Ketergantungan masyarakat terhadap lahan garapan di dalam kawasan

39 dipertahankan kelestariannya. Juga mengharapkan proses interaksi dari faktor- faktor ekologis dari ekosistem dapat berlangsung sebagaimana mestinya tentunya melalui aplikasi prinsip-prinsip sistem silvikultur. Hal ini akan mendorong pemulihan sumberdaya hutan kawasan TNGGP dan mencegah terjadinya bencana kepunahan kekayaan biodiversitas terutama jenis endemik Gunung Gede Pangrango di masa datang. Dalam pengembangan model restorasi maka perlu dibuat analisis potensi SDA atau SDH yang terdapat di dalam ekosistem kawasan perluasan TNGGP, analisis alokasi penggunaannya, analisis kondisi SDA dan SDH di kawasan perluasan saat ini dan tingkat kebutuhan restorasi kawasan jenis dan luas penutupan lahan TNGGP faktual. Aspek sosial-ekonomi Aspek sosial-ekonomi terfokus pada komponen sosial ekonomi petani. Aspek sosial ekonomi mengharapkan adanya kesadaran sosial semua pihak untuk menjaga kelestarian SDH dengan segala kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di dalam dan di sekitar TNGGP sesuai dengan posisi dan kedudukan masing- masing. Pemerintah diharapkan mampu melakukan penanggulangan baik fisik maupun sosial dampak terjadinya kerusakan pada ekosistem kawasan TNGGP. Masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi terhadap kelestarian SDH beserta kekayaan keanekaragaman hayatinya. Masyarakat di sekitar kawasan TNGGP diharapkan terlibat aktif dalam kegiatan restorasi kawasan perluasan TNGGP dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi terhadap kepentingan pelestarian kawasan konservasi TNGGP. Hal ini bisa diwujudkan dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan restorasi dan dalam pengelolaan SDH yang ada di dalam kawasan perluasan TNGGP. Disamping itu, aspek sosial-ekonomi juga dimaksudkan agar kegiatan restorasi bisa dilakukan guna menyelamatkan kepentingan ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan restorasi dan pengelolaan SDA dan SDH di dalam dan di sekitar kawasan perluasan TNGGP. Dalam hal ini bagaimana bentuk pelibatan masyarakat pada kegiatan restorasi kawasan TNGGP yang menjamin akses dan kontrol serta hak masyarakat terhadap penggunaan dan pemanfaatan komponen produksi yang ada pada SDA dan SDH di kawasan perluasan dapat berjalan atas dasar prinsip keadilan. Masyarakat harus diutamakan dalam mendapatkan insentif 40 dari kegiatan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Untuk mendukung penyusunan konsep dan pengembangan model restorasi maka diperlukan analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan perluasan. Aspek Relasional Pemanfaatan SDA dan SDH Aspek relasional pemanfaatan SDA dan SDH mencakup bentuk-bentuk hubungan antara komponen-komponen aktor atau kekuasaan dan kepentingan dan pengaruh masyarakat terhadap sumberdaya alam atau sumberdaya hutan di dalam kawasan taman nasional termasuk di dalamnya komponen peraturan per-undangan dalam pengelolaan taman nasional dan praktik restorasi. Aspek relasional pemanfaatan SDA dan SDH ini merupakan bagian dari aspek kelembagaan yang mengharapkan adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan restorasi kawasan konservasi yang bertitik bertolak pada kebutuhan, sikap, dan preferensi masyarakat serta terciptanya kelembagaan masyarakat atas dasar prinsip kesetaraan dan demokratis. Juga mengharapkan adanya aturan per-undangan yang menjamin kepentingan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan restorasi biodiversitas kawasan konservasi dan yang terlibat konflik pemanfaatan SDA dan SDH di kawasan perluasan sehingga semua kepentingan khususnya kepentingan masyarakat dapat terakomodir secara optimum. Dengan demikian perlu dibangun bentuk sistem pelibatan masyarakat dalam kegiatan restorasi biodiversitas kawasan TNGGP. Komponen rancangan penelitian pada aspek- aspek perumusan model kelembagaan restorasi biodiversitas kawasan konservasi dengan Konsep Taman Plasma Nutfah yang menjamin pengembalian hak akses masyarakat dan pemulihan fungsi dan peran taman nasional secara ringkas tertuang dalam Tabel 1.