36
3. Luas penguasaan lahan dimaksudkan sebagai jumlah total luas lahan yang
dikuasai oleh petani penggarap berupa lahan pertanian di luar kawasan sawah dan tegal dan atau lahan garapan di dalam kawasan hutan garapan
sawah dan kebun. Luasan penguasaan lahan mencerminkan keterkaitan hubungannya dengan kecukupan luasan lahan usaha tani yang dipunyai oleh
petani penggarap guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Luas atau sempitnya penguasaan lahan oleh petani penggarap menunjukkan besar kecilnya
kekuatan pendorong bagi petani untuk mempertahankan lahan garapannya yang berkorelasi dengan tingkat ketergantungan petani penggarap terhadap
lahan garapan di dalam kawasan hutan. Untuk budaya petani Jawa dikenal
istilah 1 satu ‘Bahu’ untuk menyatakan luas penguasaan lahan sawah yang
mencukupi kebutuhan hidup keluarga petani. Satu ‘Bahu’ adalah satuan luas
lahan yang sama dengan 500 Rhu. 1 satu Rhu sama dengan 3,75 X 3,75 m
2
pembulatan = 14 m
2
4. Pembobotan jenis lahan sawah dan tegal dilakukan berdasarkan asumsi
produktivitas jenis lahan produktivitas sawah hampir 1,5 X lipat dibandingkan lahan tegal sehingga diperoleh luas lahan tegal adalah 1 satu
HaKK petani relatif setara dengan luas lahan sawah 0,7 Ha.
sehingga 1 satu bahu = 0,7 Ha. Hasil penelitian Gaol
2011 di daerah Deli Serdang Sumatera Utara menunjukkan temuan luas penguasaan lahan petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebesar 0,66
hektar. Tentunya latar belakang budaya dan karakteristik petani di Jawa berbeda dengan di Deli Serdang namun menunjukkan besarnya luas
penguasaan lahan yang hampir sama untuk memenuhi kebutuhan hidup petani. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan asumsi bahwa luas
lahan sawah 0,7 Ha sebagai setandar relatif luas lahan usaha tani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup petani dengan layak.
5. Faktor kesetaraan luas lahan garapan adalah nilai konstanta yang dihitung
berdasarkan luas efektif lahan garapan di dalam kawasan hutan. Perhitungan tersebut mempertimbangkan jarak tanaman partisipan terhadap tanaman
pokok restorasi sesuai dengan jangka waktu dan perkembangan tanaman restorasi.
37
6. Pengukuran tingkat beban ketergantungan keluarga petani penggarap
mengacu pada rumus ‘Dependency Ratio’ Lembaga Demografi FE-UI, 1981 melalui penilaian atas ‘jumlah anggota keluarga keseluruhan dikurangi
jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja, kemudian hasilnya dibagi jumlah anggota keluarga yang bekerja. Besar kecilnya tingkat beban
tanggungan keluarga mempengaruhi tingkat ketergantungan petani penggarap
terhadap lahan yang menjadi tumpuan penghidupan keluarganya.
7. Keluarga dengan 2 orang anak status istri tidak bekerja adalah kondisi wajar dan sering digunakan untuk penentuan standar kesejahteraan keluarga
sehingga dijadikan sebagai dasar penentuan kategori ketergantungan keluarga. Keluarga dengan tingkat beban tanggungan kepala keluarga
sebanyak 3 dapat dijadikan sebagai standar tingkat beban ketergantungan
keluarga dalam kategori ‘SEDANG’. 8. Sumber nafkah sampingan adalah jenis pekerjaan lain yang dimiliki petani
penggarap selain pekerjaan pokoknya sebagai petani sawah atau peladang. Berdasarkan peluang untuk mendapatkan besarnya nilai tambahan
penghasilan, maka dapat dilakukan skoring terhadap variasi jenis sumber nafkah sampingan. Semakin besar nilai tambahan penghasilan yang diperoleh
dari suatu jenis sumber nafkah sampingan maka jenis sumber nafkah pekerjaan sampingan tersebut memiliki skor yang semakin tinggi, dan
sebaliknya. Skor sumber nafkah adalah rata-rata skor pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Jika skor pekerjaan sampingan lebih rendah daripada
skor pekerjaan pokok, maka skor sumber nafkah mengikuti skor pekerjaan sampingan yang sesungguhnya adalah pekerjaan pokok responden
berdasarkan fakta lapangan.
9. Ketergantungan masyarakat terhadap lahan garapan di dalam kawasan
diukur berdasarkan faktor penguasaan lahan, sumber nafkahjenis pekerjaan sampingan yang dimiliki petani penggarap, dan tingkat beban ketergantungan
keluarga petani penggarap lahan yang ada di dalam kawasan konservasi.
Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan garapan didalam
kawasan hutan merupakan rata-rata skor 3 tiga komponen penyusunnya tersebut.