5.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat
5.5.1. Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat
Perubahan kualitas air pada suatu perairan sungai tidak hanya dilihat dari kondisi fisik, kimia dan biota perairannya saja. Tetapi harus
didukung juga oleh data keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bermukim di sepanjang pinggiran sungai tersebut, khususnya masyarakat yang masih
menggunakan air sungai untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Di sisi lain, aktivitas masyarakat yang berada di pinggiran sungai
dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Penurunan kualitas air sungai tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai tersebut. Berdasarkan penelitian terhadap aspek sosial masyarakat yang
berada di sepanjang pinggiran sungai dan dekat dengan industri karet remah, responden yang diwawancarai sebanyak 110 orang. Dari 110 responden
tersebut, 58,2 64 responden adalah laki-laki dan sisanya 41,8 46 responden adalah perempuan. Umur dari reponden berkisar antara 18 – 73
tahun dengan rincian sebagai berikut : 15,5 berusia 15 – 29 tahun, 62,7 berusia 30 – 59 tahun dan 21,8 berusia 60 tahun atau lebih Lampiran 6.
Dilihat dari tingkat pendidikannya, maka terdapat 5,5 6 responden tidak sekolah, 13,6 15 responden pernah sekolah SD tapi tidak
tamat, 34,6 38 responden berpendidikan SD, 22,7 25 responden berpendidikan SLTP, 22,8 25 responden berpendidikan SLTA dan 0,9
1 responden berpendidikan Perguruan Tinggi Lampiran 6. Ditinjau dari fungsi Sungai Batanghari sebagai sarana
perhubungan, pengairan dan perikanan, menyebabkan ada beragam mata pencaharian masyarakat yang berada di sekitar pinggirannya dan lokasi
industri karet remah. Dari kalangan responden menunjukkan bahwa 4,6 buruh tani, 1,8 petani pemilik, 0,9 nelayan, 0.9 pemilik tambak, 11,8
buruh industri, 10 buruh lainnya, 13,6 pedagangwarungan, 2,7 pegawai negeri, 1,8 guru madrasah, 8,2 pensiunan, 18,2 ibu rumah
tangga, 7,3 tukang perahu, 3,6 tukang ojek, 13,6 swasta dan 0,9 sisanya adalah tidak bekerja Lampiran 6 dan Gambar 21.
Gambar 21. Jenis Pekerjaan Responden Sebagian besar responden merupakan masyarakat yang telah lama
tinggal di sekitar pinggiran sungai dan dekat industri karet remah yaitu, 78,2 lebih dari 5 tahun tinggal di lokasi penelitian, 10,9 berkisar 1 – 5
tahun tinggal di lokasi tersebut dan sisanya sebesar 1,8 kurang dari 1 tahun Lampiran 6.
Adanya sebagian besar masyarakat yang telah lamanya tinggal di sekitar lokasi penelitian menunjukkan adanya interaksi yang telah
berlangsung lama antara masyarakat dengan sungai Batanghari dan industri karet remah. Di sisi lain, ada masyarakat yang bekerja di industri tersebut
yaitu 13 responden atau 11,8. Bila dilihat dari pendapatan responden maka dapat dibagi menjadi
56 62 responden berpendapatan kurang dari Rp 1 juta per bulan, 41 45 responden berpendapatan berkisar antara Rp 1 juta – Rp 2 juta dan 3
3 responden berpendapatan di atas Rp 2 juta Lampiran 6 dan Gambar 22.
Gambar 22. Pendapatan Responden
Pendapatan Responden
56 41
3 Kurang dari Rp. 1 juta
Rp. 1 juta sd Rp. 2 juta Di atas Rp. 2 juta
Jenis Pekerjaan Responden
12 10
13 3
2 8
17 7
4 14
1 1
1 5
2 Buruh Tani
Petani Pemilik Nelayan
Pemilik Tambak Buruh Industri
Buruh Lainnya Pedagangwarungan
Pegawai Negeri Guru Madrasah
Pensiunan Ibu Rumah Tangga
Tukang Perahu Tukang Ojek
Swasta Tidak Bekerja
Gambar 23. Kondisi Bangunan Rumah Pemukiman masyarakat di sepanjang pinggiran Sungai Batanghari
berbentuk rumah panggung. Sebagian besar bangunan tersebut telah dibangun dalam waktu yang cukup lama dan ada beberapa merupakan
bangunan tua. Namun cukup kokoh karena dibangun dengan kayu yang berkualitas baik. Oleh karena itu dari 110 responden, 81 kondisi bangunan
rumahnya terbuat dari papankayu, 17 yang dibangun dengan tembok dan 2 saja yang merupakan bangunan setengah tembok. Bangunan tembok dan
setengah tembok itu termasuk bangunan-bangunan baru Gambar 23. Pengelolaan sampah yang biasa dilakukan oleh masyarakat
sepanjang Sungai Batanghari yaitu 49 dibakar, 27 tidak diolah, 20 dibuang ke TPA, ditimbun dengan tanah dan dibakar serta 1 ditimbun
dengan tanah. Dari 110 responden yang memilih jenis tempat pembuangan sampah yaitu, 24 tongbak sampah, 22 di lubang sampah, 25
dikumpulkan di halaman, 24 dibuang ke sungai dan 5 di sembarang tempat Lampiran 6 dan Gambar 24.
Jenis Pembuangan Sampah
24 22
5 24
25 Tongbak Sampah
Lubang Sampah Sembarang Tempat
Sungai Dikumpulkan di halaman
Cara Pengolahan Sampah
27 1
49 3
20 Tidak diolah
Ditimbun dengan tanah Dibakar
Ditimbun dengan tanah dibakar
Dikumpulkan dibuang di TPA
Gambar 24. Jenis Tempat Pembuangan dan Cara Pengolahan Sampah
Kondisi Bangunan Rum ah
17 2
81 Tembok
12 Tembok PapanKayu
Kebiasaan masyarakat di sepanjang Sungai Batanghari dalam penggunaan air sungai untuk mandi cuci masih cukup besar yaitu mencapai
45 dari responden. Namun hanya sekitar 5 saja yang masih menggunakannya untuk masak. Sisanya untuk keperluan memasak
menggunakan PAMledeng 47, sumur gali 38 dan masing-masing 5 berasal dari sumur artesis dan membeli air air kemasan. Sedangkan untuk
mandi cuci sisanya, 27 menggunakan PAMledeng, 25 dari sumur gali dan 3 dari sumur artesis Lampiran 6 dan Gambar 25.
Perubahan penggunaan air sungai secara langsung untuk keperluan memasak lebih banyak dipengaruhi oleh adanya penurunan kualitas air
sungai dan kesadaran masyarakat karena semakin tingginya tingkat pengetahuan masyarakat. Sebanyak 5 masyarakat yang masih
menggunakan air untuk memasak pada umumnya adalah masyarakat yang tinggal di rumah terapung dan Kelurahan Sijenjang . Di mana masih terdapat
± 20 Kepala Keluarga yang tinggal di rumah terapung yang terletak di 2 dua RT di Kelurahan Tahtul Yaman yaitu RT 11 dan 12 serta masyarakat
Kelurahan Sijenjang masih belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM. Sebagian masyarakat di Kelurahan Sijenjang mendapatkan air
bersih dari industri karet remah crumb rubber.
Air Untuk Masak
38 5
47 5
5 Sumur Gali
Sumur Artesis PAMledeng
Beli Air termasuk Air Kemasan
Sungai
Air Untuk MandiCuci
25 3
27 45
Sumur Gali Sumur Artesis
PAMledeng Sungai
Gambar 25. Sumber Air yang Digunakan Masyarakat Untuk Keperluan Rumah Tangga.
Berdasarkan hasil analisis statistik korelasi rank spearman menunjukkan bahwa penggunaan air Sungai Batanghari pada berbagai
stasiun untuk mandi dan cuci memperlihatkan tidak adanya korelasi nyata
dan berhubungan positif terhadap kualitas air. Dengan menurunnya kualitas air maka penggunaan air sungai untuk mandi dan cuci juga cenderung
menurun. Di lain pihak, berkurangnya penggunaan air Sungai Batanghari oleh masyarakat tidak selalu disebabkan karena penurunan kualitas air, tapi
juga disebabkan oleh faktor pendidikan, pendapatan dan kompensasi dari pihak lain. Dari hasil analisis korelasi spearman, penggunaan air Sungai
Batanghari untuk mandi, cuci menunjukkan korelasi nyata dengan tingkat pendapatan.
Dalam membuang hajatnya, masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Batanghari masih cukup besar yang membuangnya di perairan
Sungai Batanghari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa masih ada 44 yang membuang hajatnya di sungai, 52 di jamban keluarga dan 4 di
jamban umum. Dari semuanya, hanya 50 yang memiliki septik tank kedap, sisanya 54 menyalurkan di sungai dan 6 cubluk Lampiran 6 dan
Gambar 26.
Tempat Buang Hajat
44 52
4 Sungai
Jamban Keluarga Jamban Umum
Gambar 26. Tempat Buang Hajat Masyarakat Cukup besarnya penggunaan sungai sebagai tempat membuang
hajat oleh masyarakat dipengaruhi oleh kultur budaya kebiasaan, di mana masyarakat merasa lebih nyaman bila membuang hajatnya di perairan sungai
dengan jamban-jamban terapung mereka. Walaupun ada sebagian responden yang telah memiliki septik tank WC di rumah mereka, tetapi mereka masih
tetap cenderung lebih banyak menggunakan sungai sebagai tempat membuang hajat mereka. Kebiasaan masyarakat ini memungkinkan
timbulnya dampak terhadap kesehatan terutama terhadap penggunaan air. Exkreta yang dibuang ke perairan merupakan cara transport utama bagi
penyakit bawaan air Sumirat, 2007 dan potensial mengandung mikroorganisme pantogen Abel, 1989. Kualitas mikrobiologi perairan
berhubungan dengan pencemaran oleh fecal manusia Shibata et. al, 2004. Penggunaan air Sungai Batanghari yang telah mengalami
penurunan kualitasnya untuk mandi dan cuci akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Pencemaran mikrobiologi oleh bakteri, virus dan
protozoa atau mikroorganisme lainnya dan selanjutnya sangat beresiko terhadap penggunaan air untuk minum atau penggunaan lainnya oleh
manusia langsung maupun tidak langsung Asano dan Cotruvo, 2004. Pencemaran mikrobiologi di perairan merupakan penyebab utama
terinfeksinya suatu penyakit dan salah satunya yang utama adalah diare yang bersifat kronik Wenhold dan Feber, 2009. Parameter E. Coli merupakan
standar dasar yang digunakan untuk menentukan adanya mikrobiologi pantogen. Hal ini dapat diidentifikasi dari keluhan masyarakat terhadap
penyakit yang timbul. Keluhan penyakit yang berkaitan langsung dengan penggunaan air sungai adalah penyakit kulit gatal-gatal, kadas, kurap dan
panu dan penyakit perut muntaber, tipus, kolera, disentri. Dari wawancara dengan responden yang mengalami penyakit perut 2 dan penyakit kulit
gatal-gatal 8. Sisanya, 57 tidak ada keluhan sakit, 28 influensa, 2 dan 3 selanjutnya penyakit influensa dan penyakit gatal-gatal serta
penyakit lainnya Lampiran 6 dan Gambar 27.
Penyakit yang diderita
57 28
2 8
23 Tidak sakit
Influensa Penyakit Perut
Penyakit Gatal-gatal Influensa dan penyakit
gatal-gatal Lainnya
Gambar 27. Jenis Penyakit yang Diderita oleh Masyarakat Penyakit, sanitasi dan higienis berhubungan erat dengan air. Di
mana air, sanitasi dan higienis secara bersamaan berpotensi menimbulkan penyakit, termasuk jalur penularannya. Penularan yang dapat terjadi yaitu :
1 masuknya pencemaran ke perairan seperti mikroorganisme pantogen dan pencemar kimia; 2 tidak higienis misalnya penyakit scarbies dan
trachoma disebabkan oleh kekurangan air; 3 buruknya kebersihan seseorang, domestik dan pertanian karena adanya pencemaran air untuk
irigasi dan mencuci; 4 bersentuhan dengan air tercemar misalnya Schitosoma spp
; 5 tempat hidup vektor penyakit misalnya malaria Wenhold dan Feber, 2009.
Dari pengamatan, masyarakat yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci tidak merasakan keluhan apa-apa karena menganggap hal itu
telah terbiasa bagi mereka. Berdasarkan data kunjungan pasien yang mengeluh sakit di puskesmas lokasi penelitian selama tahun 2007 dapat
ditunjukkan bahwa penyakit perut dan penyakit kulit termasuk dalam 10 penyakit terbesar yang di derita oleh masyarakat Lampran 8. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada hubungannya dengan kualitas air yang mereka gunakan untuk mandi dan cuci Gambar 28 dan 29.
Penyakit Terbesar di Puskesmas Sijenjang
20 40
60 80
100 120
140 160
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan Ju
m lah
P a
si en
Penyakit lain saluran nafas atas
Penyakit lainnya Gastritis
Penyakit lainnya Rhematik
Penyakit kulit alergi
Penyakit Kulit Infeksi
Gambar 28. Penyakit Terbesar di Puskesmas Sijenjang Tahun 2007
Penyakit Terbesar di Puskemas Tahtul Yaman
100 200
300 400
500 600
700
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan Ju
m lah
P as
ien
Infeksi Akut Lain Saluran Nafas Atas
Penyakit Sistem Otot Jaringan Ikat
Penyakit kulit alergi Diare
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Gambar 29. Penyakit Terbesar di Puskesmas Tahtul Yaman Tahun 2007
5.5.2. Persepsi Masyarakat