Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Kawasan Perluasan TNGGP

Kondisi Ekologis kawasan TNGGP Berdasarkan data statistik BBBTNGGP 2009 TNGGP merupakan kawasan perwakilan ekosistem hutan hujan pegunungan di Pulau Jawa. Kelembaban udara 80-90 memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis lumut pada batang, ranting, dan dedauanan pepohonan yang ada. Pada ketinggian 1500-2000 m dpl terdapat tanah ‘peaty soil’ akibat terhambatnya aktivitas biologi dan pelapukan kimiawi. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, di kawasan TNGGP secara umum terdapat tipe ekosistem sebagai berikut: a ekosistem hutan pegunungan bawah Sub Montana, ≤1.500 m dpl, b ekosistem hutan pegunungan atas Montana, 1.500-2.400 m dpl, c ekosistem sub alpin 2.400 m dpl. Selain tiga tipe ekosistem utama tersebut ditemukan beberapa tipe ekosistem khas yang tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat antara lain: a ekosistem rawa, b ekosistem kawah, c ekosistem alun-alun, d ekosistem danau, dan e ekosistem hutan tanaman Data statistik BBTNGGP, 2009. Ekosistem hutan Sub Montana dan Montana memiliki keanekaragaman hayati vegetasi yang tinggi dengan pohon-pohon besar, tinggi dan memiliki 3 strata tajuk. Strata paling tinggi 30 – 40 m didominasi oleh jenis litsea spp. Data statistik BBTNGGP, 2009 Berdasarkan data statistik BBTNGGP 2009 dan hasil interpretasi citra landsat 2011 dapat disimpulkan bahwa pada kawasan perluasan TNGGP terdapat 3 tiga tipe ekosistem: a ekosistem hutan pegunungan bawah atau sub montana, b ekosistem danau, dan c ekosistem hutan tanaman. Tanah dan Topografi Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat PUSLITTAN Agroklimat, 1966 dalam Ditjen PHKA, 2008 jenis-jenis tanah yang mendominasi kawasan TNGGP terdiri dari: a Latosol coklat tuff volkan intermedier, terdapat pada lereng paling bawah, di bagian dataran rendah. b Asosiasi andosol coklat dan regosol coklat, terdapat pada lereng yang lebih tinggi. c Kompleks regosol kelabu dan litosol, abu pasir, tuff, dan batuan vulkan intermedier sampai dengan basis, terdapat di kawasan Gunung Gede –Gunung Pangrango yang berasal dari lava dan batuan hasil kegiatan gunung berapi. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa kondisi topografi kawasan perluasan tidak berbeda dengan topografi yang secara umum ada di kawasan TNGGP, mulai dari topografi datar sampai bergunung. Kawasan TNGGP merupakan rangkaian gunung berapi, terutama Gunung Gede 2.958 m dpl dan Gunung Pangrango 3.019 m dpl. Topografi kawasan bervariasi, mulai dari topografi landai hingga bergunung mulai ketinggian 700 m hingga 3000 m dpl, banyak terdapat jurang dengan kedalaman hingga 70 m. Sebagian besar kawasan TNGGP merupakan dataran tinggi tanah kering dan sebagian kecil lagi merupakan daerah rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum yaitu Rawa Gayonggong. Pada bagian Selatan kawasan yaitu daerah Situgunung, memiliki kondisi lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit seperti bukit Masigit dengan kelerengan 20-80 . Kawasan Gunung Gede yang terletak di bagian Timur dihubungkan Gunung Pangrango oleh punggung bukit yang berbentuk tapal kuda, sepanjang ± 2.500 meter dengan sisi-sisinya yang membentuk lereng-lereng curam berlembah menuju dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Data kelas lereng kawasan TNGGP seperti pada Tabel 10. Tabel 10 Data Kelas Lereng Kawasan TNGGP Simbol Kelas Lereng Luas ha Persentase Keterangan A 0-3 3.543,75 15,51 Datar B 3-8 1.675,50 7,33 Landai C 8-15 1.502,35 6,57 Berombak D 15-25 2.365,15 10,35 Bergelombang E 25-40 6.292,75 27,54 Berbukit F 40 7.471,50 32,70 Bergunung Jumlah 22.851 100 Luas Total TNGGP Sumber BBTNGGP, 2009