Latar Belakang Institutional model of conservation area biodiversity restoration by germplasm park concept

3 termasuk SDH yang terdapat di dalam dan di sekitar kawasan TNGGP saat ini hanya berorientasi pada nilai ekonomis saja seperti dalam bentuk ppenggunaan lahan dan pemungutan hasil hutan untuk mendapatkan sumber pendapatan. Hal ini tidak terlepas dari sejarah pengelolaan kawasan perluasan sebelumnya. Perubahan status fungsi kawasan juga menyebabkan masyarakat khususnya petani penggarap eks program PHBM - Perum Perhutani kehilangan hak akses terhadap penggunaan sumberdaya lahan SDL di kawasan perluasan tersebut. Perlindungan TNGGP adalah perlindungan terhadap keutuhan kawasan dan biodiversitas yang terkandung di dalamnya Basuni, 2003. Restorasi biodiversitas merupakan salah satu kegiatan konservasi yang bertujuan untuk mengembalikan keaslian biodiversitas dalam rangka pemulihan fungsi dan peranan taman nasional dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kawasan konservasi. Restorasi biodiversitas di kawasan perluasan TNGGP merupakan kebutuhan mendesak bagi BB TNGGP dan hingga saat ini belum ditemukan model restorasi yang efektif. Pelibatan masyarakat sekitar taman nasional khususnya dan stakeholders pada umumnya dalam kegiatan restorasi biodiversitas dimaksudkan untuk mengembalikan hak akses masyarakat yang tercabut dan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi mereka dalam konteks pencapaian tujuan restorasi kawasan perluasan TNGGP. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat dua masalah penting terkait dengan restorasi kawasan perluasan TNGGP ini yaitu masalah vegetasi eksotik antropogenik di kawasan perluasan TNGGP masalah ekologi dan masalah tercabutnya hak-hak masyarakat khususnya hak akses terhadap kawasan masalah kelembagaan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah model restorasi biodiversitas yang efektif yang dapat diterima para pemangku kepentingan stakeholders terkait, khususnya masyarakat sekitar TNGGP sebagai aktor utama munculnya permasalahan pemanfaatan SDA dan akses atas SDA di kawasan perluasan TNGGP, dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekologis, sosial ekonomi, dan kelembagaaan. 4

1.2. Perumusan Masalah

Masalah restorasi kawasan perluasan TNGGP bersumber pada karakteristik kondisi biofisik atau ekologis kawasan perluasan dan variasi kepentingan stakeholders yaitu nilai keaslian jenis bagi BB TNGGP, kepentingan ekonomi bagi masyarakat, dan kepentingan stakeholder lain terhadap kawasan perluasan. Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa terdapat dua masalah penting terkait dengan restorasi kawasan perluasan TNGGP ini yaitu masalah vegetasi eksotik antropogenik di kawasan perluasan TNGGP masalah ekologi dan masalah tercabutnya hak-hak masyarakat khususnya hak akses terhadap kawasan masalah kelembagaan. Ruang lingkup penelitian dan pembatasan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah permasalahan restorasi biodiversitas kawasan perluasan TNGGP khususnya vegetasi eksotik antropogenik yang terkait dengan permasalahan akses masyarakat sekitar TNGGP terhadap lahan di dalam kawasan. Secara spesifik adalah perumusan model kelembagaan restorasi biodiversitas dengan konsep Taman Plasma Nutfah TPN sebagai pendekatan restorasi biodiversitas di kawasan perluasan TNGGP dengan melibatkan masyarakat sekitar TNGGP dalam melaksanakan kegiatan restorasi kawasan konservasi. Biodiversitas dibatasi pada sumberdaya alam hayati asli yang berasal dari kawasan TNGGP. Pelibatan masyarakat di sekitar kawasan TNGGP dalam kegiatan restorasi biodiversitas pada kawasan perluasan TNGGP mutlak diperlukan untuk meminimalisir bentuk-bentuk tekanan terhadap kawasan TNGGP sejalan dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat dan untuk menjamin agar pengelolaan TNGGP dapat dilakukan sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan taman nasional. Penelitian ini mencoba merumuskan suatu alternatif model konseptual restorasi biodiversitas pada kawasan konservasi yang menghubungkan aspek biofisik dan perilaku stakeholders melalui perumusan kelembagaan restorasi dengan konsep TPN dengan pelibatan semua stakeholder terkait restorasi dalam rangka pemulihan fungsi dan peran taman nasional dan pengembalian hak akses masyarakat khususnya mayarakat sekitar kawasan konservasi. Konsep TPN ini diharapkan dapat menjadi landasan berpikir dan 5 bertindak dalam pencapaian tujuan yang diinginkan dalam restorasi kawasan perluasan TNGGP khususnya dan tujuan pengelolan TNGGP pada umumnya yaitu kelestarian biodiversitas dan fungsi SDA dan atau SDH beserta ekosistemnya, serta kesejahteraan masyarakat sekitar taman nasional. Pola biofisik kawasan mencerminkan karakteristik biofisik-ekologis kawasan dan tujuan restorasi biodiversitas sebagai landasan pemanfaatan kawasan perluasan. Varian desain fisik TPN dirumuskan berdasarkan hasil kajian dan perumusan pola biofisik, preferensi jenis tanaman dan pola penggunaan kawasan dengan mempertimbangkan tuntutan restorasi dan unsur pelibatan masyarakat petani penggarap lahan. Kondisi biofisik dan tipologi masyarakat dianalisis dan disintesis direkayasa untuk penyusunan kelembagaan restorasi biodiversitas. Rekayasa sosial bertujuan untuk membangun kelembagaan yang sesuai dengan karakteristik permasalahan restorasi. Aspek-aspek yang terkait dengan masalah pelaksanaan restorasi dan tujuan perumusan kelembagaan restorasi dengan konsep TPN mencakup aspek biofisik- ekologis, aspek sosial ekonomi, dan aspek relasional pemanfaatan SDA. Komponen-komponen dari ketiga aspek tersebut saling berinteraksi dan memunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan restorasi yang sesuai dengan karakteristik kondisi biofisik-ekologis sasaran kegiatan restorasi dan aspirasi masyarakat terkait akses penggunaan sumberdaya lahan di dalam kawasan perluasan TNGGP, yang merupakan keterpaduan pencapaian tujuan restorasi ekologis dan tujuan ekonomi masyarakat sesuai dengan potensi dan daya dukung kawasan. 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan restorasi yang mencerminkan kesesuaian karakteristik biofisik-ekologis kawasan dan kepentingan stakeholder terkait dengan pelaksanaan kegiatan restorasi kawasan perluasan TNGGP dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi dan menjamin pengembalian hak akses masyarakat 3. Bagaimana implementasi bentuk dan pola pelibatan masyarakat yang sekaligus merupakan titik temu berbagai kepentingan stakeholder dalam pengelolaan kawasan perluasan yang menjamin partisipasi masyarakat dan 6 stakeholder lain dalam rangka untuk pencapaian tujuan konservasi dan pemulihan fungsi dan peran kawasan konservasi sesuai dengan tujuan penetapan taman nasional.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan pokok penelitian adalah untuk merumuskan model kelembagaan restorasi biodiversitas kawasan konservasi dengan konsep TPN yang menjamin pengembalian hak akses masyarakat dan pemulihan fungsi dan peran taman nasional. Tujuan khusus penelitian merupakan penjabaran elemen-elemen yang terkait dengan tujuan pokok, antara lain mencakup: 1. Menentukan pola penggunaan kawasan perluasan berdasarkan unsur resiko lingkungan dari variasi pola biofisik dan variasi jenis tanaman yang akan digunakan dalam kegiatan restorasi. 2. Menentukan desain fisik TPN sebagai model restorasi biodiversitas berdasarkan kesesuaian pola penggunaan kawasan dengan unsur pelibatan masyarakat dalam rangka pelaksanaan kegiatan restorasi, yang merupakan wujud win-win solution dari kepentingan stakeholder. 3. Merumuskan model kelembagaan restorasi biodiversitas kawasan konservasi yang menjamin pelibatan masyarakat petani penggarap lahan hutan dalam pengelolaan SDH di kawasan konservasi khususnya dalam pengelolaan pelaksanaan kegiatan restorasi untuk pemulihan fungsi dan peran taman nasional.

1.4. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian mencakup: 1. Kawasan perluasan TNGGP, meliput i: a lahan budidaya pertanian ex lahan PHBM, berbagai jenis tanaman pertanian, b lahan kosong penutupan tajuk vegetasi 30 c lahan-lahan bekas RKT Perum Perhutani HP dan HPT, d tegakan hutan jenis eksotik Eucalyptus, Pinus, Damar, dan Kayuputih, e hutan alam sekunder.