diperoleh hasil bahwa faktor-faktor eksternal peluang dan ancaman lebih kecil pengaruhnya dibandingkan faktor- faktor internal kekuatan dan kelemahan, terhadap pengelolaan perairan Sungai Batanghari. Rasio antara faktor-faktor eksternal dan internal sebesar 2,411 : 2,619. Selanjutnya, dengan model matriks SWOT, dihasilkan strategi-strategi seperti pada Tabel 33. Tabel 33. Matriks SWOT untuk Strategi Pengelolaan Perairan Sungai Batanghari IFAS EFAS Strengths S S 1 , S 2 , S 3 Weaknesses W W 1 , W 2 , W 3 Opportunies O O 1 O 2 ♦ Dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah kota dapat meningkatkan pelaksanaan pengelolaan dan penataan sumber daya Sungai Batanghari agar pemanfaatan perairan sungai Batanghari memperhatikan keberlanjutan ekosistem lingkungannya O 1 , S 3 , S 1 . Menjadikan Sungai Batanghari sebagai kawasan wisata perairan dengan menata kembali kawasan bantaran sungai melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam upaya mendorong kesejahteraan masyarakat serta dukungan SDM yang berkualitas dengan penerapan “water front city” untuk mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampahlimbah ke sungai O 2 , W 1 , W 3 . Treaths T T 1 T 2 T 3 ◦ Meningkatkan koordinasi antara sektor dan wilayah BP DAS Batanghari dalam upaya penguatan kelembagaan dan hukum guna pengelolaan perairan sehingga lebih mudah dalam melaksanakan monitoring dan penentuan kebijakan terhadap kondisi perairan Sungai Batanghari yang mengalami penurunan kualitas airnya akibat pencemaran yang terjadi S 2 , S 3, T 1 . ▪ Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan koordinasi antar dinasinstansi dalam upaya pencegahan pencemaran limbah di perairan Sungai Batanghari W 2 , T 2 , T 3 . Strategi-strategi di atas selanjutnya diurutkan menurut rangking berdasarkan jumlah skor unsur-unsur penyusunnya, sebagaimana disajikan pada Tabel 34. Tabel 34. Penentuan Prioritas Strategi Pengelolaan Perairan Sungai Batanghari No. Strategi Nilai Prioritas 1 2 3 4 Dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah kota dapat meningkatkan pelaksanaan pengelolaan dan penataan sumber daya Sungai Batanghari agar pemanfaatan perairan sungai Batanghari memperhatikan keberlanjutan ekosistem lingkungannya. Meningkatkan koordinasi antara sektor dan wilayah BP DAS Batanghari dalam upaya penguatan kelembagaan dan hukum guna pengelolaan perairan sehingga lebih mudah dalam melaksanakan monitoring dan penentuan kebijakan terhadap kondisi perairan Sungai Batanghari yang mengalami penurunan kualitas airnya akibat pencemaran yang terjadi. Menjadikan Sungai Batanghari sebagai kawasan wisata perairan dengan menata kembali kawasan bantaran sungai melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam upaya mendorong kesejahteraan masyarakat serta dukungan SDM yang berkualitas dengan penerapan “water front city” untuk mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampahlimbah ke sungai. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan koordinasi antar dinasinstansi dalam upaya pencegahan pencemaran limbah di perairan Sungai Batanghari. 3 + 4 + 3 = 10 4 + 3 + 1 = 8 4 + 1 + 1 = 6 2 + 2 + 2 = 6 1 2 3 4 Peringkat hasil formulasi strategi pengelolaan perairan Sungai Batanghari di Kota Jambi yang didasarkan pada pendapat pakar di bidang pengelolaan perairan Lampiran 9 sampai dengan 12 menyatakan bahwa “Dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah kota dapat meningkatkan pelaksanaan pengelolaan dan penataan sumber daya Sungai Batanghari agar pemanfaatan perairan sungai Batanghari memperhatikan keberlanjutan ekosistem lingkungannya” berada pada prioritas pertama dalam pelaksanaannya. Namun, secara teoritis dan pelaksanaannya lama ini di Indonesia, maka perlu dikaji kembali sebelum diimplementasikan secara nyata di lapangan. Apapun bentuk strategi dan kebijakan pemerintah bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka tujuan dari pengelolaan itu sendiri tidak akan pernah tercapai. Sumber daya manusia adalah ancaman bagi pelaksanaan kebijakan, strategi, program dan prosedur apabila tidak dikelola dengan baik. Sumber daya manusia adalah intellectual capital yang sangat berharga sebagai kunci sukses pelaksanaan pengelolaan. Di sisi lain peranan pemerintah juga sangat penting guna keberhasilan pelaksanaan strategi pengelolaan perairan ini. Pandangan terhadap lingkungan hidup yang masih sparsial selama ini merupakan salah satu kendala dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Lingkungan hidup masih dianggap sebagai kewajiban dari suatu instansi tertentu saja, tetapi belum dilihat sebagai bagian dari kewajiban bersama. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup selama ini, sering terjadi tumpang tindih antar sektor yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi antar dinasinstansi yang ada di daerah. Oleh sebab itu, adanya kesatuan pandangan terhadap lingkungan hidup menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan pengelolaan perairan di daerah. Bahwa lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama dinasinstansi untuk menjaga dan mengelolanya agar tetap lestari. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan koordinasi antar dinas instansi menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan strategi pengelolaan perairan Sungai Batanghari. Strategi pengelolaan perairan Sungai Batanghari tanpa dukungan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang memahami dan memiliki keperdulian terhadap lingkungan hidup serta koordinasi antar dinasinstansi hanya akan menyebabkan tidak terlaksananya pengelolaan perairan Sungai Batanghari secara optimal dan juga hanya memboroskan anggaran pembangunan daerah saja.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengukuran indeks STORET menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Batanghari berada pada kelas peruntukan IV berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Penurunan kualitas air Sungai Batanghari juga dapat di lihat dari kondisi makrozoobenthosnya yang memiliki indeks keanekaragaman H yang berkisar antara 0,37 – 1,521, keseragaman E yang berkisar antara 0,111 – 0,454 dan dominasi D yang berkisar antara 0,914 – 0,455 mengindikasikan bahwa perairan Sungai Batanghari berada pada tingkat pencemaran sedang hingga berat. 3. Pencemaran yang terjadi tersebut tidak hanya akibat pencemaran limbah dari aktivitas kegiatan industri karet remah saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi Sub DAS Batanghari hilir yang telah mengalami kerusakan dan masih adanya kebiasaan masyarakat yang kurang ramah terhadap lingkungan sehingga meningkatkan beban pencemaran yang terjadi di Sungai Batanghari. Industri karet remah sebagai penyumbang beban pencemaran terhadap Sungai Batanghari secara ekonomi masih sangat dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya yang sebagian bekerja di industri tersebut. Sedangkan bila dilihat dari sisi perekonomian Kota Jambi, industri tersebut termasuk industri yang padat tenaga kerja sehingga keberadaannya dapat mengatasi salah satu masalah ketenagakerjaan yang ada di Kota Jambi. Kontribusi terbesar yang diberikan oleh industri ini terhadap perekonomian daerah lebih bersifat luas sampai tingkat Provinsi disebabkan ketergantungan daerah kabupaten yang berada di sekitar Kota Jambi yang memiliki perkebunan karet sebagai bahan baku industri tersebut.