33 keragaman jenis vegetasi, kesesuaian lahan dan alokasi penggunaannya,
kondisi dan potensi SDH, tingkat kebutuhan restorasi, dan sejarah lanskap kawasan historical lanscape.
2. Aspek sosial-ekonomi ditekankan pada masyarakat petani penggarap lahan,
mendeskripsikan karakteristik kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar TNGGP khususnya petani penggarap lahan hutan, sikap masyarakat terhadap
usaha pelestarian alam atau isu konservasi termasuk di dalamnya kegiatan restorasi, preferensi masyarakat terhadap jenis tanaman restorasi, tingkat
beban tanggungan keluarga petani penggarap lahan, dan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan. Dengan demikian diperlukan
ukuran-ukuran hasil analisis tentang: kesejahteraan cq pendapatan keluarga petani penggarap, tingkat beban tanggungan keluarga, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat, sikap masyarakat, dan preferensi komoditas atau jenis tanaman untuk aktivitas restorasi.
3. Aspek Relasional Pemanfaatan SDA mendeskripsikan kekuasaan powers
dalam akses sumberdaya lahan, konflik penggunaan SDL dan pemanfaatan SDH, bentuk hubungan relasional penggunaan SDL, tipologi masyarakat
petani penggarap lahan kawasan perluasan TNGGP, akses sebelum dan sesudah penetapan perluasan kawasan TNGGP, tipe akses masyarakat
terhadap lahan, dan pola akses masyarakat dalam pemanfaatan SDH dan penggunaan SDL. Dengan demikian diperlukan ukuran-ukuran hasil analisis
tentang: tingkat ketergantungan terhadap SDA khususnya SDL, akses, dan peraturan perundangan terkait restorasi.
4. Pengertian biodiversitas
secara umum mengacu pada konsep
keanekaragaman hayati sebagaimana tertuang dalam UU N0.5 Tahun 1994 pasal 2 yaitu keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber,
termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekosistem. Keanekaragaman hayati dapat juga diartikan sebagai
berbagai bentuk kehidupan, peranan ekologi yang dimilikinya dan keanekaragaman plasma nutfah yang terkandung Wilcox, 1984 dalam
34 Mackinnon, 1990. Biodiversitas dalam penelitian ini berorientasi pada
konsep spesies jenis yang meliputi flora dan fauna asli dan atau endemik. Namun dibatasi pada flora saja yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
restorasi kawasan konservasi.
5. Sumber daya hayati mencakup sumber daya genetik, organisme atau
bagiannya, populasi atau komponen biotik ekosistem-ekosistem lain dengan manfaat atau nilai yang nyata atau potensial untuk kemanusiaan UU No 5
Tahun 1994 pasal 2. 6. Wawancara dilakukan terhadap informan yang didapatkan melalui metode
bola salju snowball, terdiri atas petani penggarap, tokoh masyarakat, pegawai, dan petugas BBTNGGP. Pelaksanaan wawancara kepada petani
penggarap menggunakan pembantu peneliti berpendidikan SLAsederajat atau tokoh masyarakat yang berfungsi untuk mengatasi hambatan psikologis
dan untuk menerjemahkan isi wawancara kedalam bahasa Sunda sehingga informasi yang diharapkan dari tujuan wawancara benar-benar dipahami oleh
petani penggarap.
7. Penguasaan lahan di luar kawasan konservasi adalah jumlah luas lahan
usaha pertanian yang dikuasai oleh masyarakat, berupa hak milik, sewa, atau gadai. Karakter luasan penguasaan lahan di luar kawasan terkait dengan besar
kecilnya dorongan untuk mempertahankan penguasaan lahan garapan di dalam kawasan konsrvasi. Semakin kecil luasan penguasaan lahan usaha
pertanian di luar kawasan maka dorongan untuk mempertahankan lahan garapan yang ada di dalam kawasan konservasi akan semakin besar, apalagi
jika masyarakat tersebut tidak mempunyai kapasitas penguasaan lahan usaha pertanian landless. Besarnya dorongan untuk mempertahankan penguasaan
lahan garapan di dalam kawasan tersebut menunjukkan besarnya ketergantungan masyarakat terhadap lahan garapan yang ada di dalam
kawasan konservasi.
8. Penguasaan lahan garapan di dalam kawasan konservasi adalah jumlah
luas lahan garapan yang dikuasai oleh masyarakat melalui berbagai macam cara akses. Karakter luasan penguasaan lahan di dalam kawasan sama dengan
karakter penguasaan lahan usaha pertanian di luar kawasan konservasi.