2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan varietas unggul baru dan.
3. Bagaimana komposisi faktor produksi, biaya dan pendapatan usahatani padi varietas unggul baru.
4. Bagaimana tingkat efisiensi teknis varietas unggul baru dan varietas unggul lama dan faktor apa yang mempengaruhinya.
5. Bagaimana pengaruh kelembagaan status pengusahaan lahan garapan terhadap penggunaan input, produktivitas, pendapatan dan efisiensi teknis.
1.3. Tujuan Penelitian
Studi ini pada dasarnya ditujukan untuk melihat pengaruh penerapan teknologi dan kelembagaan terhadap efisiensi dan pendapatan usahatani padi
sawah. Kemudian tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
pemilihan varietas padi yang diusahakan. 2. Menganalisis komposisi faktor produksi, biaya dan pendapatan usahatani padi
varietas unggul baru dan varietas unggul lama. 3. Menganalisis tingkat efisiensi teknis varietas unggul baru dan varietas unggul
lama dan faktor apa yang mempengaruhinya. 4. Menganalisis pengaruh kelembagaan status pengusahaan lahan garapan
terhadap penggunaan input, produktivitas, pendapatan dan efisiensi teknis.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam program peningkatan
produksi padi, khususnya peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah irigasi melalui penerapan teknologi varietas unggul baru.
2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dengan isu yang relevan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produksi padi sawah irigasi yang mempunyai prospek baik untuk pengembangan
kedepan. Petani yang dijadikan sebagai contoh adalah dengan kategori petani padi sawah irigasi menurut jenis varietas unggul padi sawah yang digunakan dan status
penguasaan lahan. Teknologi baru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah padi varietas
unggul baru VUB dan teknologi lama adalah padi varietas unggul lama VUL. VUB adalah varietas unggul setelah IR 64 yang mempunyai keunggulan lebih
bagus dari VUL dengan karakter tahan wereng coklat biotipe 3, penyakit hawar daun bakteri, rasa nasi enak, umur genjah, dan potensi hasil tinggi dibandingkan
varietas sebelumnya. Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status penguasaan lahan yang terdiri dari pemilik penggarap dan penyakap.
Analisis dilakukan antar petani produsen padi sawah irigasi atau tingkat petani. Pendekatan yang digunakan adalah analisis usahatani, fungsi produksi logit dan
fungsi produksi stochastic frontier.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah di Indonesia
Varietas unggul padi sawah di Indonesia yang telah dilepas Departemen Pertanian dan Litbang Pertanian periode tahun 1943 sampai 2009 sebanyak 151
jenis Hidayat J.R. et al. 2005; Hermano et. al. 2009; Puslitbangtan 2007 Lampiran 1a, 1b dan 1c. Perkembangan varietas unggul padi sawah dapat dilihat
dari 2 sisi yaitu 1 berdasarkan periode pembentukan varietas dan 2 berdasarkan keunggulan yang dimiliki varietas tersebut.
Perkembangan varietas padi sawah berdasarkan periode pembentukannya dapat dipilah atas tiga periode, yaitu era sebelum tahun 70-an, era tahun 1970-an
hingga swasembada beras pra-IR64, dan era pasca-swasembada beraspasca- IR64 Las et al. 2004. Pembentukan varietas unggul padi sawah paling banyak
dihasilkan pada periode pasca-swasembada beraspasca-IR64 yaitu sebanyak 100 varietas. Hal ini terjadi karena setelah swasembada beras tercapai maka Indonesia
mengalami stagnasi produksi padi sehingga pemerintah berkomitmen melalui lembaga penelitian untuk menghasilkan lebih banyak lagi varietas unggul untuk
mendukung peningkatan produksi padi. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki, varietas unggul padi di Indonesia
dapat dibagi kedalam empat kategori : 1 varietas unggul lokal, 2 varietas unggul baru sebelum IR64, 3 varietas unggul baru tipe IR64 dan 4 varietas
unggul baru tipe perbaikan IR64. Pembentukan varietas berdasarkan keunggulannya didorong oleh kebutuhan akan varietas yang mempunyai potensi
hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap hama dan penyakit, penampilan dan rasa nasinya enak.
Varietas unggul padi lokal hasil persilangan di dalam negeri yang pertama kali dilepas pada tahun 1943 adalah varietas Bengawan. Karakteristik umum dari
varietas padi tipe Bengawan berumur dalam 140-155 hari setelah sebar HSS, postur tanaman tinggi 145-165 cm, memiliki rasa nasi enak, dan berdaya hasil
sedang 3.5-4.0 tha Daradjat et al. 2001 dalam Las et al. 2004. Varietas Unggul Baru berawal dari introduksi varietas dari IRRI yang
memiliki potensi hasil tinggi 4.5-5.5 t GKPha seperti PB5, PB8, Pelita I-1,
Pelita I-2 dan menandakan mulai diadopsinya teknologi Revolusi Hijau ke Indonesia yang mengubah cara budi daya tanaman padi sawah irigasi sesuai
karakteristik varietas sangat tanggap terhadap pemupukan, produksi tinggi, umur pendek, anakan banyak dan rasa nasi enak. Namun karena Pelita I-1, Pelita I-2
peka terhadap hama wereng coklat sehingga tidak dapat bertahan lama Las et al. 2004. Kemudian diintroduksikan varietas asal IRRI tahan hama wereng coklat
seperti IR26, IR32, IR36. Sedangkan dari program pemuliaan nasional dilepas sejumlah varietas baru seperti Serayu, Asahan, Brantas, Citarum dilepas 1978,
Semeru, Cisadane dilepas 1980, Cipunegara, Krueng Aceh dilepas 1981, Saddang dilepas 1983 dan Cikapundung dilepas 1984. Varietas Cisadane yang
paling populer tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, serta kontribusinya yang utama terhadap swasembada beras 1984. Namun popularitas varietas Cisadane
menurun dengan berkembangnya hama wereng coklat biotipe 3 Las et al. 2004. Untuk mengatasi masalah tersebut dengan cepat dilakukan introduksi
beberapa galur dari IRRI, diantaranya varietas IR64 yang dilepas tahun 1986 memiliki karakter tahan wereng coklat biotipe 3, penyakit hawar daun bakteri,
rasa nasi enak, umur genjah, dan potensi hasil tinggi dibandingkan varietal unggul lokal. Namun pada akhirnya ketahanan IR64 menurun terhadap penyakit
hawar daun bakteri, wereng hijau vektor penyakit virus tungro, dan terindikasi bahwa IR64 mulai peka terhadap wereng coklat. Balitpa 2004 dalam Las et al.
2004. Karena keunggulan varietas IR64 sudah menurun mendorong
dikembangkan Varietas Unggul Baru Tipe Perbaikan IR64 yang memiliki karakter lebih unggul dibandingkan varietas IR64, yaitu : 1 stabilitas potensi hasil dan
mutu produk yang tinggi, 2 varietas tahan wereng coklat dan penyakit hawar daun bakteri : Ciliwung, Way Seputih, Barumun, Membramo, Way Apoburu,
Widas, Ciherang, Konawe, dan Cigeulis. 3 varietas tahan virus tungro : Tukad
Unda, Tukad Petanu, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo. 4 varietas aromatik antara lain : Sintanur dan Batang Gadis. 5 varietas semi tipe baru
semi PTB : Cimelati, Gilirang, Ciapus. 6 varietas unggul tipe baru VUTB : Fatmawati. 7 varietas hibrida : Maro dan rokan Balitpa 2004 dalam Las et al.
2004.
Apabila dilihat dasar pembentukan varietas unggul padi sawah, maka dapat disimpulkan bahwa pembentukan varietas unggul padi sawah didorong oleh
tuntutan akan produksi padi yang tinggi dalam waktu cepat disertai dengan daya tahan terhadap hama dan penyakit dan rasa nasi yang enak.
Kontribusi varietas unggul b a r u dalam peningkatan produktivitas padi mencapai 75 persen jika diintegrasikan dengan teknologi pemupukan
dan pengairan. Varietas unggul baru VUB setelah IR64 umumnya berdaya hasil lebih tinggi dari IR64 yaitu 0.8-1.0 tha atau 14-15 persen lebih tinggi dari IR64
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007. Pada tahun 2006 varietas Ciherang, Way Apoburu, dan beberapa varietas
unggul baru lainnya makin populer yang ditandai oleh makin meluasnya areal pertanamannya. Secara nasional, pergeseran penggunaan varietas padi dari IR64
ke varietas unggul baru lainnya mendatangkan keuntungan sebesar Rp 3.05 triliyun Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007.
Varietas unggul baru lainnya adalah tipe baru VUTB mempunyai keunggulan antara lain adalah potensi hasil 10-15 tha dibandingkan dengan
VUB lainnya, jumlah anakan lebih sedikit 6-12 anakan tetapi semuanya produktif, batang kokoh, daun tegak dan tebal, jumlah gabah 250
butirmalai, dan Rasio gabahjerami VUTB 0.5 sehingga efisien dalam penggunaan hara. VUTB yang telah dilepas adalah varietas Fatmawati dan
semi VUTB adalah Varietas Gilirang, Cimelati, dan Ciapus Badan Litbang Pertanian 2005.
Sumbangan VUB terhadap peningkatan mutu produk dan pengembangan agribisnis terlihat dari keunggulan sifat dan mutu berasnya, seperti : 1 IR64,
Lusi, Jangkok, dan Kapuas cocok untuk industri makanan bayi, 2 Cisokan dan Mahakam cocok untuk canned rice, 3 Cisokan, IR36, IR42, Jatiluhur, dan Progo
cocok untuk industri bihun, 4 Gilirang, Batang Gadis, Situ Bagendit, dan Sintanur memiliki sifat aromatik, 5 Membramo cocok untuk produksi beras
kualitas ekspor dan nasi instant Suryana 2005. Apabila dilihat perubahan penerapan jenis varietas unggul padi sawah, maka disimpulkan bahwa perubahan
penerapan tersebut didorong oleh tuntutan akan varietas yang berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mutu dan rasanya yang lebih bagus.
2.2. Studi Tentang Efisiensi pada Usahatani