Derajat Kemasaman pH Parameter Fisik – Kimia Perairan 1. Suhu Air

sebagai partikel terlarut, sedangkan partikel yang tidak lolos pada saringan tersebut dikenal sebagai partikel tersuspensi Putri, 2001. Padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis, selain itu padatan tersuspensi juga mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Selain mengandung padatan tersuspensi, air limbah juga mengandung koloid, misalnya protein. Air limbah industri mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung pada jenis industrinya. Air limbah industri makanan, terutama industri fermentasi, dan industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi. Jumlah padatan tersuspensi dalam air dapat diukur dengan Turbidimeter. Padatan tersuspensi suatu sampel air adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, biasanya dinyatakan dalam miligram per liter atau ppm. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan air buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan domestik maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Pescod 1973 menyatakan agar kandungan padatan tersuspensi tidak lebih dari 1000 mgl.

2.7.1.4. Derajat Kemasaman pH

Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Adanya karbonat hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam meneral bebas dan asam karbonat menaikkan kemasaman. Perairan yang bersifat asam lebih banyak dibandingkan dengan perairan alkalis. Mahida 1981 menyatakan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai pH antara lain buangan industri dan rumah tangga. Nilai pH air dapat mempengaruhi jenis susunan lingkungan perairan dan mempengaruhi tersedianya zat-zat hara dan toksisitas dari unsur-unsur renik McNeely et al, 1979. Rahayu 1991, menyatakan bahwa suatu perairan yang produktif dan ideal untuk usaha perikanan adalah perairan yang pH-nya berkisar antara 6,5 – 8,5. Air limbah industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya rendah. Adanya komponen besi sulfur FeS 2 dalam jumlah tinggi di dalam air akan juga akan meningkatkan keasamannya, karena FeS 2 dengan udara dan air akan membentuk H 2 SO 4 dan besi Fe yang larut. Perubahan keasaman pada air limbah, baik ke arah alkali pH naik maupun ke arah asam pH turun, akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air. Selain itu, air limbah yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering mengakibatkan pipa besi menjadi berkarat. Nilai pH yang baik untuk air minum dan air limbah adalah netral pH 7, air limbah yang memiliki pH yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihan Sugiharto, 1987. Mengingat nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air, termasuk zat-zat yang secara kimia maupun biokimia tidak stabil, maka penentuan nilai pH harus dilakukan seketika setelah contoh diambil dan tidak dapat diawetkan. Dengan demikian nilai pH yang diperoleh di suatu perairan itu adalah nilai yang tepat dan dapat dipercaya.

2.7.1.5. Oksigen Terlarut DO