yang produktif dan ideal untuk usaha perikanan adalah perairan yang pH-nya berkisar antara 6,5 – 8,5.
Air limbah industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya
rendah. Adanya komponen besi sulfur FeS
2
dalam jumlah tinggi di dalam air akan juga akan meningkatkan keasamannya, karena FeS
2
dengan udara dan air akan membentuk H
2
SO
4
dan besi Fe yang larut. Perubahan keasaman pada air limbah, baik ke arah alkali pH naik maupun ke arah asam pH turun,
akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air. Selain itu, air limbah yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering
mengakibatkan pipa besi menjadi berkarat. Nilai pH yang baik untuk air minum dan air limbah adalah netral pH 7, air limbah yang memiliki pH yang
tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihan Sugiharto, 1987.
Mengingat nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air, termasuk zat-zat yang secara kimia maupun biokimia tidak stabil, maka
penentuan nilai pH harus dilakukan seketika setelah contoh diambil dan tidak dapat diawetkan. Dengan demikian nilai pH yang diperoleh di suatu perairan
itu adalah nilai yang tepat dan dapat dipercaya.
2.7.1.5. Oksigen Terlarut DO
Gurnham 1965 menyatakan bahwa oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan miligram per
liter. Oksigen terlarut dipergunakan sebagai indikator pencemaran limbah organik dalam perairan, semakin besar oksigen terlarut menunjukkan tingkat
pencemaran relatif kecil. Menurut Fardiaz 1992, suatu perairan dikatakan telah tercemar, bila konsentrasi oksigen terlarutnya telah menurun sampai
dibawah batas yang dibutuhkan untuk kehidupan biota. Oksigen terlarut dalam perairan sangat penting untuk mendukung
kehidupan organisme perairan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya. Menurut Mason 1981, oksigen dipakai oleh organisme pengurai bakteri dan
jamur dalam proses penguraian bahan organik. Selain itu oksigen terlarut penting untuk respirasi organisme air Goldman dan Horne, 1983.
Golman dan Horne 1983 menyatakan bahwa, oksigen terlarut di dalam perairan bersumber dari difusi langsung melalui lapisan permukaan dan proses
fotosintesis organisme nabati. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu air dan tekanan parsial oksigen di atmosfir. Penyebab utama
berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air adalah adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama
terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik yang berasal dari berbagai sumber, seperti kotoran hewan dan manusia, sampah organik, bahan-bahan
buangan dari industri dan rumah tangga. Sebagian besar dari zat pencemar yang memerlukan oksigen terlarut adalah senyawa organik.
Kandungan oksigen terlarut dalam suatu perairan sangat menentukan penyebaran hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Menurut Warren 1971
kandungan oksigen terlarut yang sangat rendah akan mengurangi jumlah jenis invetebrata yang berukuran besar, sedangkan cacing Tubefex sp, larva nyamuk
dan cacing-cacing lainnya didapatkan berlimpah. Tingginya kandungan oksigen terlarut di sungai dapat disebabkan
karena sungai relatif dangkal dan adanya turbelensi gerakan air Odum, 1971. Lee et al. 1978 membedakan kualitas air sungai yang terpengaruh oleh zat
pencemar berdasarkan kandungan oksigen terlarut dalam air tersebut, seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Kualitas Air Sungai berdasarkan Kandungan Oksigen
Terlarut
No. Kriteria KualitasAir
Kandungan Oksigen Terlarut mgl
1. Tidak tercemar dan tercemar sangat ringan
6,5 2.
Tercemar ringan 4,5 – 6,4
3. Tercemar sedang
2,0 – 4,4 4.
Tercemar berat 2.0
Sumber : Lee et al. 1978
2.7.2. Parameter Biokimia Perairan