16
efficacy memberikan dasar bagi motivasi manusia, kesejahteraan, dan prestasi
pribadi. Self efficacy dalam diri manusia dapat berkembang menjadi rendah atau tinggi tergantung pada beberapa faktor. Rendahnya Self efficacy seseorang dapat
diasumsikan adalah rendahnya kemampuan seseorang dalam mengontrol tingkah laku datau kemampuan dalam melakukan sesuatu hal untuk mencapai target yang
diinginkan.
2.1.2 Faktor – Faktor self efficacy Rendah
Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura dalam Alwisol, 2009;288 kuncinya adalah perubahan ekspetasi efikasi efikasi diri . Self efficacy atau
efikasi diri keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atua diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman
menguasai sesuatu prestasi performance accomplishment , pengalaman vikarius vicarious experience , persuasi social social persuation dan pembangkitan
emosi emotional physiological states yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengalaman performansi
Prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat
pengaruhnya. Prestasi masa lalu yang bagus meningkatkan ekspetasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai
keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda – beda, tergantung proses pencapainnya :
a Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
b Kerja sendiri lebih meningkatkan efisiensi disbanding kerja kelompok dibantu orang lain.
c Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.
d Kegagalan dalam suasana emosional stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.
17
e Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang
keyakinan efikasinya belum kuat. f
Orang yang bisa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi dirinya, bisa jadi orang yang tidak mau mengerjakan apa yang pernah
gagal sedangkan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
2. Pengalaman Vikarius Dapat diperoleh melalui model sosial. Efikasi diri akan meningkat ketika
mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi diri akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira –kira sama dengan
dirinya dan ternyata gagal. Apabila figur yang diamatinya berbeda dengan diri si pengamat, pengaruhi vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika
mengamati kegagalan figure yang setara dengan dirinya bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah agagl dikerjakan figure yang
diamatinya itu dalam jangka waktu lama.
3. Persuasi Sosial. Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui
persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu
adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat negative, dan sifat relaistik dari apa yang dipersuasikan.
4. Keadaan emosi Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi
di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas , stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi yang
tidak berlebihan dapat meningkatkan efikasi diri.
Melihat beberapa hal di atas, faktor – faktor self efficacy menyebabkan seseorang dapat memiliki self efficacy yang rendah ataupun tinggi. Self efficacy
berguna bagi seseorang dalam menentukan sesuatu hal yang berhubungan dengan kehidupannya kelak. Menurut Corsini 1994 : 368 aspek – aspek self efficacy
adalah: 1 kognitif, 2 motivasi, 3 afeksi, dan 4 seleksi. Berikut ini adalah penjelasan tentang aspek – aspek self efficacy tersebut :
1 Kognitif, merupakan keyakinan seseorang untuk memikirkan cara – cara yang dapat digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk
mencapai tujuan yangdiharapkan. Asumsi yang timbul pada aspek ini kognitif adalah semakin efektif keyakinan seseorang dalam analisis
berpikir dan dalam berlatih mengungkapkan ide – ide atau gagasan – gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang bertindak dengan tepat
18
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Aspek kognitif seseorang dapat dilihat dari a cara memilirkan tindakan dan menetapkan target, b
persepsi positif tentang situasi yang dihadapi, dan c kemampuan dalam mengontrol kepercayaan tenatng kemampuan diri sendiri.
2 Motivasi, merupakan keyakinan seseorang untuk dapat memotivasi diri melalui pikirannya untuk melakukan tindakan dan keputusan dalam
mencapai tujuan yang diharapkannya. Tiap orang berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan,
merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Motivasi dalam self efficacy digunakan untuk memprediksikan kesuksesan dan kegagalan
seseorang. Aspek motivasi seseorang dapat dilihat dari a cara mengontrol kecemasan dan perasaan depresif, pemahaman akan situasi
dan permasalahan, serta tanggapan positif terhadap situasi dan permasalahan.
3 Seleksi, merupakan keyakinan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Seleksi tingkah laku mempengaruhi perkembangan personal. Asumsi yang timbul pada aspek ini adalah ketidamampuan orang dalam
melakukan seleksi tingkah laku membuat orang tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi konflik. Seleksi
terhadap lingkungan dan aturan yang ada di dalmnya juga sangat berpengaruh terhadap self efficacy yang dimiliki oleh seseorang.
4 Afeksi, merupakan kemampuan dalam mengtasi emosi yang timbul dalam diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi digunakan
untuk mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola – pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai aspek self efficacy di atas, peneliti memilih menggunakan aspek self efficacy yang dikemukakan oleh Corsini
yaitu aspek kognitif, motivasi, afeksi dan seleksi.
2.1.3 Fungsi Self Efficacy